03. Skema Realita

450 87 39
                                    

Entah bagaimana akhirnya hari itu Hanan benar-benar mengantarkan Alana sampai ke rumah. Begitu tiba, Alana langsung turun kemudian menepuk-nepuk pundak Hanan beberapa kali.

"Makasih ya, hehe! Mau mampir nggak?"

"Enggak."

Seolah tahu persis jawaban yang memang diberi Hanan, Alana balas mencibir, "Sudah kuduga."

Sementara Hanan kembali memutar kunci di kontak motornya. Bersiap untuk pergi. Namun ia menoleh lagi, sekedar menyampaikan pesan yang menurutnya teramat penting.

"Al, jangan lupa jurnal—"

"Buset iya bos iya," sela Alana cepat, "Nanti gue baca."

"Jangan baca doang. Pelajari."

"Allahu iya iyaaa Hanandipta, nanti gue pelajari jurnalnya, oke?" ralat Alana, "Nggak bosen apa lo ngomong template kalimat yang sama mulu tiap hari? Gue aja yang denger bosen."

Dan sebelum mood Alana betul-betul terjun bebas, gadis itu buru-buru mendorong Hanan untuk segera pergi dari sana.

"Dah ya, bye, Hanan! Eh bentar bentar, gue lupa."

Sepasang alis Hanan instan mengernyit mendapati Alana yang kini sudah menyodorkan sebotol yogurt rasa blueberry padanya.

"Gue nggak suka yogurt." tolak Hanan.

Tetapi Alana justru mengangguk santai, "Gapapa, ini gak ada isinya kok. Gue mau minta tolong lo buangin. Di depan gang ada tong sampah gede tuh, kan sekali lewat."

Mendengar itu, Hanan hanya bisa mengerjap bingung. Terlebih ketika Alana dengan alami menempatkan botol kosong tersebut ke dalam genggaman tangan Hanan. Kemudian dia tersenyum tanpa beban.

"Makasih yaa! Bye bye ganteng!"

Setelahnya Alana langsung membalikkan badan dan masuk ke dalam rumah. Ada lima detik yang dipakai Hanan untuk mematung di posisi itu sebelum helaan nafasnya menguar.

"Wah, gila." gumam Hanan. Merasa teramat konyol dengan yang baru saja ia alami.

Sekon berikutnya laki-laki itu sudah menyalakan mesin motor dan pergi dari sana. Sedang Alana yang mengamati dari balik gorden rumah masih bisa cekikikan dengan puas. Puas karena berhasil mengerjai seorang Hanandipta.

Sampai suara Delyn terdengar dari belakang, "Aura-auranya kaya abis jahilin orang nih?"

Membuat Alana menoleh lalu mengangguk semangat, "Kak Del harus tau, ngerjain orang itu nyenengin banget!"

"Daniel pasti?"

Alana menggeleng, "Bukan dong."

Konversasi mereka terinterupsi begitu Shelma keluar dari kamarnya dan langsung duduk di depan tv. Melihat itu Delyn lantas menyikut bahu Alana.

"Minta maaf dulu gih." kata Delyn. Alana mengangguk patuh.

"Kak Sheeel," panggilnya lalu beringsut duduk di sebelah Shelma sambil memasang tampang paling menggemaskan, "Yogurtnya udah aku ganti ya di kulkas. Sama persis kayak yang aku makan, aku tambahin dua malah hehe. Jangan marah lagi ya, maaf soal yang tadi pagi."

Shelma hanya menghela nafas pendek, "Iya, dimaafin. tapi jangan ulangi lagi. Ngambil punya orang tanpa ijin itu namanya mencuri."

"Siap, Kak Shel! Huhu sayang kak Shelma!"

"Aduh, jangan peluk peluk!"

Alana tertawa saja. Setelah mengurai pelukan sepihaknya, ia lantas membalikkan badan. Dan senyuman Alana langsung tersungging begitu pandangannya bertumpu ke satu figur yang berdiri di depan meja dapur.

[✔️] Playlist : CamaraderieWhere stories live. Discover now