"Ve buka pintunya!" Suara Agav dari luar membuat Vea yang sedang menyisir rambutnya terlonjak kaget di depan kaca.

Vea menghela nafas panjang, lalu menaruh sisir di meja dan membukakan pintu.

"Apa?" tanya Vea santai menatap Agav di depannya.

"Lelet," ucap Agav geram.

Vea melirikkan matanya ke kanan malas. "Kenapa gak duluan aja sih."

"Lupa peraturan gue Ve? Atau perlu langsung gue kasih hukumannya?" tanya Agav menatap Vea garang.

Bibir mungil Vea mencibir kesal, Agav yang melihat itu mengelus bibir mungil Vea lembut.

"Pucat, gak pake lipstik?" tanya Agav.

Vea menyingkirkan tangan Agav dari bibirnya, gadis itu dengan kasar merogoh saku rok nya. Di keluarkan satu buah permen kaki lalu ia mengemut permen itu tepat di bibirnya.

"Udah merah kan?" tanya Vea kesal, lalu meninggalkan Agav.

Cowok dengan pakaian olahraga nya itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, Agav menatap kepergian Vea dengan pikirannya yang tidak habis pikir tentang gadis itu.

••••

"Huahhhhh gue di putusin." Belva mengadu sedih.

"Karena apa?" tanya Katya menatap temannya itu.

"Gue gak bisa jadi perempuan yang dia mau," jawab Belva histeris.

Tara terlihat menahan tawanya, Belva ini ada-ada saja, yang namanya mencintai harusnya bisa menerima satu sama lain.

"Gak usah ketawa lo Tar," ucap Belva menatap Tara kesal.

"Idih, apaan. Gue gak ketawa ya," ujar Tara mati-matian menahan tawanya.

"Lagian lo aneh sih, mau aja diajak pacaran sama Bambang," kata Nara.

"Gini ya Bel, Bambang tuh playboy! Dia gak cukup satu perempuan doang di hidupnya, lagian lo disuruh jadi perempuan yang Bambang mau, ehhh lo nya juga iya-iyain aja," sahut Jessi.

"Sialan ya lo pada!" Belva menatap sengit teman-temannya.

"Belajar yang bener, biar anak gue nantinya pinter," ucap Agav sambil mengusap kepala Vea.

Kejadian itu pun tidak luput dari perhatian seisi kelas terutama, Tara, Nara, Katya, Belva, dan Jessi.

Mereka berlima meneguk ludah kasar. Tontonan macam apa ini? Mana masih pagi!

"Ihhh keluar sana," suruh Vea menurunkan tangan Agav dari atas kepalanya.

"Gue akan pergi kalau lo mau cium tangan gue Ve," kata Agav menyodorkan tangannya.

Vea menatap tangan Agav kesal, cowok di depannya ini memang membuatnya pusing saja.

"Gak mau, kekanak-kanakan banget sih lo," ujar Vea.

"Bukan kekanak-kanakan Ve, tapi ini namanya belajar sejak dini menjadi keluarga yang sakinah mawadah warohmah," ucap Agav sambil tersenyum.

AGAVWhere stories live. Discover now