26

10.1K 926 66
                                    

.

.

.

Ellen dan El tengah bersantai di kamar mereka. Ellen memasang karpet berbulu di lantai, lalu mengajak El untuk duduk di sana. Ellen membawa sebuah kotak besar dari walk in closet  miliknya, kotak besar itu berisi buku album dan juga foto anak-anaknya saat kecil. Ellen menyimpannya dengan rapi, karena menurutnya tiap foto yang ada pada kertas  selalu berisi tiap kenangan yang manis.

"Mimmy, ini dede, kecil..." El tertawa kecil melihat foto seorang bayi yang tertidur dengan pacifier  di mulutnya. Dia memandangi foto itu, merasa sangat gemas El lalu menciumnya.

"Ini foto El sewaktu masih bayi. Ini El, ini bukan adik orang lain," ujar Ellen. El menganga, betulkan bayi menggemaskan itu dirinya?

"Ini foto Mimmy, sewaktu El masih di dalam perut. Kak Io seperti ingin memakan perut Mimmy ya, sayang." Ellen menunjuk sebuah foto sekitar 15 tahun silam, perutnya yang buncit terdapat El di dalamnya. Saat itu perayaan haloween, Cashio kecil yang memakai kostum horor memasang gaya seolah ingin menggigit perut ibunya. El menatap foto itu lamat-lamat, lalu dia pun menyentuh perut ibunya yang kini sangat rata, tak ada lipatan lemak atau perut buncit lagi.

"El dalam cini Mimmy? El cini...?" Ujarnya dengan polos. Sangat bingung, bagaimana mungkin dirinya pernah disimpan di sana.

"Iya, sayang. Mimmy menjaga El di sini, lalu setelah El ada rambutnya, El pun keluar dan jadi adik bayi seperti ini," Ellen menunjuk kembali foto bayi si bungsu. Ellen tak yakin, anaknya mengerti atau tidak yang jelas dia tidak berbohong kalau El dia jaga di dalam perutnya. Dijaga mati-matian.

"Ini dede agi, Mimmy. Dede na ada uwa." El terkejut melihat dua balita berwajah sama di dalam satu foto, dan bayi itu saling berpelukan dengan  coklat yang menempel di wajah mereka.

"Oh... Ini foto Kak Iel dan Kak Io. Mereka mencuri coklat yang Mimmy simpan, Mimmy memarahi mereka lalu mereka pun berpelukan, hahaha..." Ellen mencium gambar itu. Tak terasa putra kembarnya sudah dewasa, sepertinya baru kemarin mereka saling berebut, siapa yang pertama dipakaikan sepatu oleh Mommy sebelum sekolah. Siapa yang akan dicium duluan sebelum tidur, hingga adik mereka lahir dan keduanya pun menjadi anak yang mandiri.

"Kakak cimpan cini? Pelut Mimmy juga?" Tanya El. Ellen takjub, berarti El punya memori yang baik. Ellen tersenyum, mencium sekilas pipi si bungsu lalu mengangguk.

"Iya, baby. Kakak dijaga di perut Mimmy juga," ujarnya. Dia tidak pernah mengatakan kalau si kembar bukan anak kandungnya pada El. Selalu dia katakan, kalau si kembar anak Mimmy juga.

"Kak Uwi?" El tiba-tiba menanyakan Luwis. Apa Luwis dijaga di perut ibunya juga?

"Kak Luwis dijaga di perut Mama Launa, bukan di perut Mimmy," ujar Ellen.

"Diddy ?"

"Diddy dijaga di perut Oma," ujar Ellen.

"Bibi Belle?" Ellen mulai kesal. Dia mana tau, siapa yang mengandung Belle, memangnya dia bidan yang membantu melahirkan.

"Uncle Flans dicimpan ana Mimmy?" Kini sudah sampai pada dokter Frans.

"Dijaga di perut ibunya, sayang. Mimmy tidak tahu siapa. Ah... tidak usah bertanya itu lagi ya, baby." Ellen menyudahi, jangan sampai El bertanya  di perut siapa penjual es krim langganan mereka disimpan sebelum dilahirkan.

"Ini kak Uwi," ujar El. Dia mengangkat foto masa muda Max yang sangat mirip dengan Luwis, mungkin El beberapa tahun ke depan juga akan seperti ini tampannya.

"Bukan kak Luwis, sayang. Ini Diddy El," ujar Ellen.

"No...Ini kak Uwi."

"Bukan sayang, ini Diddy. Lihat ini, Diddy memeluk Mimmy. Ini bukan anak selingkuhan Diddy-mu itu, ini pelaku selingkuh itu."

Lagniappe (END)Where stories live. Discover now