chapter-11

2.7K 225 10
                                    

Melihat bagaimana asyiknya Papi bermain jetski tidak membuatku tergugah untuk ikut. Jika aku disuruh memilih antara pantai atau gunung, aku lebih memilih gunung.

Aku tidak suka pantai, laut, dan tempat yang berhubungan dengan air. Sejak kecil, aku selalu takut untuk pergi ke pantai akibat terlalu sering melihat film kartun tentang monster laut.

Sangat berlebihan memang, tapi aku benar-benar takut. Sampai saat ini, pantai adalah salah satu tempat yang tidak ingin aku kunjungi. Pikiran-pikiran negatif langsung bermunculan di kepalaku jika aku berada di pantai.

Aku takut terbawa ombak saat sedang bermain jetski, aku takut tenggelam saat berenang, aku takut ada hiu yang tiba-tiba menelanku. Saat aku sudah berpikiran seperti itu, aku menjadi sensitif dan bisa menangis histeris.

Jadi, untuk kenyamanan bersama, aku lebih memilih naik perahu daripada ikut bermain jetski bersama Papi dan Aero.

Karena perahu bergerak pelan menuju tengah pantai, aku bisa melihat dengan jelas sosok Aero yang sepertinya sedang mengajari Papi melakukan berbagai gaya.

Tidak berselang lama, Papi langsung bisa menguasai gaya yang diajari oleh Aero.

"Letta, ayo ikut!" Papi berteriak ke arahku sambil melambaikan tangan.

"Gak mau!" aku juga ikut berteriak agar Papi bisa mendengarnya.

Di dalam perahu ini hanya ada aku, dua anak kecil, dan Bapak-Bapak yang mengendalikan perahu. Sepertinya semua tamu undangan Om Fully lebih memilih untuk bermain jetski.

Selain Tante-Tante dan Om-Om, aku juga melihat banyak anak muda. Mungkin saja mereka adalah teman Aero dan Aqsa.

Kalau teman Aero dan Aqsa juga ikut diundang ke acara ini, maka Kevin..

Ah, tidak mungkin. Laki-laki itu pasti sedang sibuk latihan untuk Sudirman Cup.

"Bengong aja, Mbak!" ucap Aero yang tiba-tiba berada di samping perahu.

"Bodo amat." balasku sambil menyingkirkan beberapa helai rambut yang menghalangi wajahku. Angin pantai membuat rambutku berterbangan.

"Kayaknya gue pernah liat liontin gelang lo." ucapan Aero membuatku menatap gelang yang ada di pergelangan tanganku.

"Perasaan lo aja mungkin." jawabku.

Aero mengangkat bahunya dan kembali bermain jetski. Dia menghampiri Papi, lalu mereka berdua melakukan berbagai gaya.

Aku mengalihkan pandangan ke arah dua anak kecil yang benar-benar menatap Aero dengan pandangan takjub, kagum, dan senang diwaktu yang bersamaan. Kedua anak itu seperti melihat sesuatu yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya.

"Nama kalian siapa?" aku bertanya kepada mereka.

"Nama aku Qori, yang ini namanya Zori." balas salah satu dari dua anak itu.

"Kalian kembar?"

Qori mengangguk mendengar pertanyaanku. Hal itu membuatku menatap mereka berdua dengan intens. Anak yang bernama Qori memiliki tubuh yang lebih besar jika dibandingkan dengan Zori.

"Suka jetski?" aku bertanya lagi.

Zori mengangguk antusias. "Aku suka banget, Kak! Aku juga ngefans sama Kak Aero dan Kak Aqsa."

"Kalau aku ngefans sama Kak Kevin yang atlet bulutangkis." timpal Qori.

Aku tersenyum menatap kedua anak itu. Senang sekali rasanya saat mengetahui ada anak kecil yang mengidolakan para atlet.

"Kalian-"

"Letta!"

Ucapanku terhenti saat mendengar panggilan itu. Aku menengok ke belakang dan melihat tiga orang yang sedang menaiki jetski, mereka bertiga menghampiriku.

Another Chance {Kevin Sanjaya}Where stories live. Discover now