25

9.3K 960 34
                                    

.

.

.

El kali ini kedatangan kedua kakak kembarnya, Mimmy sudah pulang untuk memeriksa keadaan rumah sebentar. El baru saja selesai makan, oksigennya sudah dilepas karena tidak sesak lagi. El tinggal memulihkan energi saja sebenarnya.

"Kakak..." ujar El pelan.

"Ya baby," ujar mereka.

"Eungghh," El menarik tangan Io ke area bawah tubuhnya.

"Sakit? Apa yang sakit?" Tanya Io cemas.

"Noo..." El menggeleng.

"Pipis? Pup?" Iel lebih peka. Dia bawa tangannya meraba area bawah El, lalu dia sibak selimut El dan menyingkap celananya.

"Diaper sudah full ya? Baby tidak nyaman lagi," ujar Iel yang dibalas anggukan El. Kalau sedang begini, El tak jauh seperti seorang balita yang ketergantungan pada orang dewasa.

"Apa kau tahu cara menggantinya," ujar Io. Dia juga sering sebenarnya mengganti popok El tapi tidak dalam posisi berbaring seperti ini, biasanya tinggal pakaikan saja seperti celana dalam.

"Bisa, kau angkat dia sebentar agar aku bisa buat popok baru di bawahnya," ujar Iel. Iel tentu sudah tahu karena dia belajar medis. Iel mengambil peralatan El dilemari. Diaper baru dan tisu steril.

Dia lepas dulu popok penuh adiknya, kemudian dilap dengan tissu. Setelah itu Io mengangkat sebentar tubuh kurus El agar Iel mudah meletakkan diaper baru.

"Pipisnya kenapa warna hijau?" Tanya Io kaget.

"Itu karena obat yang dia konsumsi," balas Iel. Lalu Iel memasangkan dengan cepat, setelah semua beres dia selimuti kembali adiknya yang ternyata sudah tertidur.

"Kasihan sekali," ujar Io miris. Mereka berdua turut menjadi saksi betapa berat perjuangan El, dan harus paham juga dengan kondisi sang adik. Tak jarang mereka harus berkorban beberapa hal demi El, atau kadang harus diduakan oleh orangtua mereka karena harus merawat El.

Tapi terlepas dari itu semua, merekalah yang paling beruntung. Mereka sehat, mereka bebas, bisa menikmati masa kejayaan Max dengan baik.

...

"Max, lihat itu anakmu sudah cemberut. Kita jadi pulangkan hari ini?" Tanya sang istri. Max buru-buru menutup ponselnya yang sejak tadi dia mainkan dan tersenyum pada Ellen.

"Tentu kita akan pulang," ujarnya lalu memeluk El yang nampak manyun. El sudah membaik kondisinya dan dokter sudah mengizinkan pulang. Namun tetap ada obat yang dikonsumsi rutin, demikian juga dengan jadwal chek up yang teratur.

"Diddy mau pulang," rengek El dengan manja.

"Iya sayang. Kita pulang hari ini, kamar El juga sudah dibersihkan sama Kak Iel."

"No...El dak mau bobo cendilian, mau bobo cama Mimmy."

"Iya, apapun untukmu." Max memeluk dia dengan sayang kemudian Ellen memakaikan mantelnya. Setelah itu, Max menggendong bungsunya menuju mobil mereka yang sudah menunggu. Akhirnya setelah hampir satu bulan mendekam di rumah sakit, baby El pun bisa pulang.

Setibanya di mobil, Max mendudukkan anak itu di car seat dan memasang sabuk pengamannya, memakaikan selimut juga agar El tetap hangat.

...

Malam ini terasa begitu hangat dan lebih baik dari malam sebelumnya. Kini semua anggota keluarga dengan formasi lengkap nampak berkumpul di ruang keluarga. Tidak ada lagi tangis yang berarti saat ini, memang benar jika badai pasti akan berhenti juga. Hujan akan reda, dan kabut akan berganti seberkas sinar yang begitu indah.

Lagniappe (END)Where stories live. Discover now