2

38.5K 2.3K 30
                                    

.

.

.
Tak ada yang ingin terlahir cacat, baik fisik maupun mental. Tak ada yang ingin dilahirkan untuk hidup dalam kemiskinan dan kesusahan didalam hidupnya. Manusia selalu mendoakan yang terbaik untuk hidupnya, bahkan sejak di rahim ibu, manusia itu sudah banyak mendapat doa kebaikan.

Hidup ini layak untuk disyukuri, di saat kita sedang lelah dan ingin menyerah, maka yakinlah jika ribuan manusia di pelosok bumi lain masih tetap mendoakanmu. Memintamu segera bangkit dan terus menjalani hidup, karna satu yang perlu kita ingat adalah Tuhan memiliki banyak cara untuk mencintai setiap orang tapi tidak ada yang berbeda dengan kadar cinta yang diberikan.

Seperti pagi ini, pagi yang tenang untuk El. Setelah mengucapkan doa di pagi hari bersama sang ibu, kini saatnya mereka untuk beraktivitas.

"Nah, pintar. Setelah disikat, busanya dibuang."

"Lihat, Mommy."

Cuh...

Ellen mengajarkan El untuk sikat gigi sendiri pagi ini, beberapa kali El menelan buih dari pasta gigi rasa jeruk miliknya. Jadi, Ellen ingin mengajari yang benar.

"Cuh..." El melakukan seperti yang disuruh oleh Ellen. Busanya memang dia muntahkan tapi lebih banyak yang tertelan, manis katanya pasta gigi itu seperti permen.

"Sekarang, saatnya berkumur. Tidak boleh ditelan air bekas kumurannya, langsung dibuang, oke."

Ellen menampung air disebuah gelas plastik lalu membantu untuk meminumkannya pada El. Pipi cantik itu pun jadi menggembung saat dia berusaha menampung air dimulutnya, lalu berkumur seperti yang diajarkan sang ibu dan memuntahkannya kedalam wastafel.

"Mimmy, cudah. Dak ditelan lagi ailnya."

"Coba, Mimmy lihat giginya."

El menunjukan deretan gigi putihnya yang rapi. Sudah bersih memang, tapi pasti gigi ada sedikit menempel disudut bibirnya.

"Pintar, babynya Mimmy. Sudah bersih."

Karena hujan turun deras dan udara terasa dingin, jadi Ellen tidak memandikan El. Hanya cuci muka dan gosok gigi kemudian ganti baju yang bersih dan hangat.

Kini anak itu sedang berjalan pelan menuju ruang bermainnya, sesekali berpegangan pada dinding untuk membantu dia bisa sampai tanpa terjatuh. Dan untuk mencegah si baby mengompol di cuaca dingin ini, jadi dia dipakaikan diaper oleh Ellen. Untuk memakai diaper saja ada drama panjang, karena El terus diejek oleh Kak Io yang kebetulan datang saat El ganti baju tadi. El jadi malu karena diejek sama kakaknya, tapi daripada dia ngompol terus dan terganggu mainnya jadi mending abaikan bisikan jahat dari kak Io.

"Sekarang, coba tunjuk sama kakak yang mana bentuk huruf 'F' " ujar Iel.

Jika ada waktu luang, maka Iel akan mememani El bermain sambil belajar. Bermainnya ya seperti ini, menyebutkan huruf dan angka, menunjukkan warna, melihat berbagai macam bentuk atau mengajari El untuk berjalan dengan benar. Semua itu dilakukan untuk melatih motorik anak itu supaya bisa lebih mandiri, sekalipun ada kekurangan.

"Ini, Kak" El mengangkat potongan huruf F itu.

"Pintar, sudah tidak lupa lagi ya. Sekarang tunjuk huruf 'M' " ujar Iel. Biasanya, El selalu kalah disini karena sering terkecoh dengan potongan huruf W yang hampir sama dengan M.

"Ayo, jangan salah lagi."

El nampak berpikir sebentar, dia hampir mengambil huruf W namun dibatalkan dan mengambil huruf yang tepat.

"Ini, Kak. Ini huluf M."

"Wah... pintar sekali."

Mereka pun bertepuk tangan dengan keberhasilan itu. Sederhana memang, tapi kebahagiaan setiap orang itu berbeda-beda bukan? Cashiel jauh lebih bahagia saat ini daripada saat mendapat hadiah mobil dari sang ayah. Bahagianya sederhana.

Lagniappe (END)Where stories live. Discover now