B A B 2

442 131 397
                                    

Tok, tok, tok!

Karena, tidak juga di bukakan pintu oleh sang pemilik kamar, membuat Fida masuk ke dalam kamar anak gadisnya itu.

Ketika masuk, ia mendengar suara air dari dalam kamar mandi. Fida hanya tersenyum. Pandangannya menelusuri kamar Ainsley yang sudah rapi. Ainsley terbiasa bangun pagi, di jam empat sampai lima. Untuk mandi pagi, salat subuh, dan setelahnya ia akan turun membantu mamanya jika sekolahnya libur.

10 menit kemudian, Ainsley keluar dari kamar mandi. Ia sudah memakai bajunya dari dalam kamar mandinya. Ketika ingin mandi ia selalu membawa handuk dan juga pakaian yang akan ia pakai setelah mandi.

"Sudah salat subuh, sayang?" tanya Fida nya.

"Sudah, mama," jawab Ainsley dengan duduk di samping Fida.

"Kamu mau masuk di SMA yang mana, nak? Mama ikut pilihan kamu saja. Karena, jika mama yang memilihnya takutnya kamu merasa tidak suka atau tidak nyaman." Fida menggenggam tangan Ainsley dan menatap lembut anaknya.

"Tidak, ma. Ainsley ikut pilihan mama saja. Karena, orang tua pasti tidak mungkin memilihkan hal yang salah untuk anaknya. Apalagi tentang sekolah," sela Ainsley dengan membalas genggaman tangan mamanya.

"Ya sudah. Bagaimana kalau di SMA Aerglo?" tanya mama, Ainsley hanya tersenyum manis dan menganggukkan kepalanya.

"Tidak terasa anak gadis mama sudah besar. Dulu, kamu masih kecil, selalu manja dan ingin dekat dengan mama. Sekarang, kamu telah tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat cantik dan mandiri. Doa mama hanya satu, yaitu kamu bisa selalu bahagia dan Allah selalu melindungi kamu di manapun kamu berada, nak. Mama sayang banget sama kamu. Kamu dan kedua kakakmu adalah dunia mama." Fida mencium pelipis Ainsley dengan lembut dan cukup lama ketika ia telah selesai berbicara, Ainsley hanya tersenyum dan memejamkan matanya.

"Dan di setiap sujud Ainsley. Ainsley selau berdoa agar kita semua di berikan kesehatan. Dan, Ainsley dapat memiliki kesempatan untuk membahagiakan dan membanggakan mama dan kakak-kakak," ujar Ainsley setelah Fida menyudahi ciumannya di pelipisnya.

"Aamiin. Mama selalu bahagia, jika kamu bahagia, nak. Dan kamu selalu membanggakan mama." Lalu, Fida berdiri dan berjalan ke arah pintu, yang di ikuti oleh Ainsley dari belakang.

Mereka menggunakan lift untuk turun ke bawah.

Di rumahnya yang besar, ia hanya tinggal bersama Fida, 3 orang asisten rumah tangga, 3 orang supir, dan 2 orang satpam. Keluarganya juga memiliki bodyguard, namun mereka tidak tinggal di rumahnya. Jumlah bodyguard mereka, ada sekitar 10-12 orang.

Mereka akan datang dan bekerja jika Fida bepergian atau jika di panggil. Tetapi, jika Fida di rumah, maka bodyguard akan di rumah mereka saja. Ainsley tidak terlalu suka, jika ada bodyguard yang bersamanya dan menjaganya di manapun ia berada. Walaupun begitu, Fida tetap memaksa dirinya memiliki bodyguard untuk menjaganya walaupun dari jauh. Ainsley tidak bisa menolak jika Fida sudah memaksa seperti itu. Karena ia tahu bahwa itu untuk kebaikan dirinya.

Sedangkan kedua kakaknya, tinggal di rumah mereka masing-masing. Terkadang mereka tetap datang untuk mengunjungi mama dan adik mereka. Yang paling sering datang adalah kaka pertamanya, istrinya dan juga anaknya.

"Mama masak apa?" tanya Ainsley ketika mereka sedang berada di dalam lift.

Mendengar pertanyaan anaknya, membuat Fida yang semula menatap lurus ke depan, menjadi mengalihkan pandangannya ke arahnya. "Mama masak nasi goreng dan omelette kesukaan kamu, nak."

Ainsley hanya menganggukkan kepalanya saja, dan kembali menatap lurus ke depan, begitu juga dengan Fida.

Pintu lift pun terbuka, mereka berdua berjalan bersama-sama ke arah meja makan dan duduk di tempat duduk masing-masing. "Makan yang banyak ya. Biar kamu lebih besar lagi."

PARALYSED [END]Where stories live. Discover now