13. Futsal

85 11 0
                                    

***

Happy Reading

Bel pulang yang baru saja berbunyi, membuat murid dikelas XI IPA 2 bersorak dengan senangnya, mengingat hari ini tepat pulang sekolah, kelas mereka akan bertanding futsal dengan kelas XII IPS 1.

Murid laki-laki yang akan bergabung dalam pertandingan ini segera mengganti seragam miliknya dengan jersey kebanggaanya. Setelah siap dengan pakaian jerseynya, semua murid dari kelas itu segera membawa dirinya pergi ke lapangan. Tidak ada satu pun dari murid XI-IPA 2 yang pulang lebih dulu hari ini, semuanya hadir disana ikut memeriahkan hal sederhana itu.

Reyna dan Ica juga murid lainnya sudah pergi lebih dulu ke lapangan, tersisa Ara dan Farah didalam kelas. Dengan ragu Farah mengambil air mineral dan handuk kecil dari tasnya. Namun, sesaat setelahnya perempuan itu mengembalikan air mineral dan handuk kecil itu kedalam tasnya lagi. Hal itu tak luput dari pandangan Ara yang juga masih berada didalam kelas.

"Kenapa dikembaliin?" tanya Ara yang mengerti jika sahabatnya ini ingin memberikan minuman itu untuk Reno, namun ada banyak keraguan yang tertanam.

"Tau ah, males Ra" jawab perempuan itu lesu.

"Far, udahan ya marahanya. Aku tahu kamu kecewa, kamu cape sama kak Reno, kalo aku jadi kamu aku pasti juga ngerasain yang sama" ucap Ara berempati.

"Tapi kalau dipikir-pikir, bukankah kita perlu untuk bisa saling memahami? Dan Aku tahu kamu sama kak Reno itu bukan pasangan yang hanya mau paham sepihak, selama ini kalian itu bisa saling memahami" lanjut Ara.

Sewaktu kelas 10 Farah pernah bergabung menjadi anggota OSIS yang mana waktu itu Renolah yang menjabat sebagai ketuanya. Dan dari OSIS inilah mereka saling mengenal.

Farah tahu, dulu sewaktu Reno menjabat sebagai ketua OSIS, laki-laki itu punya kesibukan yang lebih dibanding siswa lain. Ditambah lagi Reno juga bergabung dengan tim sepakbola dan olimpiade ekonomi disekolahnya. Jadwal main laki-laki itu tidak banyak waktu itu. Namun Farah bisa memahaminya, selama kesibukan Reno bukanlah suatu hal yang buruk. Dan Reno selalu memberi ruang untuk dia dan Farah, sekalipun hanya untuk sekedar berbicara lewat ponsel.

"Baikkan, ya? Kan kak Reno ngebatalin kemarin itu bukan hanya sekedar ngebatalin, dia punya keperluan yang memang gak bisa ditinggalinkan, Far?" Ara mencoba membujuk Reyna sekali lagi. Rasanya, ia tak rela melihat pasangan ini merenggang.

Farah terdiam sejenak berpikir. Benar apa yang dikatakan Ara. Farah tau ia cape, tapi ia juga harus bisa memahami laki-laki itu, bukan hanya menuntut untuk dipahami saja.

Lagian, Reno membatalkan janji dihari itu karena memang dia harus mengikuti turnamen yang jadwalnya diajukan satu hari dari jadwal sebelumnya. Itu juga akan menjadi Turnamen terakhirnya mewakili sekolah, karena sekarang dia sudah kelas 12. Rasanya jahat sekali kalau Farah membiarkan Reno tidak mengikuti turnamen terakhirnya di SMA, sedang hal itu ialah hobi dari laki-laki itu.

Hingga akhirnya Farah kembali mengambil air dan juga handuk kecil itu lagi. Farah memutuskan akan mulai memperbaiki permasalahan ini.

***

Dilapangan SMA Highclassy sudah banyak murid dari kelas XI IPA 2 dan juga XII IPS 1 yang berkumpul. Hanya ada murid-murid dari kedua kelas tersebut disana, karena hari ini tidak ada jadwal ekstrakurikuler apapun disekolah selain ekstrakurikuler sepakbola. Mungkin hanya ada beberapa siswa lain yang memilih untuk tetap tinggal sedikit lebih lama disana.

Ica dan Reyna melambaikan tangan pada Ara dan Farah yang baru saja sampai di lapangan untuk duduk disebelah mereka.

Selang beberapa detik setelah kedua perempuan itu duduk, pertandingan di mulai. Semua siswa yang berada ditepi lapangan memberikan sorakan semangatnya.

Di awal permainan, bola tengah berada dalam kuasa tim dari kelas XII IPS 1 yang mana bola tengah di giring oleh Ardo. Laki-laki itu mengundang banyak sorakan disana dengan kelihaiannya dalam bermain bola. Entah laki-laki itu menyadari atau tidak jika ketampanannya akan lebih terlihat disaat-saat seperti ini.

Bukan hanya dari kelasnya saja laki-laki itu mendapatkan sebuah dukungan, tapi dari kelas Ara pun banyak dari mereka yang memberi dukungan untuk Ardo. Seolah mereka ini ialah tim netral.

Ara yang menjadi salah satu penonton disana juga membiarkan matanya melihat setiap gerak yang dilakukan Ardo dilapangan itu. Ardo menggiring lalu mengoper bola ke tim seregunya dengan gerakan yang baik dan tenang. Bohong jika Ara bilang Ardo tak semenarik itu untuk dipandang dengan lama.

Sesaat kemudian, bola keluar dari lapangan dan berhenti tepat didepan perempuan yang belum juga mengalihkan pandangannya dari seseorang dilapangan itu. Semua pandangan tertuju ke arah Ara atau lebih tepatnya ke arah bola itu keluar, termasuk Ardo yang kini masih menjadi objek menarik dimata Ara.

Tatapan keduanya bertemu membuat Ara tersadar dengan arah pandangannya sekarang. Segera Ara mengalihkan tatapannya itu dan dengan perasaan gugup ia mengambil bola yang kini menyentuh kaki miliknya.

Ardo berlari kecil ke arah perempuan itu menghampiri bola yang baru saja keluar dari lapangan. Melihat hal itu Ara langsung membuang bola yang kini ia pegang ke sembarang tempat, membuat Ardo yang baru saja berada didepannya menghela nafas sabar.

Ara mendongakkan kepala mendapati rahang tegas dengan keringat yang membasahi pelipis milik Ardo. Perempuan itu menelan salivanya melihatnya.

"Apa?" ucap Ara.

Ardo menyentil pelan dahi Ara lalu berlari pergi mengambil bola yang dibuang oleh perempuan itu tadi.

"Heh! Kenapa kamu buang bolanya?" Tanya Farah menyenggol Ara.

"Padahal udah disamperin kak Ardo loh Ra, bisa-bisanya dibuang bocah" tambah Ica.

"Ra Araa" Reyna juga tak habis pikir dengan temannya itu.

Ara hanya terdiam, bingung juga dirinya harus menjawab apa.

Permainan kembali dimulai setelah Ardo mendapati bola itu. Kali ini bola tengah dikuasai oleh Gavin, membuat teman-teman Ara bersorak makin keras termasuk Ica yang sangat semangat sekali memberi dukungan untuk seseorang yang baginya spesial itu.

Tak lama bola sudah beralih di kaki Reno, kemudian mengopernya pada Ardo yang berada didekat gawang. Laki-laki itu menerima bola dengan baik kemudian menendangnya ke arah gawang dan XII IPS 1 berhasil mencetak gol pertamanya.

Sebuah senyuman terbit dari wajah Ardo membuat Ara lagi-lagi tanpa sadar memandang kagum pada laki-laki dengan nomor punggung 2 itu.

Ardo yang baru saja berjabat tangan dengan teman se timnya, mengarahkan pandangannya pada seseorang yang kini dengan jelas menatap ke arahnya dari tepi lapangan sana. Ardo mengangkat dagunya seolah berkata 'Apa liat-liat?' pada Ara yang membuat perempuan itu kelimpungan karena tertangkap telah memandangi laki-laki itu.

Aduh bego banget

Pasti dia kepedean

Ngapain juga aku ngeliatin dia

Aduhhhh

Dumel perempuan itu dalam hati.

Dilapangan sana Ardo menunduk menyembunyikan senyumnya. Senang mengetahui bahwa perempuan itu memandanginya.

Rasanya Ardo ingin memperpanjang durasi pertandingan ini. Bermain sepak bola itu menyenangkan terlebih jika ada perempuan itu disana.

Beberapa menit berlalu, tak terasa pertandingan berakhir yang dimenangkan oleh kelas Ardo dengan skor 3 : 2. Mereka yang bermain dalam pertandingan itu pun saling berjabat tangan sebelum keluar dari area permainan.

Bersambung...

Makasih buat yang udah sempetin baca♡

Semoga (On Going)Where stories live. Discover now