Ch 18

1.1K 87 2
                                    

Alva sudah mencoba bicara dengan Navasha kemarin. Tapi tetap saja ucapannya tak banyak berdampak pada Navasha. Cewek itu terlanjur terpengaruh oleh omongan Carissa. Alva merasa kehilangan sosok pacarnya yg agresif itu.

Alva memutuskan untuk bicara dengan Carissa. Ia menemui cewek itu di ruang musik. Ia melihat Carissa sudah ada disana, memainkan piano nya. Menciptakan alunan musik lembut yg menyejukkan telinga.

Alva bersandar di piano besar itu. Ia tak mau mengganggu. Ia menunggu Carissa selesai dengan permainan nya.

Mata Carissa kembali terbuka setelah terpejam beberapa saat menikmati musik yg ia ciptakan dengan jari jemari nya. Pandangannya naik menatap Alva yg juga tengah memandang ke arahnya.

"Al" Carissa tersenyum manis

"Permainan lo masih bagus" Alva memberi komentar jujur

Ia selalu menyukai permainan piano Carissa. Ia tahu Carissa pintar bermain piano sejak kelas X. Saat cewek itu tampil di acara penyambutan murid baru. Alva benar-benar dibuat terpukau oleh permainan nya.

"Makasih. Pujian kamu selalu jadi penyemangat terbesar buat aku"

Alva mengalihkan pandangannya.
"Carissa, gue kesini buat ngomongin tentang Navasha"

Carissa masih bertahan memandangnya. Namun sorot matanya berubah. Tak lagi ada senyum di wajahnya. Ekspresi nya datar, menyembunyikan perasaan sebenarnya yg ia rasakan.

"Gue harap lo mau minta maaf sama dia"

"Kenapa ?"

Pertanyaan Carissa membuat Alva menaikkan sebelah alisnya bingung.

"Kenapa kamu mau aku minta maaf ?"

"Car, ucapan lo udah nyakitin Navasha"

"Tapi yg aku ucapkan itu benerkan Al ?!" Carissa melontarkan pembelaan.

Alva menghembuskan nafasnya dengan gelisah. Ternyata membujuk Carissa meminta maaf tidak semudah yg ia bayangkan.

"Kenapa Al ? Kenapa kamu mau lakuin ini buat dia ?" tanya Carissa

"Maksud lo ?"

"Kamu suka sama dia ?"

"Dia cewek gue, Car" balas Alva memberi pembelaan.

"Aku tanya tentang perasaan kamu" Carissa mengunci tatapan Alva. Membuat cowok itu tak bisa mengelak.

Alva diam tak menjawab. Ia tak pernah tahu bagaimana perasaannya pada Navasha. Ia selalu menganggap jika Navasha itu pacarnya. Semua tindakan dan sikapnya hanya atas dasar status yg mengikat mereka.

Bukan karena hati.

"Al !"

Mata Alva menoleh pada tangannya yg di genggam Carissa. Ia kemudian menatap wajah cewek itu.

"Aku nyesel. Aku nyesel udah nolak kamu dulu"

🍀

Navasha mulai menjaga jarak dengan Alva. Ia harus sadar diri untuk tidak terlalu menaruh harapan sebelum kenyataan benar-benar menghempasnya. Menyakiti Navasha hingga tak berdaya.

Navasha tahu sejak awal dirinya yg memaksa Alva untuk menerima nya.

Sibuk merenungi masalah nya dengan Alva, Navasha terperanjat saat seseorang menepuki pundaknya di belakang. Navasha membalikan badannya.

"Sinta ?!" pekik nya kaget

"Ada yg mau gue tunjukkin sama lo"

Navasha mengernyit bingung. Sinta tak mengatakan apapun lagi, ia menarik tangan Navasha membawa nya menuju tempat yg di tuju nya.

Tiba di depan satu ruangan. Ruang yg jarang di masuki karena hanya beberapa murid khusus yg bisa masuk ke sana. Navasha berdiam diri di depan pintu yg tertutup itu. Ia melirik Sinta yg juga tengah menatapnya.

Sinta membuka sedikit pintu, menciptakan celah yg cukup untuk mengintip keadaan di dalam sana.

Navasha tak paham apa yg hendak Sinta tunjukkan tapi ia tetap menuruti temannya itu. Navasha mengintip lewat celah pintu itu. Menyapu pandang pada keadaan di dalam sana. Awalnya biasa, namun tubuhnya langsung menegang dengan bola mata melebar.

Alva ?!

dengan Carissa ?!

Belum cukup keterkejutan nya. Navasha kembali dibuat tidak percaya saat dua orang itu berpelukan. Air mata Navasha berjatuhan tanpa bisa di tahan. Ia membekap mulutnya menahan isak tangis yg memilukan.

Navasha tidak tahan. Ia berlari dari sana. Di susul Sinta yg merasa bersalah karena telah menunjukkan pemandangan yg menyakiti temannya itu. Tadinya Sinta hanya ingin memperlihatkan Alva yg berduaan dengan Carissa. Tapi siapa sangka, dua orang itu malah berpelukan tepat saat Navasha melihatnya.

Sinta menghampiri Navasha di taman belakang sekolah. Temannya itu tengah duduk menyembunyikan wajahnya diantara kedua kaki yg ia tekuk. Punggung bergetar, membuat Sinta tahu jika temannya itu tengah menangis.

Sinta duduk di sisinya. Menepuki pundak Navasha menyalurkan kekuatan.

Sorry, Nav. Bukan maksud gue bikin lo hancur kayak gini. Gue juga gak tahu kalau jadinya pemandangan yg lo liat bakal lebih nyata menyakitkan.

🍀

Alva menghembuskan nafas panjang sebelum tangannya memegang pundak Carissa, mendorong nya pelan guna melepas pelukan cewek itu padanya.

"Car, gue udah punya Navasha" Alva berusaha mengingatkan cewek itu. Sekaligus mengingatkan dirinya sendiri juga agar tidak berlaku berkhianat.

"Tapi kamu gak cinta sama dia"

"Itu bukan urusan lo"

"Al" Carissa menyentuh tangannya. Sentuhan halus yg membuat perasaan hangat menjalar ke suluruh tubuhnya. Alva tenggelam pada manik Carissa yg menatapnya dalam.
"Kasih aku kesempatan. Aku tahu, emang jahat rasanya deketin kamu lagi saat kamu masih punya cewek lain. Tapi, hey ?! Kamu gak punya perasaan apapun ke dia. Jadi ini gak masalah kan !?"

Carissa memberi teori yg membenarkan tindakannya sendiri. Juga memberi keyakinan pada Alva untuk melangkah bersamanya pada jalur dimana mereka akan sama-sama berkhianat pada Navasha.

"Selama ini kamu bertahan buat dia" Carissa menautkan kelima jarinya di jemari Alva dalam genggamannya.
"Dia bahagia tapi kamu nggak. Al, sekarang apa salahnya kamu nyari kebahagiaan kamu sendiri. Disini aku adalah cewek yg kamu sayang, dan aku juga sayang sama kamu"

"Carissa, gue rasa ini gak bener" Alva berusaha untuk tetap sadar. Meski ucapan Carissa terasa membuai nya.

"Please jangan langsung mundur, Al. Ini aku lakuin bukan buat diri aku sendiri aja. Tapi demi kamu juga. Aku pengen kamu bahagia. Biar aku tunjukkin sama kamu gimana bahagia nya bersama orang yg bener-bener kamu sayang. Dan aku yakin, kamu akan segera sadar kalo selama ini, kamu bertahan sama orang yg salah"

Alvasha (End)Where stories live. Discover now