"Lo beneran ditolak sama anak baru itu, ya, Si?" ujar Monik tanpa basa-basi memukul tepat di dada Sisi yang sedang merasa sesak.

"Lo mah, bisa nggak sih, di saring dulu itu perkataan? Main langsung hajar aja!" tegur Belva pada Monika.

Sisi menelungkupkan kepalanya ke atas meja sambil mengembuskan napas panjang. Belva dan Monik mengusap punggung Sisi, berusaha untuk menguatkan sahabat mereka.

"Haaaah! Gue makin semangat mengejar cinta Avin!" seru Sisi dengan penuh semangat menggebu dan tiba-tiba hingga membuat Belva dan Monik terkaget-kaget.

"Stres kali ni anak!" umpat Belva kemudian dia beranjak pergi meninggalkan Sisi.

"Sisi Sisi, lo tuh ya, udah bikin kita panik dan was-was. Tahunya lo malah gila!" cibir Monika lalu menyusul Belva.

"Woy Bel, Monik! Tunggu gue!"

Mereka bertiga pergi ke perpustakaan untuk meminjam beberapa buku. Saat itu Sisi meringis saat tidak sengaja lengannya menyenggol pinggiran pintu perpus.

"Ah!"

"Si? Lo kenapa?" tanya Belva sembari menyentuh pelan bahu Sisi.

"Argh! Sa-kit!" desis Sisi sambil menggigit bibir. Padahal ia berusaha menahan, tapi akhirnya tidak tertahan.

Belva dan Monika terkejut, kenapa Sisi kesakitan, padahal Belva menyentuhnya dengan sangat pelan.

"Lo sakit, Si? Lo luka atau kenapa?" tegur Monik lalu mendekati Sisi.

"Eng-enggak, kok," jawab Sisi menggeleng. "Ini cuman agak pegel gue semalaman main bulutangkis."

"Hah? Main bulutangkis malam-malam? Ngapain bego!" komen Belva refleks.

"Ya ampun Sivana Putri! Lo ada-ada aja, sih! Terus lo terkilir gitu?" tanya Monika.

Sisi menyengir. "Iya, kayaknya terkilir tapi udah di obatin cuman mungkin masih ada rasa sakit dikit."

Tidak mungkin Sisi menceritakan apa yang dia alami di rumah. Prinsip hidup Sisi hanya berbagi kebahagiaan karena dia sudah cukup sakit dan menderita. Dia tidak ingin sahabatnya mengetahui penderitaannya itu. Baru kali ini Sisi memiliki teman yang sangat menyenangkan seperti Belva dan Monik. Sisi tidak mau kehilangan mereka karena berpikir teman-temannya akan pergi setelah tahu dia adalah anak dari keluarga broken home.

"Udah, mending kita langsung masuk ke perpus, deh!" Sisi tersenyum dengan ceria sambil menggandeng Belva dan Monik.

"Ada-ada aja lo, Si! Main bulutangkis malam-malam. Nggak sekalian lo main volly?" ujar Belva.

Sisi terkekeh sambil pura-pura berpikir. "Boleh, deh."

Monik dan Belva hanya bisa menggeleng melihat Sisi.

**

"Heh lo!" panggil Haikal pada Avin yang baru saja lewat di depannya.

Avin menghentikan langkah kakinya. Kemudian dia menghela napas panjang. Haikal mendekati Avin, lalu dia menarik kerah baju murid baru itu dengan kasar. Avin menajamkan matanya menerima perlakuan orang yang bahkan tidak dia kenal itu.

"Ada masalah apa lo sama gue? Singkirin tangan lo dari kerah baju gue!" tekan Avin.

"Lo berani sama gue? Lo nggak tahu siapa gue, hah! Gue yang berkuasa di sini! Jadi lo jangan macam-macam!" jawab Haikal dengan suara meninggi.

Mereka berada di dekat toilet cowok sehingga di sana tidak terlalu banyak orang dan cenderung sepi.

Haikal memojokkan Avin ke tembok, lalu kembali memberikan penekanan pada dada Avin.

Love Me Again (REPOST)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora