46| SANG ANTAGONIS

3.9K 797 257
                                    

Yuhu! Ada yang kangen sama cerita ini? ayo vote dan komen yang banyak yah!

Happy reading!

46| SANG ANTAGONIS

Kamar dengan nuansa dominan warna merah muda dan putih dengan pintu balkon yang terbuka tampak sepi karena sang pemilik hanya berdiri dibalkon kamarnya dengan mata menatap langit.

Gelap. Langit malam kali ini tampak lebih gelap dari biasanya, bintang-bintang yang biasanya menghiasi langit nampaknya tidak muncul hari ini. Dari tempatnya berdiri, Cherry hanya menemukan sosok bulan yang bersinar sendiri namun mulai tertutupi oleh awan tebal.

Bunyi pintu yang terbuka membuat kepala gadis itu yang tadinya mendongak menatap langit beralih menoleh.

Matanya bertemu dengan netra Dilara yang menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

Cherry menarik senyum tipisnya yang dibalas oleh Dilara.

"Belum tidur?" tanya wanita paruh baya itu sembari melangkah mendekati putrinya.

"Belum ngantuk Ma," jawab Cherry dengan suara pelan.

Dilara berjalan pelan, mengambil tempat disebelah Cherry lalu ikut menatap langit. Keduanya terdiam— sibuk dengan pikiran masing-masing.

Entah apa yang Cherry pikirkan, Dilara sendiri enggan bertanya karena kepalanya tengah memikirkan pembicaraannya dengan Axel Kusuma tiga hari yang lalu.

Tiga hari yang lalu...

Dilara duduk didepan Axel dengan wajah penasaran, menunggu pri didepannya itu kembali melanjutkan ucapannya.

Axel sendiri terdiam lama sebelum melempar kalimat yang membuat Dilara terkejut.

"Kita tidak bisa melanjutkan pernikahan kita." begitulah kalimat yang Axel ucapkan. Pria itu menatap Dilara dengan ekspresi yang sulit ditebak, sementara Dilara berusaha mengendalikan diri dari keterkejutannya untuk bertanya pada Axel.

Semua terlalu tiba-tiba.

"Kenapa?" tanya Dilara tidak mengerti. Pembatalan pernikahan mereka bukanlah hal yang ingin dia dengar ketika memasuki ruangan mewah milik Axel Kusuma.

Wanita itu mengerjapkan matanya lamat-lamat, berusaha menenangkan dirinya dari keterkejutan yang melanda.

"Kamu pernah bilang bahwa kebahagiaan putrimu adalah yang nomor 1, benar?" tanya Axel pada Dilara yang duduk didepannya.

Ini bukanlah hal yang cukup mudah bagi Axel namun ini juga bukanlah hal yang sulit baginya.

"Benar," jawab Dilara, singkat padat dan jelas.

Sama seperti Dilara, Axel juga punya prinsip yang sama. Walaupun selama ini dia tahu, dia belum cukup mampu untuk membuat putranya bahagia, namun untuk kali ini, Axel ingin menempatkan kebahagiaan Atlas diatas segalanya.

"Begitu juga bagi saya. Kali ini saya tidak ingin merenggut kebahagiaan putra saya," ujar Axel yang sepertinya belum bisa dimengerti oleh Dilara. Dia belum paham.

Apa Atlas tidak setuju dengan pernikahan mereka?

"Atlas tidak setuju kita menikah?" pertanyaan Dilara membuat Axel terdiam. Itu salah satunya, namun ada hal lain yang membuat Axel berubah pikiran.

ATARONA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang