11. Entahlah...

69.2K 5.6K 118
                                    

Intan.
Ngapain? Kenapa cuma berdua?

Me.
Gue mau ngomong sesuatu, ketemu di kosan, Yuda.

Atha memasukan ponselnya, melirik Dini yang sibuk dengan ponsel. Suasana di rumahnya begitu sepi, pelayan dan penjaga sudah tidur.

"Gue keluar bentar ya?" Atha mengusap kepala Dini dengan menatapnya sayang, suaranya bahkan terdengar lembut.

Dini mendongak. "Jam 9 malem? Kemana?" tanyanya acuh tak acuh, bahkan menyesal bertanya.

"Yuda butuh bantuan, gue mau ke kosannya bentar," bohong Atha seraya mengusap pipi Dini sekilas.

"Ja-jangan lama," Dini mematikan ponselnya. "Gue tidur duluan." lanjutnya seraya beranjak.

Atha ikut beranjak sambil mengangguk. "Nanti nyusul," di kecupnya kening dan pipi Dini.

Dini pasrah saja, dia sedah lelah berdebat.

Atha senang dengan kepatuhan Dini hari ini, rasanya dia benar-benar sudah kembali memilikinya.


***

Atha meregangkan lehernya dengan terus mengayunkan langkah, dilirik jam yang ada di dinding kamarnya itu yang kini menunjukan pukul 11 malam.

Atha melepas kaos, jeansnya lalu menuju kamar mandi setelah melirik Dini yang sudah di alam mimpi.

Tak lama Atha keluar, menuju lemari, meraih celana piyama tanpa atasan lalu merangkak naik ke atas kasur.

"Cantik banget sih," gumamnya seraya meraih Dini pelan untuk dia peluk, tak lupa memposisikannya dengan nyaman.

Atha mengecup bibir Dini sekilas. "Mimpi indah, baby." bisiknya lalu dia ikut terlelap karena kelelahan.

Paginya, Dini bangun seperti biasa. Menyiapkan seragamnya dan juga Atha. Mau tidak mau dia harus belajar mandiri meski ada pelayan di rumahnya.

Itu juga termasuk permintaan Atha.

"Udah bangun?"

Dini sontak terkejut karena Atha bagai lintah yang merapat di tubuh belakangnya. Dengan sesuatu sekeras batu mengganjal.

***

Dini melirik leher Intan yang merah-merah di beberapa bagian, alisnya sontak bertaut. "Lo abis ngapain semalem? Sama cowok ya?!" tuduhnya.

Intan sontak melotot walau sesaat. "Eng-ga, Ihh! Apaan sih lo, Din!" amuknya bete.

"Ini bukan karena nyamuk, gue tahu!" di tunjuknya bagian leher Intan itu sekilas.

Intan refleks memegang lehernya. "I-ini alergi!" balasnya ngegas.

"Bohong! Lo bohong!" Dini tidak akan membiarkan sahabatnya hancur seperti dirinya, dia tidak ingin sampai Intan di rusak laki-laki yang tidak bertanggung jawab.

"Ngaco! Gue ke kantin!" Intan dengan wajah di tekuk bete beranjak, meninggalkan Dini yang semakin penasaran.

Suara dering ponsel membuat Dini beralih fokus. Ternyata ponsel Intan.

Pernikahan Dini (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang