2. Pacar Kesayangan

152K 8.7K 93
                                    

Happy Reading ❣️

Syng
Tunggu ak istirahat ya
Jgn ke kntin dulu

Callista duduk melamun di kursinya.Teman-teman sekelasnya baru saja menuju ke kantin untuk mengisi perut mereka yang kosong. Hanya tersisa dua orang di kelas ini.

"Ta?"

Panggilan itu membuat Callista tersentak kemudian menoleh ke temannya. "Iya, kenapa, Jane?"

Jennie Abigail, biasa dipanggil Jennie. Atau lebih singkatnya, gadis itu lebih suka dipanggil Jane. Gadis bermata sipit khas keturunan Korea itu menatap Callista sedih. Dia tau seberapa menderitanya sahabatnya itu.

Akhir-akhir ini ia perhatikan, Callista lebih banyak pendiam dari pada biasanya. Ia khawatir dengan sahabatnya itu. Dia juga sudah tau, jika Callista memiliki hubungan dengan Alaska, yang notabenenya teman seangkatannya juga. Ia tau betapa kerasnya laki-laki itu terhadap Callista. Walaupun tak dapat dipungkiri juga, terdapat cinta dan kasih sayang yang sangat besar di diri lelaki itu untuk Callista. Jane menyadari itu, apapun Alaska lakukan untuk Callista, walaupun harus nyawa sekaligus. Dan itu cukup membuat Jane percaya, bahwa Alaska lelaki yang tepat untuk Callista.

"Lo ada masalah, Ta?" tanya Jane. "Sini cerita sama gue."

Callista menatap Jane yang juga menatapnya khawatir. "Enggak kok, gue nggak papa."

"Jangan bohong, Ta. Gue kenal lo udah lama ya, gausah main bohong-bohongan sama gue," ujar Jane tak suka jika Callista masih saja main rahasia-rahasiaan yang tak ia ketahui.

Callista tertawa kecil. Betapa beruntungnya dia mempunyai sahabat seperti Jane. Walau kadang suka kepo, bahkan kebangetan. Tapi rasa peduli gadis itu membuatnya kadang terharu mempunyai sahabat seperti Jane.

"Gue boleh nginep di rumah lo nggak?"

Tiba-tiba saja Callista mengucapkan pertanyaan itu kepada Jane. Bibirnya refleks saja mengucapkan itu. Padahal dirinya bisa saja langsung ke rumah Jane untuk menginap tanpa memberi tau gadis itu.

"Ngapain lo izin segala, biasanya juga asik masuk keluar aja di rumah gue," ucap Jane terkekeh.

Callista mau tak mau pun ikut terkekeh juga. Padahal tujuannya nanti ingin menghindari Alaska yang ia yakini pasti laki-laki itu mencarinya. Dia beranjak dari duduknya dan berjalan keluar kelas bersama Jane menuju ke kantin.

"Lo pesen makan, ya Ta. Gue yang pilih tempat duduk," ujar Jane.

"Siap!"

Callista berjalan menuju pedagang bakso yang lumayan ramai. "Pak, baksonya dua, ya campur."

Pak Diman- pedagang bakso yang sudah sekitar kurang lebih 15 tahun berjualan di sekolah ini mengangguk. "Siap neng!"

"Pedes nggak neng?"

Callista mengangguk. "Iya pak, cabainya banyakin."

"Udah neng itu aja?" Pak Diman menyerahkan nampan yang berisi dua bakso pada Callista.

"Sama es tehnya dua dong, Pak."

Pak Diman pun segera membuatkan pesanan Callista kemudian menaruhnya di atas nampan.

"Baksonya dua 16.000 sama es tehnya 6.000, jadi semuanya 22.000 neng," ujar Pak Diman menotal semuanya.

Callista mengangguk, tangannya mencari-cari uang yang berada di dalam saku seragamnya. Tiba-tiba tubuhnya menegang, bola matanya sukses membola kala hanya menemukan beberapa uang 5000 dua lembar. Artinya hanya ada uang 10.000 di sakunya. Sementara total semua pesanannya adalah 22.000. Padahal, Callista yakin ia sudah memasukan beberapa uang cukup untuk istirahat ini.

Callista menoleh panik pada Jane yang sudah duduk manis di tempat kantin. Ia bergumam sial dalam hati saat Jane ternyata membelakangi dirinya. Mau teriak manggil tapi malu.

Callista menatap Pak Diman tak enak. "Eum, Pak.. gimana-"

"Pak sekalian saya bayar. Kembaliannya ambil aja."

Keduanya menoleh pada cowok yang lumayan ganteng, dan berpenampilan rapi. Callista yakini cowok itu adalah ketua osis di SMA ini.

Cowok itu juga menoleh pada Callista. "Nggak usah khawatir, gue bayar."

"Jadi semuanya 30.000, den."

Cowok itu lalu memberikan uang kertas berwarna biru satu lembar.

"Aduh den, ini mah sisa banyak. Jangan lah," ujar Pak Diman tak enak.

Cowok tu tersenyum. "Nggak papa, Pak ambil aja, sekalian bayar jajanan saya," Membuat Pak Diman mau tak mau menerima uang itu dan tak lupa mengucapkan terimakasih.

Callista tersenyum kikuk. "Em, makasih ya udah bayarin dulu. Nanti pulang sekolah gue ganti."

"Nggak usah diganti, gue ikhlas." Cowok itu mengulurkan tangannya. "Rafa"

Callista terdiam sejenak, kemudian membalas uluran tangan itu. "Nam-"

"Gue udah tau."

"Hah?"

Rafa mempererat tangannya. "Gue udah tau nama lo."

"Kok bisa?"

Rafa terkekeh. "Siapa sih yang gak kenal sama lo? Pacar kesayangan cucu pemilik sekolah?"

Callista meneguk salivanya. Entah kenapa perkataan Rafa membuat kedua pipi Callista memerah. Kesayangan? Tanpa sadar sudut bibirnya tertarik ke atas.

"Callista!"

Seruan itu membuat Callista menoleh ke asal suara. Di sana terlihat Jane dengan muka kesalnya sambil memegangi perutnya yang sepertinya tengah kelaparan.

Callista tersenyum pada Rafa, membuat cowok itu terpesona sesaat. "Yaudah ya, Raf. Gue duluan, lo mau ikut gabung?"

"Ah, enggak. Gue mau ke kelas," ujar Rafa sedikit gugup.

Callista yang hendak pergi tiba-tiba teringat sesuatu. "Oh ya, soal tadi-"

"Udah berapa kali gue bilang, gue ikhlas. Gausah dipikirin," ujar Rafa.

"Tapi tetep aja gue ngerasa nggak enak sama lo," ucap Callista. "Kapan-kapan deh gue traktir."

Rafa terkekeh. "Iyain aja deh."

Kemudian Callista berlalu meninggalkan Rafa yang masih menatap gadis itu.

***

HAI

JANGAN LUPA VOTE AND KOMEN
VOTE
KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA

TETEP TUNGGUIN CERITA INI YA

SABTU, 28 AGUSTUS 2021

PACARKU POSESIF [Completed]Where stories live. Discover now