Kepala Vea menggeleng, jika makan terlalu banyak bisa-bisa nanti ia ingin bab. "Gak mau ah."

"Gue boleh gabung," ucap seorang cowok yang di ketahui namanya, Steven.

Vea menoleh, ia menatap cowok itu lekat. Sepertinya tidak asing.

"Duduk aja bro," ujar Raka.

Agav yang mengetahui jika Steven akan duduk di samping kiri Vea berdiri dengan cepat, lalu duduk di di samping tengah-tengah antara Steven dan kekasihnya.

"Posesif juga lo," bisik Steven di telinga Agav.

"Lo kayaknya kepedasan ya? Minum-minuman gue aja," ucap Steven, ia menyodorkan minumannya ke hadapan Vea.

Vea mengerutkan keningnya heran, kenapa cowok itu perhatian sekali?

Tangan Agav dengan cepat mengembalikan minuman milik Steven. "Gak perlu, Vea bisa minum-minuman gue."

"Oh ok," jawab Steven tersenyum licik.

Tring....tringg....

Bel masuk berbunyi, Vea menoleh pada Agav.

"Agav gue lupa bawa jas lab, lo bawa gak?" tanya Vea.

"Gue gak bawa Ve, sebentar gue tanyain sama yang lain," ucap Agav.

Steven tersenyum licik, ia melepas jas lab nya yang tadi pagi ia pakai. "Pakai punya gue aja, masih bersih kok."

Vea tampak berpikir, jika gadis itu menunggu Agav mencarikan jas untuknya bisa-bisa ia terlambat nanti.

"Gue pinjam ya," ucap Vea mengambil jas lab yang di berikan Steven.

Agav menggeram kesal. "Cepetan ke lab, jangan genit."

Vea mencibir kesal. Memangnya kapan dia genit? Gadis itu pergi meninggalkan Agav dan Steven di kantin, sementara yang lainnya sudah pergi sedari tadi.

Agav menatap Steven dengan mata tajamnya. "Gak usah deketin Vea."

"Kenapa memangnya?" tanya Steven sinis.

"Dia pacar gue," jawab Agav datar.

"Cuman pacar bro, boleh lah gue rebut," bisik Steven di telinga Agav.

"Brengsek!"

Steven menepuk pundak Agav, cowok itu berlalu pergi dengan kedua tangan yang di masukkan ke dalam saku.

Kelas XII.1 IPA sekarang sedang melangsungkan ujian praktek di lab, Vea yang di tugaskan untuk mengambil barang-barang di kotak berukuran besar sedikit kewalahan.

"Lah kok kurang sih, harusnya kan nih barang totalnya 31 kok cuman 27, jangan bilang masih di ruangan itu," ucap Vea, ia memandang ruangan yang tidak begitu besar ukurannya, namun di dalamnya sangat luas.

Gadis itu masuk ke dalam, ia mulai menggeledah barang-barang di ruangan itu.

"Kenapa cuman gue sih yang di suruh?" gumamnya.

"Halo sayang," ucap seorang cowok dari belakang tubuh Vea.

Byurr!

Mata Vea memburam, ia tidak sempat melihat sosok itu. Vea rasanya ingin muntah sekarang, mencium bau bensin terlalu berlebihan, entah kapan ada cairan bensin berserakan di lantai.

"A-api," ucap Vea berdiri dengan tubuh yang gemetaran.

Gadis itu berlari, namun entah bagaimana bisa pintu itu terkunci rapat dari luar.

"Tolong-tolong, ada orang di luar. Plisss bukain pintunya, gue mohon!" teriak Vea.

"Halo sayang," ucap sosok cowok itu lagi, ia kembali datang dengan tubuhnya yang memaki pakaian hitam, wajah cowok itu juga tidak terlihat karena menggunakan topeng.

AGAVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang