"Heh lo kok berisik sih?" Ares menutup mulut Indira dan melihat canggung ke sekeliling restoran yang sekarang telah menatap mereka dengan tatapan aneh karena teriakan Indira barusan.

Kalau Ares malu, Indira justru tidak peduli. Ada yang lebih penting menurutnya dibanding tatapan orang-orang yaitu tentang hubungan Ares dan Azura, "Res serius deh, why? Kalian udah lama kan dekatnya? Setahun ada?"

"Hampir."

"Terus hampir setahun lo enggak ada status resmi gitu sama Azura? Why?" Entah sudah berapa 'why' yang Indira tanyakan hari ini ke Ares.

"Ya gue sama Azura udah sama-sama nyaman aja dengan kita yang kayak gini. Nobody gets hurt, no strings attached," jawab Ares matter-of-factly.

"Jadi lo sama dia cuma hts? Apa cuma fwb?"

"Apa bedanya hts dan fwb?" tanya Ares heran.

"Hts sometimes without sex, fwb definitely with sex. Tapi itu enggak penting. Yang penting sekarang adalah kok bisa-bisanya lo sama Azura enggak punya status apa-apa for almost a year?!"

"Ya bisa lah Indira, jaman sekarang apa sih yang enggak bisa?"

Indira mendengus, "emang Azura enggak pernah protes? Atau at least nanya kejelasan gitu ke lo?"

Ares berpikir sesaat, "kayaknya sih enggak ya Ndi. Buktinya gue dan dia masih baik-baik aja tuh sampai saat ini."

Indira benar-benar tidak habis pikir, entah memang Azura yang terlalu baik dan pasrah atau sahabatnya yang terlalu bodoh dan tidak peka? Mungkin kombinasi keduanya makanya hubungan 'tidak jelas' mereka bisa berjalan hampir satu tahun.

"Kalau lo sama dia baik-baik aja, harusnya lo enggak harap-harap cemas nungguin balasan Azura kayak gini."

Belum sempat Indira bertanya lebih lanjut, ponselnya berbunyi dan menunjukkan nama laki-laki yang diberi emoji hati warna-warni, "Iya sayang, aku masih sama Ares nih. Enggak kok kita udah selesai makan lagi ngobrol-ngobrol aja, kamu udah jalan? Oke deh kalau gitu aku sebentar lagi ke lobby. Okay, see you."

"Daniel udah mau sampai?" tanya Ares setelah Indira menutup telefon.

"Iya nih, minta bill deh Res."

Setelah menyelesaikan pembayaran, Ares mengantar Indira ke lobi namun baru beberapa langkah keluar dari restoran, perhatian Ares teralihkan dengan satu toko kue yang terkenal dengan menu fromagenya, dan Ares mengenal satu orang yang sangat menyukai kue itu.

"Ndi bentar, gue beli kue di toko itu dulu ya." Indira mengangguk dan mengikuti Ares masuk ke toko kue yang didominasi dengan warna abu-abu dan kuning keemasan ini.

Baru pertama kali Indira melihat Ares datang ke toko kue ini, melihat-melihat kue dengan serius, bertanya mana yang paling enak kepada penjual, dan tersenyum lebar saat menerima kotak yang berisi berbagai jenis fromage.

Sesampainya di lobi, mobil Daniel belum terlihat. Suasana lobi malam ini agak sepi, mungkin karena memang belum waktunya mall tutup dan lobi ini bukan lobi utama untuk turun-naik penumpang.

"Kue itu buat Azura ya?" tanya Indi tanpa basa-basi untuk kedua kalinya hari itu.

Kali ini Ares menjawab dengan anggukan yang mantap.

Melihat Ares seperti ini, Indira tidak bisa menahan diri untuk tersenyum, "Res, sepuluh tahun lebih kita bersahabat, gue enggak pernah lihat lo kayak gini."

"Maksud lo Ndi?"

"Cemas dan berkali-kali lihat hp, excited waktu beli kue, remembering someone's likes and dislikes. This is just a part of you that I don't even know you have. And it's all because of Azura."

"Gue enggak paham maksud lo, Ndi."

Indira memilih untuk tidak memandang Ares dan mengalikan pandangannya ke arah lampu jalanan yang berkerlap-kerlip seperti kunang-kunang.

"You are falling in love with her, Ares Jayawardhana."

Indira tersenyum dengan diamnya Ares, Indira yakin kalau laki-laki di sampingnya ini sama sekali tidak menyadari perasaannya sendiri, karena selama ini Ares terlalu fokus mencintai orang yang salah, orang yang Ares sadar tidak akan pernah membalas dengan rasa cinta yang sama.

Suara klakson mengagetkan mereka berdua, dari dalam mobil terlihat Daniel yang bersiap turun dari mobil untuk menjemput Indira dan tentunya menyapa Ares. Setelah berbincang singkat, Daniel menawari Ares untuk pulang bersama.

"Bareng aja Res, kata Indi lo enggak bawa mobil."

Ares tertawa dan menolak secara halus, "Apartemen gue tinggal nyebrang Niel, dari sini aja kelihatan tuh gedungnya."

"Oalah, oke deh kalau gitu haha, hati-hati Res. Gue sama Indi balik duluan ya."

"Hati-hati juga Niel bawa mobilnya."

Ares kemudian beralih ke Indi, "lo juga hati-hati Ndi. Kabarin kalau udah sampai rumah."

Sebelum masuk ke mobil, Indira memeluk Ares dan berbisik di telinga Ares, "I'm really happy for you, Res."

Setelah melepas pelukannya, Indira tersenyum penuh arti sebelum menutup pintu mobilnya, senyum yang Ares tidak pernah tau apa arti dibalik senyum itu.

Setelah melepas pelukannya, Indira tersenyum penuh arti sebelum menutup pintu mobilnya, senyum yang Ares tidak pernah tau apa arti dibalik senyum itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selepas Indira dan Daniel pergi, Ares kembali mengecek ponselnya yang bahkan sampai saat ini tidak memberikan notifikasi apa pun. Ares membuka nama yang hampir setahun ini di pinned menjadi chat teratas di ponselnya.

Pesan terakhir Ares ke Azura masih belum dibalas. Hanya terlihat tulisan "read" di bawah pesan itu.

"Maaf Ra, kalau besok aku enggak bisa karena ketemu Indi, lusa aja ya kita ketemunya?"



Additional Cast Revealed

Kang Daniel (Soloist Daniel) as
Daniel E. Anggoro

PS:happy sunday morning!seperti janjiku di chapter "meet the parents" kalau chapter ini akan berisi cerita dan bukan media sosial

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



PS:
happy sunday morning!
seperti janjiku di chapter "meet the parents" kalau chapter ini akan berisi cerita dan bukan media sosial. jujur udah lama enggak nulis panjang gini apakah masih pada suka? hahaha I'll continue to write stories like this with other characters too, so please wait (very) patiently ya!

the jayawardhanas ; ensemble castsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang