7. Masalah

97.9K 6.6K 143
                                    

Happy Reading ❣

"Karena tahun lalu kita belum sempat untuk melaksanakan kegiatan study tour, maka tahun ini kita akan berangkat bersamaan dengan kelas 11."

Sedetik kemudian, terdengar sorakan-sorakan semangat anak kelas karna akhirnya, mereka akan melaksanakan kegiatan wajib study tour yang dinanti-nanti sedari dulu.

Gue pengen ke Bali pliss

Enakan di jogja, banyak bule nya!

Di Bali lebih banyak anjir!

Gak sabar! Apalagi ada ade kelas gemes gemes ikut juga

Dan itu semua sukses membuat kepala Alaska ingin pecah sekarang. Gerry, teman sebangkunya semakin membuat suasana makin keruh.

"Bisa diem nggak sih?!" ujar Alaksa berdecak malah dibalas cengiran Gerry.

"Semuanya harap diam!"

Perhatian mereka beralih ke Bu Peni yang sepertinya datang bersama anak baru yang akan memasuki kelas ini.

"Ayo masuk, Nak."

Cewek dengan penampilan yang bisa dibilang wah memasuki kelas. Ia menyelipkan anak rambutnya yang tampak berjatuhan.

"Perkenalkan diri kamu."

Cewek itu tersenyum. "Hai, kenalin nama gue Vanya. Gue asal Bandung, semoga bisa berteman baik sama kalian."

Nada cewek itu terdengar ramah. Tetapi, entah kenapa seisi kelas malah menganggapnya geli. Apalagi seragam yang dipakai cewek itu sangat pendek dan ketat.

Anak baru yang bernama Vanya itu mengedarkan pandangan ke kelas. Lalu terhenti saat matanya menatap seorang laki-laki yang tengah fokus pada ponselnya, tidak peduli jika ia sedang memperkenalkan diri.

Laki-laki itu tampak sangat tampan, apalagi melihat raut muka seriusnya dengan memegangi ponsel dengan satu tangannya, membuat ketampanannya berkali lipat.

"Vanya, kamu bisa duduk di bangku kosong itu, ya," kata Bu Peni menunjuk salah satu bangku yang tersisa.

Kringg!! Kringg!!

Bunyi bel istirahat membuat anak-anak kelas keluar berdesakan. Lain halnya dengan Vanya yang merasa deg-deg an,  ia merasa seperti diamati dari belakang. Padahal orang di belakangnya tidak peduli dengan kehadirannya.

Gerry yang sedari tadi memperhatikan Vanya berbisik pada Alaska. "Lo diliatin mulu dari tadi."

Alaska tidak menjawab. Dirinya sibuk membalas kata demi kata di ponselnya yang membuatnya senyum-senyum sendiri.

Gerry berkidik ngeri. "Iyadeh yang nggak jomblo, punya pacar. Asik sama dunianya sendiri."

Vanya mengerut. Pacar? Siapa? Siapa yang punya pacar?

"Mau kemana Ska?" teriak Gerry melihat Alaska bangkit dari duduknya.

"Callista."

PACARKU POSESIF [Completed]Where stories live. Discover now