35 - Mulai Berubah

Start from the beginning
                                    

"JAUHIN AGATHA, BRENGSEK!" Sagara memekik kuat hingga Agatha berjengkit kaget, dan melirik Sagara ngeri. Ada apa dengan Sagara?

Sagara mendorong Agatha ke samping dengan pelan kemudian menarik kerah seragam olahraga Raka. "Bro, gue udah minta baik-baik sama lo untuk tinggalin Agatha, dia punya gue," katanya penuh penekanan.

"Tapi kayaknya cara itu gak mempan. Apa gue harus pake cara yang lebih kasar?" Sagara menaikan alisnya. "Contohnya, bongkar tentang rahasia tergelap lo," dia menyeringai.

Raka masih memasang wajah tenangnya. Dia menatap Sagara datar, sama sekali tidak terganggu dengan ancaman yang kesekian itu. "Silahkan, bongkar sekarang."

Sagara menggeram pelan ketika mendengar ucapan Raka. "Oke, gue akan kasih tau Agatha." Sagara melepaskan kerah Raka dengan kasar kemudian menatap Agatha yang menonton mereka dengan serius.

"Tha?" panggil Sagara. "Lo mau tau sesuatu paling mengerikan tentang Raka?" ucapnya dengan nada misterius.

Agatha mengerjab dan melirik Raka yang kini juga menatapnya dengan pandangan tidak terbaca. Dia kembali memandang Sagara dan mengangguk. "Apa?"

Sagara menarik sudut bibirnya. "Dia pembunuh."

"Hah?" Agatha menunjuk Raka. "Dia? Manusia lugu dan imut ini?" tanyanya tidak percaya.

Raka memutar bola matanya mendengar itu.

"Agatha, gue serius." Sagara memberikan tatapan meyakinkan.

"Lah yang bercanda siapa sih!" Agatha menjawab kesal. "Gue juga serius, Sagara."

"Sagara?" gumam laki-laki itu. "Gue udah bilang Tha, gue lebih suka lo panggil gue Aga. Panggilan khusus itu."

"Hanya untuk orang spesial. Maaf, lo gak spesial lagi buat gue," kata Agatha membuat Raka di sampingnya tersenyum puas. Dia merasa senang mendengarnya.

Sagara menghela nafas kasar kemudian memegang pundak Agatha. "Gue udah bilang dari waktu itu kalau Raka lebih buruk dari yang lo kira. Lo denger barusan gue bilang apa? Dia pembunuh Agatha! PEMBUNUH," tekannya.

Raka berdecak risih melihat tangan Sagara yang bertengger di bahu mungil Agatha. Dia menarik Agatha agar berada di belakangnya membuat wajah Sagara semakin memerah.

"BRENGSEK LO!"

Raka mengabaikan dan melirik Agatha di belakangnya. "Lo percaya omongan dia?"

Agatha menggeleng. "Lo bunuh orang?" Agatha tertawa mengejek. "Sama tikus aja lo takut, apalagi sama manusia."

Laki-laki itu merasa sedikit kesal dengan ledekan Agatha, namun dia memilih mengangguk. "Bagus."

Pandangan Raka kembali tertuju pada Sagara. "Lo liat? Bahkan hal itu gak berpengaruh apapun untuk Agatha. Dan sekali lagi gue tekanin ke lo, gue bukan pembunuh."

Tangan Raka mengepal. "Lo yang pembunuh, lo bunuh Mama gue," desisnya tajam. "Karna donorin ginjalnya ke lo, Mama gue meninggal," suara Raka tiba-tiba terdengar mengerikan.

Sagara terdiam dengan jantung mencelos. Bola matanya menyorot Raka penuh dendam. "Lo anggep gue pembunuh selama ini?" katanya tidak percaya. "Jadi--"

"Ya. Gue anggep lo pembunuh." Raka mengiyakan tanpa ragu. "Tolong sadar diri, lo dihidupin orang tua gue selama ini, jadi stop tuduh gue lagi atas kejadian lampau itu."

Setelah membuat Sagara terdiam seribu bahasa. Raka langsung menyeret Agatha yang masih tercengang untuk pergi dari sana. Agatha bisa merasakan aura berat Raka yang mengerikan saat ini.

My Roommate Is a Badgirl Where stories live. Discover now