B A B 19

87 21 41
                                    

"Segarnya!" seru Ainsley setelah wajahnya dibasuh dengan air dari wastafel.

Sekarang sudah jam istirahat, dan Ainsley berada di dalam kamar mandi.

Ia menarik tisu dari tempat tisu dan mengeringkan wajahnya. Setelahnya, ia membuangnya di tempat sampah yang ada di sampingnya.

Brak!

Ainsley terkejut karena terdengar pintu kamar mandi yang terbuka dengan tiba-tiba dan seperti dibuka paksa, terlihat dua orang siswi yang berpenampilan mewah dengan gelang dan kalung emas yang melingkar di leher serta tangan kedua siswi itu, sepatu mereka juga berwarna putih dan merah muda.

"Oh jadi dia yang anak manja itu? Ah, lebih tepatnya gadis cacat."

Hahahaha

Ainsley hanya tersenyum mendengar mereka menghina serta menertawakannya.

"Orang kayak kamu itu, hanya bisa merepotkan banyak orang tahu tidak? Pasti apa-apa minta tolong orang lain, bukan? Dasar perempuan cacat!" teriak Naura.

Ainsley menghilangkan senyumannya, namun hanya sebentar, ia kembali menarik sudut bibirnya untuk tetap tersenyum, dan berusaha untuk ucapan dari siswi yang berada di depannya, tidak ia masukkan ke dalam hati.

"Saya memakai kursi roda, karena sebuah kecelakaan. Walaupun begitu, saya tetap bersyukur masih bisa bersekolah dan belajar seperti kalian. Jika bisa memilih, saya juga tidak ingin seperti ini. Namun, namanya takdir tidak bisa kita hindari atau tolak, karena itu tidak terduga, dan juga hanya Tuhan yang tahu,"  sahut Ainsley lembut.

"Cih. Tidak usah ceramah di sini ya gadis cacat! Ceramah di tempat lain saja. Kami tidak membutuhkan omong kosong kamu itu!" tukas Dila, sahabat Naura.

"Ayo Naura, kita ke toilet lain. Aku malas di sini, karena ada gadis cacat ini." Dila menarik tangan Naura keluar dari kamar mandi, karena takutnya ada yang melihat mereka di kamar mandi, dan menuduh mereka melakukan bullying kepada Ainsley.

Ainsley hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum saja. Semenjak pertama kali ia lumpuh dan mengambil keputusan untuk tetap bersekolah seperti anak-anak pada umumnya, Ainsley sudah menyiapkan mental dan hatinya untuk hal-hal seperti ini. Karena, ia tahu, jika ia bersekolah dengan keadaan sekarang, tidak mungkin tidak ada yang membicarakan atau menghinanya. Jadi, reaksi Ainsley hanya biasa saja ketika ada yang menghina atau mengejeknya tentang dirinya yang lumpuh.

Tok, tok

"Ini Azi Nona Ainsley. Apa Nona sudah selesai?" tanya Azi.

Ainsley bergegas membuka pintu toilet dan terlihat Azi menatapnya dari kepala sampai kaki. Membuat Ainsley mengerutkan keningnya, karena bingung.

"Apa ada yang salah dengan pakaian Ainsley?" batin Ainsley.

"Kenapa Kakak menatap Ainsley seperti itu?" tanya Ainsley.

"Saya tahu kalau ada dua siswi yang masuk ke sini. Dan terlihat wajah mereka seperti menahan kesal setelah keluar dari toilet. Apa ada sesuatu yang terjadi kepada Anda Nona?" Jawab Azi.

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan Kakak. Itu hanya masalah kecil, yang bisa Ainsley tangani sendiri. Dan Ainsley juga baik-baik saja," sahut Ainsley tersenyum.

Azi hanya menganggukkan kepalanya, dan berpindah ke belakang Ainsley untuk mendorong kursi rodanya. Azi tahu bahwa Ainsley belum makan, maka dari itu mereka akan ke kantin. Yang di mana sudah ada Ainur, Nabil, dan Vikram di sana.

Sebenarnya, Nabil dan Vikram bersikeras untuk berjaga di depan toilet, namun Azi mengatakan kepada mereka bahwa satu orang saja yang menjaga Ainsley dan itu dirinya. Karena, takutnya siswi lain tidak nyaman dan takut untuk masuk ke toilet yang di dalamnya ada Ainsley, sebab banyak bodyguard yang berada di depan toilet.

PARALYSED [END]Where stories live. Discover now