Ch 17

1.1K 92 0
                                    

Navasha menyeka keringat di dahinya. Tenaga nya cukup terkuras akibat hukuman yg di terima nya. Beda dengan teman-temannya yg lain, Navasha harus mau membersihkan toilet saat bel pulang sudah berbunyi. Meluncur langsung ke tempat bau itu, dengan alat tempur kebersihan.

Setelah dua jam bekerja keras di sana, akhirnya pekerjaan Navasha selesai. Tubuhnya serasa lengket, dan Navasha jijik pada dirinya saat ini. Demi tuhan, ia paling benci jika harus membersihkan toilet. Navasha rasanya ingin langsung mandi, tapi ia juga tak mungkin mandi di toilet sekolah. Navasha tidak ingin ada hal-hal yg tidak diinginkan kembali menimpa nya.

Keluar dari toilet, Navasha dikejutkan oleh seorang cowok yg berdiri di samping pintu toilet.

"Lio ?!"

"Udah beres, Nav ?" tanya Lio

"Kok lo ada disini ?" tanya Navasha heran

"Baru rapat OSIS. Pencabutan jabatan ketua dari lo bikin kita harus nyusun ulang struktur organisasi. Selesai rapat, sekalian aja nungguin lo, biar pulang bareng"

"Ya udah dech" desah Navasha lelah, "Gue gak bakal nolak sekarang. Gue capek, pengen cepat-cepat pulang. Apalagi badan gue rasanya bau" Navasha mengeluh, bergidik jijik melihat tubuh nya sendiri.

Lio tersenyum geli. Tangannya terangkat mengacak rambut Navasha, "Lo masih wangi kok"

"Wangi keringet sih iya" ketus Navasha

Mereka berjalan beriringan menyusuri koridor, menuju tempat parkir.

"Jadi, lo yg gantiin posisi gue ?"

Lio mengangguk. "Biasanya kan emang gitu. Kalo ketua nya mundur, wakilnya yg gantiin"

"Terus sekarang wakilnya siapa ?"

"Masih di rundungin. Ada yg nyaranin Utari aja, tapi ada juga yg keberatan dan lebih milih Dito. Jadinya masih gamang. Kayaknya musti ambil suara lagi"

"Ribet amat" cetus Navasha. Ia meminum sebotol minumannya.

Mereka sampai di parkiran. Lio mengeluarkan motornya dari tempatnya. Namun seseorang menarik Navasha mengejutkan mereka berdua.

Navasha terhuyung menubruk tubuh orang itu. Ia mendongkak kaget.
"Al ?!"

"Dia pulang sama gue" tegas Alva pada Lio

"Oh" Lio menyahut acuh. Malas berseteru dengan Alva. Ia memilih mengalah dan tidak memperpanjang masalah.

Alva tipe pecemburu berat yg merepotkan. Padahal Lio dekat dengan Navasha sebagai teman saja. Jika ada hubungan yg lebih dari itu mungkin kata sahabat yg paling cocok.

Lio tak pernah punya perasaan apapun pada Navasha.

"Gue duluan kalo gitu. Ya Nav ?!" pamit Lio

Navasha mengangguk samar, "Hati-hati, yo !"

Lio tersenyum tipis, "Lo juga"

Cowok itu berlalu pergi dari hadapan mereka dengan motornya. Kini hanya tinggal Alva dan Navasha di sana. Alva menarik Navasha mendekati motornya terparkir.

Cowok itu naik ke atas motor, memakai helm nya. Lalu menggerakkan kepalanya menyuruh Navasha ikut naik.

Navasha sebenarnya ingin bertanya kenapa Alva masih berada di sekolah. Tapi ia malas bicara pada Alva. Berbeda saat dengan Lio. Navasha bisa sedikit bicara pada nya.

Tapi dengan Alva. Hanya melihat wajahnya saja, bahu Navasha rasanya melemas. Ucapan Carissa menjadi background nya setiap Alva ada bersama nya.

Tak ada obrolan, tak ada pelukan, atau sesuatu yg lain yg biasanya mengisi perjalanan mereka selama berada di kendaraan roda dua itu.

Tanpa Navasha sadari, Alva semakin dibuat kesal karena kediaman nya. Dimana celotehan Navasha yg biasa memekik gendang telinganya sepanjang perjalanan mereka. Dan pelukan posesif cewek itu yg merapatkan dada nya di punggung Alva.

Lelah dengan sikap Navasha yg seperti ini. Alva memutar arah, mengambil jalan yg berlawanan dengan tempat tinggal Navasha.

"Al ! Kita mau kemana ?" tanya Navasha bingung

"Rumah gue" jawab Alva

Navasha ingin protes. Tapi mulut nya lagi-lagi terkatup. Ia membiarkan Alva membawa nya semau cowok itu.

🍀

Motor mereka terparkir di halaman rumah. Alva melangkah masuk kedalam di ikuti Navasha. Cewek itu terus mengikuti kemana Alva pergi, bahkan sampai masuk ke kamarnya.

Alva menatap Navasha bingung saat cewek itu hanya berdiri mematung di ambang pintu.

"Kenapa lo ?!"

"Al, aku ..... boleh numpang mandi gak ?" tanya Navasha polos

Alva mengernyit, "Mandi ?!"

"Aku baru bersihin toilet" Navasha menatap penampilannya sendiri. Raut jijik terlukis di wajahnya.
"Badan aku lengket banget, dan rasanya aku jijik ama badan aku sendiri"

Alva mengangguk samar. "Mandi aja"

Tanpa menunggu lagi, Navasha masuk ke kamar mandi di kamar Alva.

Sementara Alva bergegas mengganti pakaian nya dengan pakaian santai. Ia lalu turun ke bawah. Mencari makanan di dapur, dan membawa ke atas beserta minumannya.

Alva mengemil kentang goreng saat pintu kamar mandi terbuka. Alva melihat Navasha keluar dari sana menggunakan kimono handuk miliknya.

"Al, boleh pinjem baju kamu ?" tanya Navasha, masih berdiri di ambang pintu.

Alva diam saja. Matanya menyapu pandang pada tubuh Navasha dari bawah ke atas.

Seketika Navasha mencibir jengkel,
"Jangan tatap aku pake tatapan mesum kek gitu !" ketusnya

Alva malah menyeringai. Ia melangkah ke arah lemari cokelat miliknya. Memilah pakaian yg menurut nya cukup untuk Navasha. Pilihannya jatuh pada Kaos oblong hijau lumut dengan celana hitam pendek. Alva menyerahkannya pada Navasha.

Namun saat Navasha hendak meraihnya, Alva menjauhkan benda itu dari jangkauan nya.

Navasha berdecak, "Al, jangan becanda ! Aku mau cepat-cepat pake baju. Siniin !"

"Gue lebih suka lo gak pake baju"

"MESUM !!" Pekik Navasha kesal. Ia mendorong Alva yg tertawa kecil. Navasha merebut pakaian di tangan Alva dengan wajah memberenggut. Lalu kembali masuk ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.

Alvasha (End)Where stories live. Discover now