47. Pudarnya Harapan✓

2.7K 324 28
                                    

♥Happy Reading♥
°°°°°°°

Selesai acara, kini giliran makan malam bersama. Beomgyu tak dapat ikut bergabung karena harus segera pulang.

Tinggallah satu Keluarga berkumpul dalam satu meja makan sekarang. Jangan lupakan Jinna yang masih setia di sana. Sebelum Jungkook hadir, Ia tak akan meminta seseorang mengantarnya pulang. Jungkook tak dapat ikut merayakan karena suatu pekerjaan yang tak dapat di tinggal.

"Menyebalkan. Kenapa Jungkook Oppa tak kunjung datang!" gerutunya dengan sesekali menyumpal mulutnya dengan makanan. Yang lain terkekeh pelan dengan tingkahnya.

"Dia sangat sibuk. Aku akan mengantarmu nanti," sahut Jay.

"Tidak. Jika Dia tak datang, Aku akan menginap di sini."

"Kau akan tidur di mana jika menginap?" kini Sunoo yang bertanya.

"Jika tak ada kamar lain, Aku akan tidur di kamar Wonnie."

Sunoo membulatkan mata sempurna. "Apa katamu?!"

"Kenapa. Dulu Aku sering tidur di kamarnya."

"Itu dulu saat Kalian masih kecil."

"Memang kenapa. Wonnie saja tidak masalah, kenapa Kau tak terima?" Jinna tak mau kalah, "benar 'kan, Wonnie," Jinna melirik Jungwon di sampingnya. Anak itu hanya tertawa pelan menanggapi.

"Sudah hentikan. Kita habiskan makanan-nya dulu," Heeseung melerai.

Dentingan suara sendok dan piring yang saling berbenturan mengisi keheningan. Semua menyantap makanan dengan lahap. Semua berjalan lancar, sebelum satu suara mengejutkan Mereka.

Takkk

Semua tatapan tertuju kearah Jungwon yang menegang di tempatnya. Anak itu terlihat menutupi mulut.

"Jungwon, Kau tak apa?" hawatir Sunghoon. Tak menjawab, Jungwon malah terlihat menahan sesuatu yang dirasakan. Ia susah payah menahan isi perut yang ingin sekali keluar. Ia merasa mual.

"Jungwon. Ada apa denganmu?"

Gerak cepat Anak itu ambil. Menggeser kursi kebelakang dan berlari menaiki anak tangga tergesa. Semua orang tentu bingung dan cemas jika suatu hal terjadi pada Jungwon.

Heeseung beranjak segera, disusul yang lain setelahnya.

.
.

"Jungwon Kau tak apa? Bukalah pintunya" Heeseung terus memanggil dan berusaha membuka pintu kamar mandi yang terkunci. Jungwon tak menanggapi. Semua orang semakin cemas saat mendengar suara muntah Jungwon dari dalam.

"Bukalah pintunya, biarkan Aku masuk."

Tak lama, pintu terbuka. Jungwon muncul dengan keadaan kacau. Keringat bercucuran dari pelipis. Wajah pucat dan suara lemas nya mampu terbaca semua orang. "Maaf, Hyung."

"Ada apa? Apa ada yang sakit?"

"Tidak. Aku hanya mual. Perutku menolak apapun yang kumakan."

Heeseung membuang nafasnya gusar. "Sejak kapan Kau merasakannya?"

"Baru saja."

Red Blood •[EN-]•Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin