B A B 13

134 43 54
                                    

Ainsley membuka mulutnya ketika Fida menyuapinya dengan makanan.

Fida telah datang ke rumah sakit, setelah beberapa menit Ainsley masuk ke dalam rumah sakit sehabis dari taman.

Awalnya Ainsley berpikir Fida akan lama untuk datang ke rumah sakit, namun ternyata tidak.

Tiba-tiba ponsel milik Fida berbunyi, membuat Fida yang mau menyuapi Ainsley menjadi tidak jadi, lalu mengambil ponselnya yang berada di atas nakas.

Ainsley menutup mulutnya yang terbuka karena Fida menurunkan sendok dan mengambil ponsel.

Sekarang Ainsley sedang duduk di kursi roda, tepatnya di depan jendela yang langsung terlihat gedung-gedung dan kendaraan yang berlalu lalang. Super VIP room berada di lantai enam, jadi Ainsley dapat melihat pemandangan dari atas sini, dengan Fida yang berada di sampingnya.

Fida menjawab panggilan telepon yang ternyata dari Aqila. "Assalamu'alaikum. Ada apa, nak?" tanya Fida.

"Wa'alaikumussalam. Mama, aku sebentar lagi sampai ya," jawab Aqila.

"Oh iya, hati-hati ya. Assalamu'alaikum," pinta Fida.

"Iya mama. Wa'alaikumssalam," jawab Aqila.

Sambungan telepon mati setelahnya, Fida meletakkan ponselnya di atas nakas. Lalu kembali menyuapi Ainsley yang sedari tadi hanya diam dengan menatap ke arahnya.

"Kenapa, hm?" tanya Fida dengan tersenyum setelah menyuapi Ainsley.

"Enggak papa mama," jawab Ainsley dengan membalas senyuman Fida setelah menelan makanan di dalam mulutnya.

"Mama, aku mau cerita," celetuk Ainsley.

"Iya, nak. Cerita saja," sahut Fida.

"Tadi Ainsley bertemu dengan seorang anak seperti Ainsley. Maksudnya, dia lumpuh namun untuk selamanya. Dia juga mengidap penyakit kanker otak yang ganas dan sudah menyebar di beberapa bagian tubuhnya. Di saat tadi, dia juga bilang kalau dia sudah menyerah dalam berjuang untuk bebas dan sembuh dari penyakitnya. Tidak hanya itu, dia juga termasuk anak yang orang tuanya gila akan pekerjaan, sehingga membuatnya kekurangan kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya."

Ainsley sedih mendengarnya, dan dada Ainsley terasa sesak. Kemudian, Ainsley berusaha untuk membuat semangatnya kembali lagi dan tidak menyerah untuk berjuang agar sembuh dari penyakitnya karena perjuangannya sudah sejauh ini. Dan akhirnya dia mau untuk kembali berjuang. Oh iya, namanya Jio. Jio bilang kehadiran Ainsley membuat dia merasakan kasih sayang seorang ibu dan kakak. Ainsley lalu mengatakan bahwa Jio bisa menganggap Ainsley sebagai kakaknya. Dan Ainsley juga mengatakan bahwa akan tetap menemuinya walaupun sudah bisa pulang dari sini. Ainsley senang rasanya melihat dia kembali tersenyum dan semangat, mama. Rasanya ada sedikit kelegaan di hati Ainsley" urai Ainsley dengan tatapan sendu namun tersenyum.

"Innalillahi. Mama juga ikut merasakan sedihnya nak. Karena mama akan salat Zuhur sebentar lagi, mama akan berdoa untuk kesembuhan Jio dan kamu, sayang. Kamu mau tahu sesuatu? Mama bahagia dan bangga memiliki kamu di hidupnya mama," sahut Fida dengan menggenggam tangan Ainsley, setelah meletakkan piring yang sudah kosong ke atas nakas, tepat di samping ponselnya.

"Iya mama. Ainsley juga merasa bangga dan sangat bahagia bisa menjadi anaknya mama, dan terima kasih karena mama mau mencintai dan menyayangi Ainsley dengan tulus, walaupun Ainsley bukan anak kandungnya mama." Ainsley dan Fida berpelukan dengan erat setelahnya.

Pelukan mereka terlepas setelah ada yang membuka pintu ruangannya Ainsley, dan masuk ke dalam. Orang itu adalah Aqila. "Assalamu'alaikum," ujar Aqila.

"Wa'alaikumssalam," jawab Ainsley dan Fida.

"Ainsley. Kakak beli buah-buahan untuk kamu, dimakan ya adiknya kakak Aqila yang cantik," ucap Aqila dengan meletakkan buah ke atas meja yang berada di tengah-tengah ruangan.

PARALYSED [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang