23

8.6K 891 16
                                    

.

.

.

Salju pertama sudah turun di Kanada, dan keluarga Max masih tertahan di rumah sakit karena El belum sadar setelah operasi dua hari yang lalu. Ellen yang tetap setia di sana, karena suaminya juga harus bekerja dan anak kembarnya yang tentu punya aktivitas. Ellen juga sudah meminta agar Luwis tinggal bersama mereka, dan Luwis masih mempertimbangkannya.

"Kapan bangun, sayang?" Tanya Ellen pada anaknya yang masih setiap menutup mata. Ellen diberi waktu menjenguk si bungsu, dan tentunya wajib memakai pakaian yang steril.

"El sekarang sudah punya jantung bari, ada orang baik yang memberikan untuk El. Jantung nakalnya sudah dibuang," ujar Ellen. Dia usap lembut jemari kecil anak tercintanya, dan mengecupnya dengan lelehan air mata.

"Aduh...Mimmy kenapa menangis ya? Maaf ya, baby. Mulai sekarang Mimmy tidak akan menangis lagi. El akan sembuh, Mimmy yakin itu sayang." Ellen menyeka air matanya. Dia letakkan kembali tangan El di atas bantal bayi yang sudah lapuk, yaitu bantal kecintaan si bungsu.

"Cepat sembuh anakku sayang, Mimmy mencintaimu." Ellen mencium keningnya lagi, lalu keluar karena waktunya untuk membesuk El sudah habis.

...

Max mengajak Ellen untuk makan di restoran dekat rumah sakit. El sebenarnya sudah menuju kondisi normal, namun Ellen belum bisa tenang sebelum El membuka matanya. Mereka makan di luar dan bibi Belle yang berjaga kali ini. Si kembar dan Luwis juga dia ajak untuk makan bersama, sekalian untuk mulai membiasakan jika mereka akan punya 4 putra mulai sekarang.

"Makanlah, sayang..." ujar Max pada istrinya. Ellen hanya menatap makanan itu dengan lesu.

"Aku tidak bisa makan Max, baby kita di ruangan itu bagaimana? Dia saja tidak makan," ujar Ellen. Cashiel tertawa kecil, lalu menjelaskan pada ibunya kalau El tetap mendapat energi dari cairan infusnya. Ellen pun akhirnya makan walau terpaksa.

Mereka sedang menyantap hidangan penutup, dan ponsel Max pun berdering. Setelah itu, seulas senyum pun muncul di bibirnya dan yang lain menatapnya heran.

"El sudah sadar," ujar Max dengan binar bahagianya. Yang lain pun menoleh, mendapatkan kabar baik ini sudah sangat lama mereka tunggu. Sudah lama juga mereka tidak mendengar suara manja baby El.

"Benarkah? Kau tidak berbohong kan?" Tanya Ellen, dia sampai menjatuhkan sendok dari tangannya. Max mengangguk lalu memeluk istrinya itu.

"Iya, Frans sendiri yang mengatakan tadi." Ellen sangat bahagia, kemarin saat El sedang menjalani proses operasi dia takut tak karuan. Kini rasa lega pun menghampiri saat operasi berjalan dengan baik, sekalipun belum ikhlas juga menerima kenyataan kalau Launa adalah pendonornya.

"Kisa segera ke rumah sakit," ujar Max. Luwis juga tersenyum mendengarnya, kini organ ibunya atau jantung itu sudah hidup kembali pada orang yang berbeda.

Setelah melewati waktu beberapa menit dari restoran ke rumah sakit, kini mereka sudah bertemu dengan si anak kesayangan. Sebelum menemui El, mereka sudah mengganti pakaian dulu, diganti dengan pakaian santai namun tetap hangat. Udara dinginnya bukan main saat ini.

Ellen mengusap-usap kepala si baby. Sepertinya anak itu masih belum terlalu sadar dengan kondisi saat ini, secara dia mengalami koma berhari-hari. Max menggenggam sebelah tangannya yang pucat, sementara ke-tiga kakaknya berdiri di ujung ranjang besarnya. Jangan lupakan, kalau El sudah punya tiga orang kakak sekarang.

"Baby..." ujar Ellen dengan pelan. El hanya menoleh kecil, selang makan atau NGT masih menempel di hidungnya. Ellen menjerit kesakitan melihat benda itu.

Lagniappe (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang