Ch 14

1.1K 95 3
                                    

Navasha tengah berada di rumah Sinta, ia dan dua temannya tengah mengerjakan tugas sekolah bersama.

Setelah sebelumnya memasak seblak bareng. Makan kerupuk berenang itu sambil menonton film drakor. Mereka mengerjakan tugas di akhir kegiatan.

"Udah jam lima" cetus Dania sambil mengemil keripik kentang yg ia comot dari toples. Sinta yg sengaja memberi mereka cemilan meski perut sudah kenyang oleh seblak. Tapi cewek kadang sulit mengerjakan sesuatu jika tanpa cemilan.

Sinta ikut melirik ke arah jam dinding yg terpasang di kamarnya. Ia mangut-mangut sendiri. Tidak terasa setelah sepulang sekolah mereka ke rumahnya melakukan banyak kegiatan bersama, waktu berlalu sangat cepat.

"Lo udah makan seblak aja tetep aja ngemil" ketus Navasha. Namun ikut mencomot keripik kentang seperti Dania.

"Lo juga sama, dodol !" kekeh Sinta sambil menoyor kepala Navasha.

"Cewek cantik mah bebas" Navasha berseru penuh percaya diri.

"Serah lo anak onta !" dengus Dania

Deringan ponsel mengganggu kegiatan mereka. Navasha melirik handphone nya. Menemukan nama Al yg tengah berusaha menghubunginya.

Navasha menggeser icon berwarna hijau. Lalu menempelkan benda persegi itu di telinganya.

"Hallo sayang"

"Dimana ?"

"Dirumah Sinta, lagi ngerjain tugas bareng. Kenapa ?"

"Pulang nya ke rumah gue bisa gak ?"

"Mau apa ?"

"Ck, kesini aja. Gak usah banyak nanya"

"Nggak ah, takut. Ntar aku di apa-apin lagi"

"Gak bakal. Paling di perawanin tujuh kali"

"Alva mulai mesum nih"

"Omongan lo yg ngelantur. Pokoknya dateng ke rumah gue abis dari sana"

"Iya iya"

Panggilan mereka terputus. Navasha langsung mendapati tatapan dua temannya yg mengintimidasi.

"Kenapa ?" tanya Navasha

"Si Al ngomong apa ?" tanya Dania

"Dia ngajak gue kawin lari"

"Serius njir !!" semprot Dania

"Navasha, emang si Al bisa mesum ?" alis Sinta bertaut bingung. Ia tidak tahu apa yg di ucapkan Al. Tapi ucapan-ucapan Navasha membuat Sinta cukup penasaran dengan sejauh mana hubungan mereka.

"Al kan juga normal"

"Gue tetep yakin tuh anak maho"

"Enak aja ! Kalo Al gak normal dia gak bakal mau ciuman ma gue"

Sontak dua teman Navasha itu terbelalak kaget. "KALIAN PERNAH CIUMAN ?!"

Pernah. Ciuman panas, lagi

Pengakuan itu hanya Navasha simpan dalam hati. Al sudah mewanti-wanti Navasha untuk menyimpan privasi mereka. Al sangat tahu karakter Navasha yg terlalu terbuka. Dan keterbukaan Navasha dalam hubungan mereka malah akan membuat Alva kehilangan muka.

Hanya senyum manis yg Navasha tunjukkan. Tapi itu cukup membuat Dania dan Sinta tercengang. Merasa yakin jika apa yg diucapkan Navasha bukan omong kosong belaka.

🍀

Alva menuruni tangga menghampiri Navasha yg sudah berada di ruang tamu rumah nya. Cewek itu langsung berhambur memeluk Alva.

Alva mendorong tubuhnya pelan. Menahan dahi Navasha dengan jarinya agar tidak kembali mendekat. Mata Alva menyapu penampilan Navasha dari bawah ke atas.

"Lo belum mandi" pertanyaan yg lebih terdengar seperti pernyataan.

"Kan di suruh kamu langsung ke sini" ucap Navasha memberi penjelasan. "Kalo kamu gak nyuruh cepet-cepet, aku juga bakal ke rumah dulu, mandi, ganti baju, dandan, pake parfum. Baru ke sini"

"Serah lo deh" dengus Alva malas. Ia berjalan naik ke lantai atas. Menggerakan jarinya menyuruh Navasha untuk mengikuti nya.

Dan cewek itu langsung mengekor di belakang Alva.

Mereka masuk ke kamar Alva. Alva mencari buku diantara tumpukan buku nya di meja belajar. Ia mengambil satu buku dan menyerahkan nya pada Navasha.

"Nih !"

"Ini apa ?" tanya Navasha bingung

"Kerjain tugas gue"

Navasha menganga mendengarnya. Ia berdecak keras. Yang benar saja. Ia di suruh datang ke rumah Alva hanya untuk melakukan itu.

"Itu kan PR kamu"

"Ya udah kalo gak mau, gue minta bantuan Carissa aja"

"Eh, nggak !" Navasha merebut buku itu. Memeluknya dengan kedua tangan.
"Aku aja yg ngerjain"

Mata Navasha menatap Alva tajam,
"Awas kalo minta bantuan cewek lain !"

"Gak bakal, kalo lo bisa jadi berguna buat gue" balas Alva

"Yaudah pulang sono !" Alva mendorong pundak Navasha pelan. Navasha memberenggut.

"Jahat banget. Anterin kek !" ketusnya

"Belum terlalu malem. Lo bisa pulang sendiri" Alva baru pulang dari latihan basket. Ia malas melakukan semua hal yg merepotkan. Itu sebabnya Alva memilih untuk menyuruh Navasha mengerjakan tugas nya. Karena Alva sedang ingin beristirahat.

"Ya udah iya. Aku pulang" cebik Navasha. Tapi sebelum pergi. Ia terdiam sejenak. Melihat Alva ragu-ragu. Membuat Alva menautkan alisnya bingung.

Navasha melangkah mendekat. Ia berjinjit di depan Alva. Tangannya berada di pundak Alva. Lalu satu kecupan mendarat di bibir Alva.

Raut wajah Alva tak berubah. Cowok itu terlalu kaku. Tidak ada raut wajah kaget atau senyum sama sekali. Hanya ekspresi datar yg ia tunjukkan.

Navasha yg hendak menjauh, kembali merapatkan tubuh saat tangan Alva memeluk pinggangnya. Ciuman mereka kembali terulang. Kali ini tidak hanya menempel. Alva melumat bibir nya dengan lembut. Membuat Navasha memejamkan matanya terbuai dengan permainannya.

Hanya sebentar. Wajah mereka kembali terpisahkan jarak.

"Pulang ! Gue mau istirahat" seru Alva

Navasha tersenyum manis, "Selamat istirahat, sayang"

Navasha pun pergi dari sana. Keluar dari kamar Alva. Dan meninggalkan kediaman cowok itu.

Alvasha (End)Where stories live. Discover now