17. Hujan Malam

22 3 0
                                    

"Do, nanti kalo temen aku kesini tolong bukaiin pintunya, ya? mau kerja kelompok" kata Reyna pada sepupunya yang sedang sibuk bermain game online diruang tamu.

"Aku mau mandi dulu" lanjutnya sembari berjalan meninggalkan ruangan.

"Iya" balas Ardo singkat.

Beberapa menit setelah percakapan mereka, bel berbunyi menandakan ada orang diluar sana yang dia yakini itu teman Reyna. Dengan tangan yang masih sibuk berkutik dengan gamenya, Ardo berjalan menuju ke arah pintu.

"Assalamualaikum" ucap seseorang diluar pintu sana, membuat Ardo menghentikan langkahnya sejenak. Dia mengenali pemilik suara itu.

Dengan berat hati, Ardo membuka pintu rumah Reyna dan menyuguhkan wajah sok cueknya. Pintu terbuka, menampakkan sang pemilik suara yang tak lain ialah Chessy Arabelle Maheswari.

Ara sedikit terlonjak saat pintu itu terbuka menampakkan seseorang yang bukan pemilik rumah, melainkan sepupu laki-laki dari temannya.

"Masuk!" perintah Ardo menatap Ara sekilas lalu beralih menatap lagi ke arah gamenya.

"Reynanya mana?" Tanya Ara.

"Mandi" balas Ardo masih fokus pada gamenya.

"Udah lama?" Tanya Ara lagi.

Pandangan Ardo, laki-laki itu alihkan dari gamenya dan berganti menatap ke arah perempuan yang juga menatapnya dengan sedikit rasa takut.

"Banyak nanya ya lo!" jawab Ardo sengit.

"Kok nyolot sih!" Balas Ara tak terima.

Rasa cemburu yang hadir, seringkali membuat empunya sulit mengendalikan sebuah kesal yang ada. Bisa dibilang, Ardo benci dengan sikapnya ini. Mengapa dia harus semarah itu pada seseorang yang dikatakan bersalah saja tidak. Dia, laki-laki tak tahu diri yang seenaknya menyimpan rasa kesal atas kecemburuan pada seseorang yang rasa cintanya saja tak terpaut untuknya. Namun, perihal perasaan memang seringkali tak semasuk akal itu, bukan?.

"Masuk" Ucap Ardo lebih lembut. Menyadari akan ucapannya tadi yang bisa dibilang menyakitkan.

Ara berjalan mengekori Ardo memasuki rumah Reyna dengan segala dumelan yang ada didalam hatinya. Ingin sekali mengeluarkan segala makian itu untuk laki-laki ini.

Diruang tamu milik Reyna, kini hanya ada mereka berdua. Hening, tidak ada perbincangan, yang ada ialah rasa canggung yang bercampur kekesalan yang belum juga melebur dari keduanya. Namun hal itu tak berlangsung lama, karena pemilik rumah datang senyapkan keadaan yang tak nyaman itu.

"Wihhh, cecan udah dateng nich!" Celetuk Reyna tiba-tiba merangkul Ara dari belakang kursi, membuat perempuan itu sedikit terkejut.

"Heh! Ngagetin aja" ucap Ara menepuk tangan Reyna yang memeluk tubuhnya.

Ardo menatap sekilas pada kedua bocah itu. Lalu bangkit dari duduknya pindah ke ruang keluarga milik Reyna dan bergabung dengan mama Reyna yang sedang menonton televisi, membiarkan mereka mengerjakan tugasnya.

Ara dan Reyna bersiap mengeluarkan bahan-bahan untuk tugas prakaryanya, dan mulai membuat pot dari botol. Kerajinan andalan Ara.

Kurang lebih 2 jam an mereka membuat tugas prakarya itu, dan akhirnya pot dari botol buatan mereka pun jadi. Mungkin kedengarannya hanya pot dari botol biasa. Namun keduanya berhasil membuat botol itu lebih mempunyai nilai seni. Dengan perasaan senang mereka membuat lukisan disana. Keduanya memang sama-sama mempunyai ketertarikan di bidang melukis. Menyenangkan baginya.

"Yeay, jadi!" Seru Reyna senang melihat hasil kerja mereka. Saling mengulurkan tangan bertos ria.

"Kerja bagus hehe"

Semoga (On Going)Where stories live. Discover now