7

18.5K 1.4K 5
                                    

Larut malam pun tiba, rumah sudah sepi dan semua orang sudah masuk dalam mimpi indahnya. Sama seperti El yang juga sudah tidur semenjak beberapa jam lalu, tapi sekarang dia merasakan sebuah sensasi di tubuhnya.

"Uhh... gatal." El mulai memanfaatkan kukunya untuk menyentuh area leher dan juga wajahnya yang terasa gatal. Rasa gatal yang tak bisa ditahan untuk tidak disentuh, alergi anak itu sedang kambuh.

"Mimmy..." El membangunkan sang ibu, matanya juga dia kucek karena ikut gatal.

"Mimmy, hiks... hiks..."Akibat rasa gatal yang semakin menjalar hampir ke seluruh tubuhnya, membuat si baby jadi tak bisa menggaruk semuanya. Dia pun mulai menangis.

Ellen terkejut akibat mendengar suara tangisan anaknya yang berbaring tepat di sampingnya. Dia pun membuka mata dan kaget saat melihat ruam-ruam merah di tubuh El.

"Baby, kau kenapa sayang?" ujarnya seraya memeriksa wajah si baby yang memerah.

"Gatal, hiks... Mimmy," ujar si baby sambil menyentuh wajahnya itu. El punya alergi yang lumayan berat pada debu, kulitnya akan langsung ruam dan gatal jika terkena debu yang tidak segera dibersihkan.

"Gatal? Alergimu kambuh, sayang?" Ellen menyentuh area leher si baby, El juga sudah menyentuh area bawah ketiaknya yang gatal.

"Sebentar ya, sayang. Mimmy ambil obatnya ya." Ellen turun dari tempat tidur kemudian mengambil bedak tabur khusus yang biasa digunakan jika El sedang alergi. Tak lupa juga untuk membangunkan sang suami supaya mengambilkan obat dalam yang diminum El jika alerginya kumat.

"Diddy, gatal..."

"Iya, baby. Ini sudah Diddy usap usap, jangan digaruk sayang, nanti semakin ruam loh."

"Diddy, dicini juga." El memindahkan tangan sang ayah yang semula mengusap punggungnya berpindah ke area pahanya. Max tidak menggaruknya dengan kuku, takut kulit sensitif dan tipis itu jadi infeksi. Setelah menaburkan bedak, Max hanya akan mengusap kulit yang terasa gatal itu, karena El juga perlahan akan merasa baik karena sensasi dingin dari bedaknya.

"Apa spreinya tidak diganti? Kenapa El bisa sampai gatal-gatal begini?" Tanya Max. Dia masih sibuk mengusap paha mulus anaknya sementara Ellen sedang membersihkan kasur itu. Padahal sudah hampir pukul 1 dini hari.

"Mereka tidak menggantinya hari ini, biasanya setiap dua hari sekali selalu diganti. Mungkin mereka lupa." Ellen bersungut-sungut pada maid-nya yang sekarang sudah masuk mimpi ke berapa, sambil tetap membersihkan tempat tidur mereka.

Tempat tidur dan kasur mereka itu terlihat bersih sebenarnya, tapi El itu sangat sensitif pada debu. Maka tak heran jika rumah itu bersih sekali dan seluruh penghuninya diwajibkan untuk bisa bersih-bersih sendiri.

"Apa masih gatal, sayang?" Tanya Max.

"Dak, Diddy..."Balas El dengan mata mengantuknya.

"Syukurlah kalau begitu." Max membenarkan kembali pakaian anaknya lalu membawa El dalam gendongannya.

"El ingin susu?" ujar Max.

"No... Mau pingping Diddy." Jangan lupakan kebiasaan El untuk memilin telinga atau bahasa imutnya pingping . Hanya El yang menyebut alat pendengaran itu dengan pingping tapi karena terbiasa mendengarnya, kini seluruh anggota keluargapun jadi ikut ikutan.

"Anak manjaku ini selalu saja bertingkah, baiklah El bisa menyentuh pingping, Diddy." El langsung menaruh tangannya di telinga sang ayah dan memainkannya sepuas hati. Ellen yang melihat itu hanya bisa berdoa semoga telinga suaminya tidak melar, karena El paling suka memilin telinga sang ayah dibanding Mimmy dan kakaknya.

Lagniappe (END)Kde žijí příběhy. Začni objevovat