chapter-21

2.3K 210 3
                                    

Seperti rencana Mama Nia tadi siang, malam ini beliau mengajakku ke rumah tetangganya yang akan melakukan pemberkatan nikah besok pagi. Kevin dan Papa Sugi juga ikut.

Harusnya aku datang bersama Mama Nia dan Papa Sugi, tapi karena salah satu ponsel Kevin tidak tahu ada dimana, jadi aku harus menunggu laki-laki itu untuk mencari ponselnya.

Ternyata ponsel itu berada di bawah bantal kamarnya, tertindih ketika Kevin sedang tidur. Benar-benar menyebalkan, karena satu ponsel aku ditinggal oleh Mama Nia.

Untung saja rumah tetangga Mama Nia tidak jauh dari rumah Kevin, hanya berjarak 5 rumah. Jadi aku dan Kevin memutuskan untuk berjalan kaki.

"Ini tolong pegangin dong." Kevin menyerahkan dua ponsel yang menjadi alasan keterlambatan kami.

Aku mengambil ponselnya dan mendengus kesal. "Ribet banget lo."

"Yaudah sih jangan marah-marah." balasnya dengan kekehan yang membuatku semakin kesal.

"Nih, lo pegang dompet gue." aku menyerahkan dompet kecil milikku kepada Kevin.

"Kenapa gue yang pegang? Emangnya lo gak bawa tas?" Kevin menatapku dengan dahi yang mengkerut heran.

"Tas gue rusak, resletingnya copot." jawabku dan kembali berjalan mendahului Kevin.

Aku memakai rok plisket selutut berwarna biru muda dan kaos putih, dipadukan cardigan dengan warna yang sama seperti rok. Kali ini tidak ada heels ataupun flat shoes, aku memilih untuk memakai sandal jepit biasa.

Sedangkan Kevin, dia memakai kemeja biru tua dan jeans hitam. Kalau dilihat-lihat, rambutnya sudah mulai panjang. Mungkin aku akan menyuruhnya untuk memotong rambut nanti.

Akhirnya kami berdua sampai di rumah yang menjadi tujuan kami, rumah dengan tembok berwarna kuning cerah. Dari depan gerbang, aku bisa menebak kalau sudah terdapat banyak orang di dalam rumah itu.

Seketika aku menjadi gugup, bagaimana kalau aku melakukan kesalahan dan membuat Mama Nia malu? Ya Tuhan, semoga saja hal itu tidak terjadi.

Aku masih berdiri di depan gerbang dengan perasaan campur aduk, aku takut, aku malu.

"Tenang aja, lo gak bakal dimakan sama mereka." celetukan itu membuatku menengok ke arah Kevin yang sudah berada di sampingku.

Laki-laki itu memberikan senyum tipisnya lalu menggenggam tanganku dengan erat. Secara tidak langsung dia sedang mengatakan kepadaku bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Ayo, masuk." Kevin masuk ke dalam rumah dengan menggandeng tanganku.

Seperti dugaanku, di dalam rumah sudah ramai oleh Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu. Mereka membentuk kubu masing-masing, para Ibu berada di ruang tengah, sedangkan para Bapak berada di dekat dapur.

Saat aku dan Kevin masuk, suasana yang awalnya ramai menjadi sunyi. Seluruh mata menatap kami, atau mungkin hanya menatap Kevin.

"Akhirnya dateng juga, sini-sini!" Mama Nia berseru ke arah kami berdua sambil melambaikan tangannya.

Kevin mengangguk dan menarikku untuk menghampiri Mama Nia yang berada di ruang tengah bersama 3 Ibu lain. Mereka semua duduk di lantai yang beralaskan karpet tebal.

"Kalian kenapa lama banget?" tanya Mama Nia.

"Maaf, Ma, tadi Kevin nyari HP-nya dulu." jawabku.

"Sini duduk, Ta." Mama Nia menepuk tempat kosong di sampingnya, aku langsung mengangguk dan bergerak untuk duduk di samping Mama Nia.

Kevin juga ikut duduk di sampingku tanpa mengatakan apapun. Hanya senyum tipis yang dikeluarkannya.

"Ci Nia, ini siapa? Cantik banget deh." tanya salah satu Ibu yang duduknya berhadapan dengan Mama Nia.

Another Chance {Kevin Sanjaya}Where stories live. Discover now