Cuman iseng

1.2K 85 3
                                    

Saat macan ketemu iblis

___________________

Lio yg baru kembali membeli dua botol air mineral dari supermarket, mengkerutkan keningnya saat melihat Lia tengah berseteru dengan teman sekelas Lio yg menyebalkan.

Lio mempercepat langkahnya. Ia menghalang saat Lia hendak maju dengan wajah nyolot khas nya.

"Apa lo ?!"

"Budeg !" ketus Alva, "Lo harusnya minta maaf. Bukannya nyelonong gitu aja"

"Kenapa gue harus minta maaf ? Yang salah di sini tuh elo !" Lia menunjuk Alva dengan jarinya. Cowok dengan kaos biru dongker itu tampak datar, meski rahangnya sedikit mengeras menahan amarah menghadapi sifat keras kepala Lia.

"Lia ! Lo buat masalah apa sih ?" tanya Lio

"Dia marahin gue yo" adu Lia

Alva mendengkus sinis, "Ngomong yg jelas ! Gue marah karena lo udah numpahin jus ke baju gue !"

Lio melihat kaos yg dikenakan Alva. Memang terlihat basah, dan sedikit meneteskan air dari bawah.

Oke, sepertinya Lio paham apa yg sedang terjadi saat ini.

"Lo udah nubruk gue, dan gak minta maaf sama sekali"

"Lo sendiri ngapain berdiri di situ ?!"

Lia menyalahkan posisi Alva yg menghalangi jalan nya. Padahal jelas-jelas orang-orang berkerumun disana menunggu pembina mereka menyuruh masuk kedalam bus. Tapi Lia menolak mengakui jika dirinya salah. Baginya Alva yg salah.

"Teori dari mana itu ?" dengus Alva tak habis pikir. Dia yg di tubruk, dan di timpa jus Lia, lalu dirinya yg disalahkan.
"Lo gak punya otak !"

Lia melotot tak terima.

"Sayang !" suara Navasha mengalihkan perhatian. Cewek itu mendekat dan berhenti di sisi Alva. Memegang lengan Alva. Ia menatap bingung ketiga orang disana. "Ini ada apa ?"

"Cowok lo gak ngotak !" sungut Lia

"Yang gak ngotak tuh elo !" balas Alva tak mau kalah.

Kenapa ia bisa bertemu cewek semenyebalkan ini ? Bahkan Navasha saja kalah menyebalkannya. Lia lebih merepotkan karena tidak mau intropeksi diri. Manja dan egois. Sifat ingin menang sendiri itu mungkin karena dia yg selalu di lindungi Lio disisinya.

Lio memegang pelipisnya sendiri. Ia menahan lengan Lia yg hendak maju dengan tatapan marah pada Alva.

"Lia, lo tinggal minta maaf apa susah nya sih ?!"

"Gak bisa, yo" tolak Lia. "Dia yg salah kenapa gue yg musti minta maaf ?!"

Navasha menautkan alisnya, "Salah Alva dimana ?!"

"Dia yg berdiri di situ, jadi 'kan kena tubruk gue, bikin jus gue tumpah ke dia. Terus kenapa gue yg di salahin ?!"

"Heh, curut ! Jelas-jelas yg salah tuh elo. Udah nubruk, numpahin jus, masih gak ngaku salah juga" balas Navasha kesal

"Siapa yg lo panggil curut ?! Dasar cabe !"

"Lia !"

"Navasha !"

Alva dan Lio sama-sama menahan dua cewek itu saat mereka semakin tersulut emosi. Menahan masing-masing satu cewek agar tidak terjadi keributan.

"Aku gak terima kamu diginiin, sayang" ucap Navasha pada Alva

"Lo cuman bikin masalah baru" balas Alva

"Jangan bikin masalah ini nambah ribet, Lia" desah Lio. Berusaha sabar.

Lia mencebik. Melipat kedua tangannya di dada. Kenapa Lio tak sependapat dengannya saat ini ? Harusnya Lio hajar saja Alva. Sampai masuk UGD kalau bisa.

"Begini aja deh, kalo lo gak mau minta maaf, kita bikin ini impas" Navasha memberi solusi.

"Impas ?" beo Lia

Navasha membuka tutup cup coffee di tangannya, sebelum menyiramkannya pada Lio. Ia berucap. "Sorry Lio !"

Lio terperangah, merasakan kehangatan dari minuman yg Navasha siramkan pada pakaiannya.

"APA YANG LO LAKUIN ?!" Murka Lia

Navasha membalas tatapan Lia tak kalah sengit. "Karena lo gak mau minta maaf. Ini balasannya biar kita sama-sama impas"

Lio hanya menghela nafas kecil. Saat ia berpandangan dengan Navasha. Ia melihat sorot penyesalan dari mata cewek itu. Kali ini, Lio berusaha menerima. Karena tahu, ini akibat dari perbuatan kembaran nya.

"Ayo sayang !" Navasha menarik Alva pergi dari sana. Jika lebih lama bertahan disana, Navasha tidak yakin ia bisa tahan untuk tidak mencakar wajah imut kembaran dari sahabatnya itu.

Alva hanya mengikuti tanpa membalas sepatah katapun.

Lia berdesis kesal "Pasangan bangsat !"

Ia kemudian melirik Lio. Lia mengambil sapu tangan dari sakunya dan membantu mengelap baju cowok itu yg terkena noda coffee.

"Yo, sorry ya. Panas gak ? Kulit lo baik-baik aja kan ? Gak melepuh ?" Lia bertanya beruntun. Membuat kekesalan Lio menguap, berganti rasa gemas melihat kecemasan di wajah kembaran nya itu.

"Gue baik-baik aja, ya. Gak panas kok. Cuman agak anget" ucap Lio menenangkan

Lia menghembuskan nafas lega. "Syukur deh" ia akan merasa sangat bersalah karena dirinya, Lio jadi kena imbasnya. Padahal tadi masalah nya tidak akan serumit itu jika Lia mau meminta maaf. Tapi astaga, Lia enggan melakukannya. Melihat wajah lempeng Alva, jangankan meminta maaf, dari detik pertama ia melihat cowok itu. Lia gatal pengen nempeleng tuh cowok.

Aneh ! Tapi dia jujur.

"Lo kenapa sih gak mau minta maaf tadi ?" tanya Lio heran. Karena setahu nya, Lia tidak seegois ini. Tidak se-tidak tahu diri ini.

"Gue gak suka ama tuh cowok"

"Kenapa ?" tanya Lio heran

Lia menggeleng, "Gak tahu. Mungkin karena orangnya nyebelin. Udah gitu, mulutnya nyelekit. Omongan pedes nya bahkan ngalahin boncabe level 5"

Lio terkekeh mendengar perumpamaan yg Lia katakan. Tapi Lio mengangguk setuju, "Ya lo bener"

Ia melanjutkan, "Gue juga gak suka sama dia"

****

Team Lia-Lio mana nih ?
Sama team nya Alvasha ?!

Btw, yg gak tahu, ini kejadian di SMA. Waktu empat remaja itu mau ikut study tour, dan masih berkerumun di luar, menunggu pembina mereka menyuruh masuk kedalam bus.

Lia-Lio
(Twins Love) & (Twins Love 2) ✔

Alva-Navasha
(Aggressive Girl) ✔

Alvasha (End)Where stories live. Discover now