28

7.9K 804 88
                                    

.

.

.

Tubuh kecil yang terlihat menggigil dan hanya memakai boxer pendek itu keluar dari bathup. Belle pun mengambil handuk bersih yang sudah dia siapkan sebelumnya lalu mengeringkan tubuh majikan kecilnya itu dari sisa-sisa air. Jika sedang memandikan tuan kecilnya, Belle tetap menjaga privasi Abigael. Tubuh anak itu memang masih kecil, belum ada ciri anak yang sudah berumur remaja dalam dirinya, El juga tidak mengerti tentang rasa malu sekalipun dia bertelanjang. Tapi, bagi Belle , anak itu tetaplah majikannya dan mereka juga berbeda jenis kelamin maka Belle pun menjaga privasi si bungsu itu saat memandikannya dengan cara memakaikan dia celana pendek. Berbeda dengan Ellen, jika dia yang memandikan Ellen tentu tidak masalah menyentuh tiap bagian tubuh anak bungsunya.

"Uhukk...uhukk" El kembali batuk hingga tubuhnya sedikit bungkuk. Bibirnya pun bergetar akibat rasa dingin, El memang mandi air hangat namun sekarang hujan masih turun dengan deras. Dingin tentu menyeruak hingga ke dalam kamar mandi.

"Pakai bajunya, yuk..."Ujar Belle setelah menarik celana pendek El yang basah lalu menaruhnya pada keranjang tempat baju kotor. Belle pun menggandeng tangan anak itu kembali menuju kamar, mereka kini di kamar pribadi El. El biasanya di kamar ini hanya untuk mandi lalu berganti baju, kalau tidur dia masih Bersama Mimmy dan Diddy. El duduk di tepi ranjang menunggu Belle mengambilkan pakaian untuknya sambil mengamati luka bekas jahitan operasi di dadanya.

Terdapat sebuah garis yang melintang di dadanya dan berwarna kecoklatan, terlihat sangat kontras dengan kulit putih bersihnya. Berulang kali dia mengusap bekas luka itu, batinnya mengajaknya untuk mengenang sebuah cerita yang tak pernah dia ketahui. El tidak pernah tahu apa nama penyakit yang selalu membuat dadanya terasa sesak tiba-tiba, tidak pernah tahu juga kenapa luka berwarna coklat itu bisa ada di sana. Tak pernah tahu juga tentang siapa Luwis sebenarnya, dan siapa orang yang sudah berbesar hati memberikan kesempatan kedua untuknya hidup lagi. Dia tidak tahu apa-apa.

"Kenapa, tuan. Apa ada yang sakit?" Belle menggenggam tangan kecil itu, mencoba untuk tidak membuatnya terkejut. El menatap bibinya sekilas, lalu kembali fokus melihat luka yang ada di dadanya. Sesekali batuknya masih terdengar.

"Bibi...Ni-ini apa?" Tanya si bungsu itu dengan polos. Dia penasaran kenapa ada warna kulitnya yang berbeda dengan yang lain, yang hanya bergaris beberapa centimeter di bagian dadanya.

"Itu bekas luka, tuan. Ini karena luka gatal, makanya kalau alerginya sedang kumat jangan digarut dengan keras ya, nanti lukanya jadi berbekas seperti ini," ujar Belle berbohong. El hanya mengangguk dan dia pun berjanji untuk tidak menggarut bentolan yang muncul kala alerginya kambuh. El tidak tahu jika dia adalah orang yang paling sering menerima kebohongan, dan pelakunya adalah keluarganya sendiri.

"Sudah, jangan disentuh lagi..."Ujar Belle. Belle pun menuangkan minyak angin ke telapak tangannya lalu membaluri dada si baby, mungkin El terserang batuk karena hawa dingin di musim hujan ini. Obat-obatan yang dia konsumsi setelah operasi, benar-benar merusak daya tahan tubuhnya, dia jadi sering terkena sakit-sakit ringan. Seperti diare atau demam.

"Bibi, Mimmy nakal...El dak cuka Mimmy," ujarnya lalu menggeleng.

"Nakal karena apa, hmm? Cerita kepada Bibi, kenapa El tidak suka Mimmy," ujar Belle. Sepertinya El masih kesal dengan Mimmy yang meninggalkan El tadi siang. Belle pun memakaikan baju atasan untuk anak itu sembari mendengarnya bercerita.

"El dak boleh ikut, no...no... El batuk dak boleh ikut Mimmy. Mimmy pelgi," ujarnya. Belle mengerutkan kening, mencoba mencerna tiap ucapan El.

El batuk jadi tidak boleh ikut bersama Mimmy mungkin itu artinya , ujar Belle dalam hati. Seketika dia pun tersenyum, lantas ide jahil pun muncul di otaknya.

Lagniappe (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang