Bagian dua

47.3K 3.3K 294
                                    

Halo!

SEBELUM MEMBACA SILAHKAN VOTE TERLEBIH DAHULU!!!!
.
.
.
.
.

Happy reading ❤

•••••

Kegelapan malam mulai menyelimuti langit. Rasa dingin terasa menembus kulit Ella. Gadis mungil itu tengah berjalan seorang diri menuju apartemennya. Dia baru saja membeli beberapa makanan instan di supermarket. Jarak antara supermarket dan apartemennya tidak terlalu jauh. Oleh karena itulah, dia memilih untuk berjalan kaki saja.

Ella melihat jam di ponselnya. Rupanya jam menunjukkan pukul 22:00 pm. Sebenarnya, tadi dia sudah tertidur. Tapi karena rasa lapar yang dia rasakan, membuat Ella terbangun dari tidur nyamannya. Dan ketika ingin memasak, dia tidak menemukan apapun di dalam lemari es-nya. Saat itu juga Ella bergegas pergi ke supermarket terdekat.

Ella memeluk dirinya sendiri saat rasa dingin mulai menyerangnya. Dia mempercepat langkahnya untuk segera sampai di apartemennya.

"Hai, cantik."

Ella tersentak kaget ketika merasakan tangan kanannya di tarik oleh seorang yang berbadan kekar. Jangan lupakan wajahnya yang dipenuhi oleh tindik dan banyak tatto di tangan serta lehernya.

"Lepasin." Ella berusaha melepaskan tangannya.

Ella menyentak tangannya dengan kuat. Tapi hal itu tidak berhasil, karena orang itu memegangnya dengan erat. Sampai-sampai membuat tangan Ella terasa ngilu dan perih secara bersamaan.

"Gemesin banget, sih. Yuk ikut sama gue." Preman itu menarik Ella dengan kasar, hingga membuat barang belanjaan Ella terjatuh.

"Nggak mau. Lepasin." Ucap Ella dengan tangisnya yang mulai terdengar. Dia merasa ketakutan.

"Sabar, nggak jauh kok dari sini. Ntar lo akan menjerit kenikmatan, hahaha." Sahut si preman sambil tertawa di akhir perkataannya.

Ella semakin menangis di buatnya. Dia benar-benar ketakutan. Di saat seperti ini hanya Ellard yang memenuhi pikirannya. Dia berharap Ellard datang untuk menyelamatkan dirinya. Seperti yang biasa dulu lelaki itu lakukan. Tapi Ella tahu, itu tidak akan pernah terjadi.

Bruk!

Preman itu melempar Ella dengan kasar, sehingga membuat gadis mungil itu terjatuh di lantai.

"Nih bos, santapan malam kita." Lapor si preman kepada bosnya yang sedang membelakangi Ella dan si preman.

Ella mengedarkan pandangannya. Dia melihat kurang lebih 10 orang bertato dan bertindik di dalam ruangan ini. Dia semakin ketakutan, bahkan badannya sudah bergetar kecil. Ella ingin berlari, tapi kakinya terasa begitu lemas.

Orang yang di panggil bos itu membalikkan badannya. Dia merasa begitu senang karena mendapatkan mangsa kali ini.

Tapi kesenangannya tak berangsur lama, saat melihat wajah gadis kecil di hadapannya.

"Nona." Ucapnya, membuat semua orang di sana tersentak kaget.

"SIALAN! LO NGAPAIN, BANGSAT?!" Sentaknya kepada preman yang menyeret Ella tadi. Orang itu bernama Riki.

Riki menghampiri Ella dengan cepat. Dia ingin membantu Ella berdiri. Tapi jika dia menyentuh gadis ini, nyawanya yang menjadi taruhannya.

"Nona maafkan anak buah saya, tolong berdiri." Ucap Riki penuh kesopanan.

Ella pun tak menyia-nyiakan kesempatan itu, dia langsung berdiri. Entah hilang kemana rasa lemas di kakinya.

"Nona tidak apa-apa? Apakah ada yang terluka?" Tanyanya. Riki terlihat begitu panik, membuat anak buahnya mengernyitkan dahi bingung. Karena tak biasanya bos mereka bertingkah seperti ini. Biasanya Riki tak memiliki rasa kasihan kepada semua korbannya.

ELLARD OCEAN[END]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant