Chapter 45 : A Little Bit More

861 144 7
                                    

Matahari sudah naik pada titik tertinggi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Matahari sudah naik pada titik tertinggi. Namun, hawa di siang hari kala itu masih terasa sangat dingin.

Tubuh Jaemin masih berada dibalik selimut tebal miliknya. Menjaga agar suhu tubuhnya tetap dalam keadaan hangat.

Kemarin malam demam yang dialami Jaemin cukup tinggi. Ia bahkan sempat pingsan saat Jeno membawanya masuk ke dalam rumah dan meletakan tubuhnya di atas kasur.

Sang kakak, Jaehyun, yang melihat sang adik dibawa pulang dalam keadaan demam tinggi, terlihat sangat khawatir. Jeno menceritakan pada Jaehyun bahwa Jaemin terkena demam karena berada di luar ruangan terlalu lama. Tetapi ia tidak bisa menceritakannya lebih detail, karena ia tahu bahwa Jaehyun belum mengetahui apa yang sebenarnya Jaemin lakukan di luar sana.

Ceklek

Pintu kamar Jaemin terbuka. Jaehyun muncul dari balik pintu sambil membawa semangkuk bubur dan air yang berada di atas nampan.

Jaehyun meletakkan nampan yang ia bawa di atas nakes samping tempat tidur Jaemin. Lalu ia mencoba membangunkan Jaemin untuk makan siang.

"Na, Nana, bangun. Kau harus isi perutmu dulu." Ucapnya sambil menepuk pelan lengan sang adik. Namun, Jaemin tak kunjung bangun.

"Na . . ." Panggilnya lagi. Ia menunggu respon Jaemin beberapa detik. Namun, Jaemin tetap tak kunjung bangun.

Jaehyun kemudian melepaskan plester kompres yang ada di dahi Jaemin dengan perlahan. Lalu ia menggantinya dengan plester kompres yang baru.

Jaehyun memandangi wajah sang adik yang masih terlihat pucat dengan perasaan sedih.

"Cepat sembuh, Na." Ucap Jaehyun dengan suara kecil. Ia mengusap sekali surai lembut Jaemin. Lalu ia keluar dari kamar Jaemin sambil membawa kembali nampan beserta semangkuk bubur di atasnya. Ia hanya meninggalkan segelas air untuk berjaga-jaga jika Jaemin merasa haus saat terbangun dari tidurnya nanti.

Seperginya Jaehyun, Jaemin yang sebenarnya sudah terbangun sejak sang kakak masuk ke dalam kamarnya, kini perlahan membuka matanya. Ia lalu menyentuh plester kompres yang ada di dahinya.

"Terima kasih, hyung."

Jaemin perlahan bangun dari posisi tidurnya. Kepalanya yang masih terasa pening, membuat penglihatannya menjadi tidak fokus.

"Pukul berapa sekarang?!" Jaemin melirik jam digital yang ada di atas nakas samping tempat tidurnya.

"12.15. Aku tidur terlalu lama." Ia lalu mengambil segelas air yang di tinggalkan oleh Jaehyun, lalu meminumnya beberapa teguk.

Jaemin kemudian memeriksa ponselnya yang juga berada di atas nakas. Ia ingin mengetahui, apa ada kabar dari ketiga temannya.

"Mati?!"

Ponselnya mati. Ia segerea mengisi daya baterai ponselnya lalu menyalakannya.

Saat ponselnya sudah menyala sempurna, ia mendapati banyak notfikasi panggilan telepon dan pesan dari Jeno, Haechan, dan Renjun sejak kemarin sore. Ia membuka beberapa pesan terakhir dari mereka yang baru saja mereka kirim pagi ini.

[✔] 𝗠.-'𝟬𝟬'𝟳 : 𝗔 𝗣𝗶𝗲𝗰𝗲 𝗼𝗳 𝗚𝗹𝗮𝘀𝘀Where stories live. Discover now