Chapter 31

339 77 10
                                    

31. WANITA KUAT

_________

Acara empat bulanan untuk syukuran calon anak Aina dan Andra sudah selesai, dan berjalan dengan mulus. Banyak kolega-kolega bisnis papi'nya Andra juga keluarganya yang datang ikut mendoakan.

Rasanya Aina merasa malu karna satupun tidak ada keluarganya yang datang, ya memang Aina sendiri tidak tahu dimana keluarga orangtuanya.

"Sayang, kok cemberut?" tanya Renita---mami'nya Andra.

Aina langsung memeluk mami'nya Andra yang sudah ia anggap seperti orangtua sendiri itu, "Maafin Aina ya, satupun gak ada keluarga Aina yang datang, sementara keluarga Andra banyak banget yang dateng. Aina ngerasa gak pantes mi masuk keluarga terhormat kaya keluarga Andra gini"

Renita mengusap lembut punggung Aina. Ia sangat mengerti dulu saat hamil hatinya mudah sekali terbawa perasaan, bahkan hal kecil saja bisa di jadikan beban pikiran yang berat. Ia tak ingin Aina terlalu memikirkan hal-hal spele yang memang seharusnya tidak perlu di pikirkan.

"Dengerin mami ya, siapapun kamu, darimanapun asalmu, setinggi ataupun atau serendah apapun pendidikanmu, mami gak perduli! Selama kamu orang yang baik, orang yang bisa membuat anak mami bahagia, terutama dengan adanya calon baby dalam rahimmu, maka mami akan slalu menganggapmu menantu, anak dan keluarga di keluarga ini sayang"

Mendengar perkataan itu, membuat senyum Aina terukir. Tangisnya mereda setelah tetesan airmata itu di hapus oleh sang mertua.

Renita mengusap perut Aina yang mulai buncit sudah agak maju sebesar buah melon. "Gak sabar ketemu calon cucu" lirihnya sambil tersenyum.

"Aina juga gak sabar lihat dia lahir mi" Kedua wanita itu melanjutkan obrolan sampai tak ingat waktu. Maklum, mereka ini mertua dan menantu goals, yang apabila sudah mengobrol pasti manjang dan terasa menyenangkan.

°°°°°

2 hari menginap di rumah orangtua Andra, bagi Aina tidak cukup. Ia sangat merindukan mertua'nya itu, di tambah sekarang Andra malah menitipkan Bintang disana. Aina semakin merasa kesepian saja jadinya.

Di usia kandunganannya 4 bulan ini, janin yang berada dalam rahim Aina sudah mulai menunjukan getaran-getaran kecil yang membuat Aina benar-benar senang dan bahagia memilikinya.

"ANDRA SAYANGKUUU, MONYET IMUTKU, TUAN MUDAKU YANG GANTENGGGGG--" Teriak wanita itu kemudian menghampiri Andra ke ruang kerja'nya. Jika hari sabtu, Andra memilih bekerja di rumah saja, ia hanya pergi kuliah beberapa jam, hingga bisa kembali ke rumah dan menemani sang isteri.

Andra menghentikan aktifitasnya, "Ada apa nyonya Ainaku sayang yang boncel." Pria itu mendongkakan kepalanya dan meraih pinggang Aina agar duduk di atas pangkuannya.

"Ish boncel-boncel gini kan kesayangan kamu loh! Kamu gak boleh begitu sama isteri, kewalat kamu nanti. Kalau udah jadi duda pasti kamu nangis-nangis gak terima kehilangan manusia secantik aku!"

Andra tertawa lirih mendengarnya. Wajah Aina ini terlalu menggemaskan, bahkan ia tak percaya jika wanita yang seperti anak kecil macam Aina itu bisa mengandung anaknya. "Terus ada apa kamu kesini sayang? Teriak-teriak pula, ngatain suami kaya monyet"

"Hehehe. Iniloh Andra, anakmu gerak-gerak. Kaya ngegeter gitu tapi sering, hum seneng banget"

Tangan Andra terulur mengusap perut Aina, "Mana sayang? Kok gak geter pas aku pegang?"

"Tangan kamu bekas cebok kali, dia gak mau di pegang jadinya!" Sebal Aina.

"Sembarangan! Tangan bekas megang pekerjaan ni, nanti nurun ke anak kita jadi pekerja keras"

"Aamiin. Hem, aku mau ke bidan Oliv ya?"

"Aku antar ya?"

"Eh enggak usah, biar aku sendiri aja." Andra mengangguk. Tak heran jika isterinya itu tak mau di antar oleh Andra, Andra hanya pernah mengantarnya sekali saja, dan bulan-bulan berikutnya Aina datang sendiri pada bidan Oliv. Alasan Aina tak mau mengajak Andra, karena ia tahu bahwa pria itu sedang fokus pada pekerjaannya.

Aina pergi menuju rumah sakit di antar oleh pak supir.

Sesampainya di rumah sakit, wanita itu segera menghampiri bidan Oliv. Untung saja dirinya adalah pasien khusus, jadi tidak perlu mengantri seperti kebanyakan orang lainnya.

"Duduk Aina, ada apa?" tanya bidan Oliv.

Aina menarik kursi di hadapan bidan Oliv. "Aina seneng karna Aina udah rasain getarannya di dalam perut" ucapnya menahan tangis haru.

"Aina kamu yakin mau mempertahankannya sementara kamu hanya memiliki satu ovarium?"

"Bidan Oliv, Aina sangat yakin! Aina mau anak ini lahir ke dunia meskipun Aina yang harus gak ada nanti. Aina mau terima resiko'nya, asalkan bayi Aina selamat lahir ke dunia"

Bidan Oliv merasa sedih dengan keadaan yang Aina alami. Wanita itu memintanya agar merahasiakan hal ini pada Andra maupun keluarganya. Ia tak mau orang-orang cemas terhadapnya apalagi sampai memintanya untuk tidak mempertahankan calon bayinya.

Andra, maafin gue, selama ini gue sembunyiin semuanya dari lo. Gue bener-bener mau anak ini lahir dan berharap Tuhan kasih kesempatan buat gue tetep hidup di bumi bersama dengan lo dan keluarga kecil kita --- guman Aina dalam batinnya.

Airmatanya menetes. Bidan Oliv yang melihat itu lantas lalu berdiri dan melangkah mendekat, memeluk wanita itu kemudian mengusap punggungnya pelan. "I know you are a strong woman Aina. so, saya akan melakukan sebisa saya agar kamu dan bayimu tetap selamat ketika kamu melahirkan nanti"

Jadi inilah sebabnya Aina slalu menelan pil vitaman penguat janin yang bidan Oliv sarankan, dan ia juga tak pernah mengizinkan Andra ikut untuk pergi ke rumah sakit mengantarnya bertemu bidan Oliv. Selama ini bidan Oliv sudah banyak membantu sebisanya, dalam hatinya ia-pun berharap agar Aina maupun bayinya dapat terselamatkan, sebab yang memberi nyawa dan mencabut nyawa sesungguhnya sudah jadi keputusan yang maha kuasa. Tugas manusia hanya'lah berikhtiar dan berusaha.

Weird Wedding ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang