Azi duduk tepat di samping kursi roda Ainsley. Makanan milik mereka berdua sudah tersedia di meja. Jadi, Azi tidak perlu memesankan makanan untuk laki-laki itu dan Ainsley.

Seperti biasa, sebelum makan Ainsley dan Azi akan berdoa terlebih dahulu.

"Aamiin," gumam Ainsley dan Azi sambil mengusapkan wajah dengan tangan mereka setelah selesai berdoa.

Ainur, Vikram, dan Nabil sudah selesai memakan makanan mereka. Jadi, mereka hanya menunggu Ainsley dan Azi saja. Dengan Vikram yang menatap lurus ke arah Ainsley, karena memang Ainsley berada di depannya, yang hanya terpisah dengan meja persegi panjang. Nabil yang menyandarkan tubuhnya di bangku sambil melipat kedua tangannya, sesekali memperhatikan sekitar untuk melihat jika ada orang yang mencurigakan, dan Ainur yang hanya tersenyum melihat Ainsley yang makan dengan lahap.

Ainsley terus mengunyah makanannya lalu menelannya, dan kembali menyendok nasi gorengnya lalu memasukkan ke dalam mulut, mengunyahnya dan menelannya, begitu seterusnya sampai makanannya habis, dengan dirinya yang tidak peduli akan sekitar.

Nabil yang melihat-lihat sekitar mereka pun berhenti kepada satu titik. Yaitu, Barrun yang melihat ke arah mereka, lebih tepatnya ke arah Ainsley. Awalnya Nabil mengira bahwa Barrun adalah mata-mata dari orang yang ingin mencelakakan Ainsley, namun setelah diamati baik-baik, ternyata ia tahu bahwa Barrun memiliki perasaan lebih kepada Ainsley, dan juga dapat dilihat dari matanya yang menyimpan kecemburuan karena Ainsley yang ditatap oleh Azi dan Vikram.

Barrun juga tidak menyadari bahwa ada Nabil yang memperhatikannya dengan intens, untuk melihat raut wajah darinya jika berubah atau tidak.

"Dapat aku tebak bahwa laki-laki itu memiliki sifat yang sama dengan Azi. Dingin di luar, namun perhatian di dalam. Tidak heran jika Nona Ainsley banyak disukai oleh para lelaki, sebab sikapnya dan semua yang ada pada dirinya adalah hal yang paling dicari oleh semua pria di bumi ini. Termasuk aku pernah menyukainya, namun itu hanya satu tahun, karena aku tahu bahwa Nona Ainsley bukanlah tipe wanita yang dengan gampangnya terbujuk dengan rayuan atau perkataan manis pria," batin Nabil sambil tersenyum geli dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.

Ainsley melihat itu. "Kakak Nabil kenapa kepalanya digeleng-geleng? Apa kepala kakak pusing?" tanya Ainsley dengan polos.

Nabil mengalihkan pandangannya, menjadi menatap Ainsley. Dengan masih tersenyum geli, Nabil menjawab. "Tidak Nona. Saya baik-baik saja. Nona tidak perlu khawatir. Apa nona butuh sesuatu?"

"Ainsley mau makan donat cokelat. Setahu Ainsley, di sini ada yang menjualnya." Ainsley mengedarkan pandangannya ke seluruh kantin, untuk melihat penjual donat.

"Ainsley!" pekik Zeira dengan melambaikan tangannya, yang membuat Ainsley tersenyum manis.

Zeira berlari kencang ke arah Ainsley yang diikuti Xena dibelakangnya yang hanya berjalan pelan, sambil memutar kedua bola matanya. "Dasar bocah gila," gumam Xena.

Sebelum Zeira duduk di tempat duduk yang ada di meja Ainsley yang bersebelahan dengan Nabil, Xena sudah menarik rambut Zeira pelan ke arah meja kosong yang berada tepat di sebelah kanan meja Ainsley.

"Xena! Kamu pikir aku apa yang ditarik-tarik rambutnya? Sakit loh ini!" seru Zeira.

"Diam dan duduk di sini anak nakal!" Xena menekan bahu Zeira untuk duduk di sampingnya.

"Kamu mau kalau aku menangis di sini?" ucap Zeira setengah bertanya.

"Kalau kamu menangis, akan kumasukkan ke dalam mulutmu itu 100 cabai." Xena berjalan dengan santai
mengarah penjual makanan atau minuman untuk memesan miliknya dan Zeira setelah berbisik tepat di dekat telinga Zeira yang sudah menahan kesal dan ingin berteriak, namun gadis itu menahannya, karena tidak mau ucapan Xena menjadi kenyataan.

PARALYSED [END]Where stories live. Discover now