29 - Musuhan, bye!

Start from the beginning
                                    

"Tapi menyedihkan, ya?" balas Agatha membuat Raka terdiam. Laki-laki itu menghela nafas, rupanya ucapan dia tempo hari masih melukai Agatha.

"Maaf, gue gak berniat ngomong gitu, Tha." Raka menatapnya dalam. Dia meraih tangan Agatha lalu meletakan di pipinya. "Ayo tampar gue, pukul gue sepuas lo untuk nebus omongan kurang ajar gue kemaren."

"Gue sadar gue keterlaluan. Tapi gue punya alasan untuk ngomong gitu ke lo, meskipun itu gak bisa di benarkan." Raka memandang wajah sendu Agatha. Entah mengapa perasaannya tersayat, dia tidak suka melihat gadis ini menangis.

Bukannya memukul Raka. Agatha justru terdiam seraya menatap tangan Raka yang memegang jemarinya, dia menggigit bibirnya begitu bisa merasakan sensasi halus dari kulit pipi Raka. Mengerjap pelan, Agatha menarik tangannya.

"Gak perlu," katanya singkat. "Meskipun gue mukul lo, omongan kemaren itu gak bakal bisa hilang gitu aja dari kepala gue."

"Yaudah." Raka menjawab pasrah.

Laki-laki itu mengedarkan pandangannya kemudian melangkah menuju sudut gudang, selang beberapa saat dia kembali dengan kursi kayu di tangannya. Raka meletakan kursi itu di depan Agatha membuat gadis itu mengerutkan dahinya.

"Duduk." Raka mendorong pelan bahu Agatha agar duduk di sana. Dia berjongkok didepan Agatha dan menatap wajah gadis itu yang sembab.

Terdiam cukup lama, mulut Agatha terbuka dengan sendirinya. "Raka, foto di mading tadi--"

"Gue tau." Raka mengangguk. "Itu sebabnya gue narik Irene pergi, bukan ke UKS tapi ke ruang BP."

"Hah?" Agatha mengerjap pelan. "Apa lo bilang?"

Raka menghela nafas. "Gue udah liat foto itu tadi pagi dan langsung cari anggota ekskul mading buat minta kunci untuk copot foto itu. Tapi waktu gue balik, di sana udah rame, ada lo dan Irene juga," jelas Raka.

"Irene itu licik. Dia gak akan mau pertanggung jawabin perbuatannya dan pasti kabur untuk sembunyi di balik kekuasaan ortunya. Karna itu gue berusaha bersikap baik sama dia tadi supaya dia gak kabur dari sana dan ngikut gue ke Ruang Bp sebelum dia sempet minta bantuan ortunya."

Agatha tercengang. Bukan karna fakta tentang kejadian tadi pagi, melainkan karna ini ucapan terpanjang yang pernah Agatha dengar dari mulut Raka! Harusnya dia merekam suara Raka untuk kenang-kenangan. Pasti ini akan menjadi sebuah kejadian langka.

"Tapi lo dorong gue!" Agatha memekik kesal.

Raka terkekeh samar membuat Agatha terpaku sejenak. "Gak sengaja," katanya tanpa dosa. "Lo aja yang lembek, kesenggol dikit jatoh."

"Badan lo yang terlalu kuat!" Agatha menatap Raka nyalang. "Lain kali nyemilin keripik, jangan beton baja lo telen mentah-mentah."

Raka mendorong dahi Agatha pelan. "Gak usah ngaco."

Agatha manyun. "Tapi kalian deket belakangan ini. Dimana ada lo di situ ada Irene, dimana ada Irene disitu ada lo. Nempel mulu kayak dosa," ucapnya kesal.

"Dia yang nempelin gue, di usir gak mempan." Raka mengedikan bahunya.

"Oh ya, tentang foto itu udah urus pihak sekolah. Gue udah jelasin kalau foto itu editan dan Irene udah di kasih hukuman yang setimpal. Dia dapet teguran dan di ancam bakal di keluarin dari sekolah kalau ngelakuin satu masalah lagi."

"Jadi beneran dia yang nempel foto itu?!" Agatha melotot.

Raka mengangguk. "Hm, itu kerekam di CCTV. Gue udah cek sebelum cari anggota mading buat minta kunci."

"Dia dapet dari mana foto itu?" pertanyaan Agatha hanya di jawab gelengan tidak tahu dari Raka.

Agatha terkekeh hambar. "Gilak. Segitu niatnya dia pengen ngancurin gue."

Gadis itu terus menggerutu kesal. Menyebutkan seluruh penghuni kebun binatang yang dia ketahui dan membuat Raka diam-diam merasa lega, Agatha sudah tidak terlihat sesedih tadi.

"Emang anjing, Irene setan, gue sumpahin lo cepet ketemu neraka, gue--" ucapan Agatha terhenti, matanya melebar begitu merasakan usapan lembut di pipinya. Dia menatap Raka terkejut. "L-lo ngapain?"

"Lo di tampar Irene?" bukannya menjawab justru Raka bertanya balik. "Pipi lo memar."

Agatha mendesis kesal. "Mangkanya liat gue dulu sebelum samperin Irenenen! Dia nampar gue sebelum gue tampar dia balik!" serunya.

Raka menghela nafas kemudian berdiri dan menarik pergelangan tangan Agatha. "Ayo, nanti gue obatin di rumah."

Mereka berjalan menuju pintu. Agatha langsung menganga melihat Raka mengeluarkan sejumlah kunci yang di satukan dalam satu tempat dan mengarahkan salah satu kunci ke sana hingga pintu terbuka.

Pantas saja Raka tidak terlihat panik sama sekali begitu menyadari mereka terkunci di sana.

"Kuncinya kok di lo?"

Raka menoleh pada Agatha. "Gue minta kunci mading tapi di pegang sama guru kesenian. Jadi di kasih kunci ini, salah satunya ada kunci mading," dia menunjukan segerombolan kunci di tangannya.

"Omong-omong Ka," ucap Agatha ketika mereka melangkah keluar gudang. Dia melihat Raka dengan pandangan bertanya. "Kenapa lo jadi cerewet?"

Raka balas menatap Agatha kemudian menarik senyumnya. "Biar lo maafin gue."

****

Untuk pertama kalinya, Agatha membolos bersama Raka. Meski tidak bisa di katakan benar-benar membolos karna mereka keluar sekolah setelah izin dengan guru.

Sekarang masih cukup pagi dan Agatha beserta Raka sudah berada di dalam mobil menuju ke Apartemen. Raka fokus mengemudi sementara Agatha terus curi-curi pandang ke arah Raka.

"Raka, kita beneran udah gak musuhan lagi?" celetuk Agatha membuat Raka meliriknya sekilas.

"Hm." Raka berdehem pelan. "Gue gak betah tinggal disana kalau keadaan kita dingin terus."

"Lo yang mulai." Agatha memelototi Raka. "Lo ngata-ngatain gue, lo sinisin gue, lo cuekin gue, lo juga ngehina gue sampe hati gue kayak di robek pake linggis."

"Gue udah minta maaf." Raka menghela nafas. "Lo mau apa? Cepet bilang, kita mampir dulu sebelum pulang." Raka mencoba menyogok.

Bola mata Agatha langsung berbinar terang. "Ice cream!"

"Udah gue duga." Raka melirik wajah semangat Agatha lalu mengangguk-angguk pelan. Kini dia tau harus melakukan apa jika gadis itu sedih.

Ice cream. Simple, namun bisa membuat mood gadis di sampingnya langsung membaik.

"Gak ada yang lain?" tanya Raka.

"Gak ada! Kalau lo mau gue maafin ya beliin gue itu, kalau gak mau yaudah." Agatha melipat tangannya dengan songong. "Kita musuhan lagi. Bye!" dia langsung memalingkan wajahnya ke jendela.

Raka mengangguk, sekuat tenaga menahan bibirnya yang ingin melengkung melihat betapa menggemaskannya Agatha. "Hm, lo boleh beli satu truk kalau mau. Gue bayarin."

-MRiB-

Aku gak suka konflik berkepanjangan:)


Oke, 2k komen.

My Roommate Is a Badgirl Where stories live. Discover now