B A B 1

704 153 605
                                    

Malam ini, adalah malam di mana acara Day of graduation dengan tema dress code, black and white. Ini sudah sering di lakukan ketika kelas 9 telah lulus, dan akan memasuki masa SMA.

Untuk para orang tua sudah datang di saat siang hari. Sedangkan, para siswa dan siswi, datang di malam hari. Hal itu di lakukan agar siswa dan siswi merasa sedikit bebas tanpa orang tua mereka, terutama di hari yang bahagia seperti saat ini.

Semua orang berbahagia. Kecuali, seorang gadis bernama Ainsley Annora Jagravi. Gadis itu duduk gelisah di tempat duduknya. Sahabatnya belum juga datang, padahal acara sudah di mulai dari setengah jam yang lalu. Perasaannya tidak enak. Ia merasakan, akan ada sesuatu yang terjadi. Namun, ia mencoba menyingkirkan pikirannya itu.

Ainsley mencoba kembali untuk menelepon sahabatnya, namun lagi-lagi hanya operator yang menjawab.

Kali ini, Ainsley menelepon orang tua dari sahabatnya.

"Assalamu'alaikum bunda," salam Ainsley.

"Wa'alaikumussalam. Ada apa, sayang?" tanya bunda dari sahabatnya.

"Bunda, Darshan sudah berangkat ke sini atau belum?" tanya Ainsley.

"Sudah, nak. Darshan sudah pergi sejak, 20 menit yang lalu," jawab bunda.

"Oh, begitu. Ya sudah, bunda. Ainsley tutup telfonnya ya. Assalamu'alaikum," tutur Ainsley.

"Iya, nak. Wa'alaikumussalam." Sambungan telepon pun terputus, dengan Ainsley yang mematikannya.

Ainsley mencoba untuk menenangkan dirinya, dengan menarik napasnya dan mengembuskan-nya dengan pelan, ia melakukannya sampai 3 kali. Ia sudah lebih sedikit tenang setelah melakukannya.

Ainsley kembali menikmati acara. Ah, dia lupa bahwa dirinya belum makan. Perutnya juga sudah berbunyi, meminta untuk di isi. Dengan langkah riang, Ainsley berjalan ke arah meja panjang yang di atasnya terdapat banyak macam makanan dan juga minuman. Ia mengambil cukup banyak makanan.

Ainsley memakan makanannya dengan lahap, tidak peduli akan sekitar. Di saat ia sedang minum air, ponselnya berbunyi dan terlihat nomor sahabatnya yang menelepon dirinya.

"Halo, apa benar ini dengan nona Ainsley?" tanya seorang laki-laki yang suaranya terasa asing baginya, itu bukan suara sahabatnya, namun ini adalah nomor sahabatnya.

"Iya, benar. Tetapi, mas siapa ya? Kenapa bisa pegang ponsel sahabat saya?" tanya Ainsley setelah meminum airnya.

"Sang pemilik ponsel, sekarang kecelakaan dan berada di rumah sakit RSUP Fatmawati di ruangan-" sambungan telepon langsung di matikan Ainsley, dengan cepat ia berlari keluar dari hotel tempat acara di laksanakan, ia sudah tidak peduli dengan apapun sekarang.

Setelah masuk ke dalam mobilnya, Ainsley langsung mengendarai mobilnya dengan sangat cepat, tidak peduli para pengendara yang memarahinya, tangannya gemetar, dan air matanya masih terus mengalir di pipinya.

"Jangan tinggalkan aku, Shan. Aku mohon bertahan lah. Kau sudah berjanji padaku, maka jangan ingkari janji itu," lirih Ainsley.

Tidak butuh waktu lama ia sampai di rumah sakit, ia menutup pintu mobilnya dengan kencang dan menguncinya. Hal itu membuat beberapa orang melihatnya. Penampilan Ainsley sudah tidak terlihat baik. Dengan rambut yang sedikit acak-acakan, mata yang bengkak dengan air mata yang terus mengalir di pipinya, ia juga sudah melepas high heelsnya.

Ainsley berlari dengan cepat ke arah resepsionis, ia menanyakan di mana ruangan atas nama Darshan Altaff Agathsya. Setelah mengetahui letaknya, ia kembali berlari. Dan melihat seorang laki-laki yang masih terlihat muda berdiri di depan ruang IGD.

PARALYSED [END]Where stories live. Discover now