chapter-13

2.7K 211 9
                                    

Pernikahan.

Satu kata yang melambangkan kebahagiaan, jenjang paling serius dalam sebuah hubungan. Menyatukan dua orang yang berbeda ke dalam ikatan sakral.

Hari ini, aku melihat dua orang disatukan di depan altar. Mengucapkan janji suci di hadapan Tuhan. Berjanji untuk tidak saling meninggalkan, berjanji untuk saling menyayangi dan mengasihi.

Aku tidak pernah berpikir kalau Valle akan menikah secepat ini. Dia yang selalu bersamaku, selalu menemaniku, selalu mendengarkan semua keluh kesahku. Gadis lemah yang berusaha untuk menguatkan orang lain, termasuk aku.

Acara pemberkatan Valle dan Arsen sudah berlangsung tadi pagi di Gereja. Sekarang mereka berdua mengadakan resepsi pernikahan di pinggir pantai. Dengan langit malam sebagai atap, dan suara ombak sebagai backsound alami.

Tamu yang diundang tidak banyak, hanya keluarga, saudara, dan teman-teman dekat mereka saja. Karena acara resepsi ini bisa dibilang tertutup. Terlebih lagi Arsen adalah seorang selebgram terkenal, teman-temannya juga selebgram.

Suasana di pinggir pantai ini sudah ramai. Teman-teman Valle dan Arsen sudah mulai berdatangan. Jangan lupa juga dengan teman-teman dari orang tua mereka.

"Aletta nyanyi ya!" teriakan dari Tante Vita--Mama Valle--membuatku menggeleng pelan.

"Ajak Mami aja, Tan!" balasku.

Tante Vita sedang berdiri di atas panggung kecil menoleh ke arah pelaminan. "Val, Aletta gak mau nyanyi tuh."

Sang pengantin wanita yang menjabat sebagai ratu untuk satu hari itu menatapku dengan mata yang melotot. "Gak mau tau, pokoknya Ale harus nyanyi!"

"Berani bayar berapa?"

"Yang, kasih duit ke Ale, biar dia nyanyi." Valle menyenggol lengan Arsen yang duduk di sampingnya.

"Yaelah perhitungan banget, Al. Gue harus hemat nih, mau nabung buat sekolah anak!" teriakan Arsen membuat tamu undangan lain tertawa.

Aku yang duduk tepat di depan pelaminan juga ikut tertawa mendengar ucapan Arsen. Tingkahnya seperti orang tidak punya uang saja, padahal tabungannya sudah menumpuk.

"Ditunggu ya, Al!" Valle melambaikan tangannya kepadaku sambil tersenyum lebar.

Aku memilih untuk bermain ponsel dan mengabaikan Valle. Gadis itu terlihat sangat bahagia sampai kebahagiaannya sudah melebihi batas. Dan, berakhir dengan tingkahnya yang konyol.

Ngomong-ngomong, Valle dan Arsen terlihat sangat serasi dengan pakaian mereka sekarang. Kalau tadi pagi bertema putih, maka malam ini bertema biru-hitam.

Valle memakai gaun panjang berwarna biru dengan aksen mutiara-mutiara kecil di pinggang. Bagian bawah gaunnya ditambah warna hitam, sehingga terjadi perpaduan warna. Sedangkan Arsen memakai jas biru tua dengan kemeja berwarna hitam.

Untuk keluarga, kami lebih memilih menggunakan pakaian bertema abu-abu. Kata Papi, warna pakaian pengantin dan keluarganya tidak boleh sama.

"Gila, rame banget."

Aku menoleh ke arah kanan dan mendapati Samuel yang duduk di sampingku. Laki-laki itu sangat tampan malam ini, bahkan sejak tadi banyak gadis yang memperhatikannya.

"Namanya juga resepsi." balasku dan kembali melihat ponsel.

"Lo deket sama Kevin Sanjaya?"

Pertanyaan yang benar-benar tidak terduga itu membuatku langsung menatap Samuel. Sedangkan dia lebih memilih untuk menatap ke arah pelaminan.

Demi Tuhan, aku tidak pernah bercerita apapun tentang Kevin kepada Samuel. Dia memang sosok Kakak yang aku idam-idamkan, tapi hal itu tidak membuatku benar-benar terbuka kepadanya. Terlebih lagi, Samuel adalah tipe orang yang sangat cuek, dia jarang mengobrol bersama orang lain.

Another Chance {Kevin Sanjaya}Where stories live. Discover now