28 - Baikan?

180K 26.7K 5.4K
                                    

Selepas dari mading, Agatha langsung berjalan menuju kelasnya dengan wajah tanpa ekspresi. Tidak memerdulikan hujatan yang masih dia dapat meski foto-foto itu sudah dia lepas semua dari mading.

Lagipula dia sudah sering di benci seperti ini.

Rasanya memang tidak nyaman namun Agatha sudah terbiasa atau-- lebih tepatnya harus membiasakan diri. Dia yakin kedepannya akan semakin banyak kebencian yang harus dia tanggung.

Alasannya? Jelas saja karna dia kembali melakukan kekerasan fisik pada ratu sekolah itu. Meskipun mereka sudah melihat jika Irene yang menamparnya lebih dulu, tapi sudah pasti jika Agatha yang akan tetap di jadikan pelaku antagonisnya.

Agatha memang selalu salah. Bahkan bernafaspun sepertinya dia tetap di anggap salah. Hanya karna dia terkenal suka membuat onar dan melanggar peraturan, semua orang jadi selalu menyalahkannya dalam hal apapun

Di perlakukan tidak adil seperti ini sudah menjadi makanan sehari-hari Agatha sejak kelas 10. Mentalnya sudah terlatih, walaupun kadang perasaannya terlukai dengan omongan mereka yang tidak pernah di saring.

Menyedihkan.

Benar apa yang di bilang Raka. Agatha adalah sosok menyedihkan, gadis itu tertawa miris ketika mengingat laki-laki itu. Agatha kira Raka sudah berubah dan akan menjadi sosok pengganti Sagara yang dulu, sebagai orang yang akan berada di sisinya dalam keadaan apapun.

Tapi nyatanya Agatha salah. Dia selama ini keliru menyimpulkan kebaikan Raka padanya. Kenyaatannya Raka hanya kasihan padanya bukan benar-benar perduli.

Memang, tidak ada yang memerdulikan Agatha begitu besar di dunia ini kecuali kakak laki-lakinya Alhan. Agatha mulai merindukan abangnya itu, sepertinya dia akan kembali mencari Alhan setelah ini.

Begitu sampai di kelas, Agatha melebarkan senyumannya ketika melihat dua sahabatnya sudah berada di dalam. Gadis itu langsung menghampiri mereka dengan semangat, berniat menceritakan kejadian menyakitkan ini.

"Cici sayang! Mia my love!" sapa Agatha dengan senyum mengembang. Dia memperhatikan dua sahabatnya sebelum senyumnya meluntur. Mereka ... tidak menoleh padanya dan sibuk mengobrol.

Mia dan Cici mengabaikan Agatha.

Agatha berdehem pelan, berusaha menghilangkah prasangka buruk di kepalanya. "Ohya, hari ini pelajaran olahraga gak si?" tanya Agatha basa-basi. "Gue gak bawa bajunya, pengen bolos aja."

"Yakali! Serius aja bokap lo kayak gitu anjir," ujar Mia memukul lengan Cici pelan. Mereka terus mengobrol dan tertawa tanpa melirik Agatha sama sekali.

"Ci!" panggil Agatha menggoyangkan lengan teman sebangkunya. Tidak ada respon, Cici tetap berceloteh dengan memandang Mia di depannya.

"Mia," panggil Agatha pelan namun Mia juga tidak merespon atau menoleh padanya. Agatha terdiam sesaat sebelum menghela nafas panjang. "Kalian sengaja ngabain gue?" tanya Agatha.

Akhirnya Mia dan Cici menoleh padanya. Mia menaikan alisnya sementara Cici memandang Agatha tanpa minat. "Sori Tha, kayaknya mulai hari ini gue sama Mia gak mau temenan sama lo lagi."

Deg.

Agatha menatap keduanya tidak percaya. "Maksudnya?"

"Ya kita gak pengen temenan sama lo lagi. Kurang jelas?" Mia menatap Agatha benci. "Gini ya Tha, gue agak gak sudi punya temen yang suka jual tubuhnya ke cowok-cowok lain. Gue memang nakal, tapi gue pantang temenan sama jenis jalang kayak lo."

Cici mengangguk. "Selama ini gue kira nakal lo cuman sebatas ngelanggar peraturan sama joget di club aja, ternyata lo lebih parah dari itu." Cici menatap Agatha kecewa. "Gue gak nyangka sama lo, Tha," lirihnya dengan bola mata berkaca.

My Roommate Is a Badgirl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang