28. Nomor Tak Dikenal✓

1.5K 272 15
                                    

♥Happy Reading♥
°°°°°°°


'Wonnie sakit parah.. Dia memiliki lemah jantung, dinding lambung kronis, dan paru-parunya kotor.'

'Kini Aku tahu kenapa Dia sering terlihat menahan sakit. Bahkan sesekali sulit mengatur nafasnya. Aku menyesal baru mengetahui semuanya..'

'Tolong Jangan beri tahu siapapun.. Hanya Kita yang tahu. Termasuk semua saudaranya terkecuali Sunghoon Oppa. Dia sudah tahu semuanya sejak lama. Hanya dirinya..'

...

Semua penjelasan Jinna terus Anak itu ingat. Taeyong, Dia sangat kecewa kepada Jungwon sekarang. Kawannya itu bahkan menyembunyikan hal sebesar itu dari temannya sendiri. Setiap Ia menanyai keadaannya, Anak itu selalu menjawab baik. Padahal diam-diam pasti menahan rasa sakit.

Kini jam sekolah telah selesai. Kyungmin yang berada di sebelahnya merasa heran melihat Taeyong dengan pandangan kosongnya. Kini mereka duduk di halte menunggu bus sampai.

Tangan Kyungmin terulur dan melambai di hadapan wajah Taeyong. Berusaha menyadarkannya dari lamunan. Karena menyadarinya, Taeyong memandangi sobatnya yang menatapnya heran. "Ada apa?" tanya Taeyong datar.

"Harusnya Aku yang bertanya. Ada apa? sejak tadi Kau melamun. Apa Kau memikirkan ucapan Jinna tadi?"

Lawan bicaranya mengangguk pelan sambil menghela nafas kasar.

"Aku juga tak menyangka. Ternyata Anak itu sanggup menahan rasa sakitnya selama ini. Bahkan pintar sekali menyembunyikan-nya dari semua orang."

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?"

"Kita harus bertanya langsung padanya besok jika Dia berangkat."

"Aku tak yakin," jawab Taeyong lesu.

"Sudahlah. Jika besok Anak itu tidak berangkat lagi, Kita akan menjenguknya bersama." Kyungmin menepuk pelan pundak sobatnya itu menenangkan. Tak lama bus datang berhenti di hadapan mereka.

"Bus sampai. Ayo pulang.."

•••••••

"Hmm.. ada apa denganmu. Kenapa lesu seperti itu. Apa terjadi sesuatu di sekolah tadi?" satu tangan terulur menghelai kepala Jinna yang terlihat murung. Dan tetap fokus dengan mengemudinya.

Jinna masih diam. Kini gadis itu menunduk seraya memainkan jemarinya.

"Ada apa.. bicaralah. Aku tak suka melihatmu pendiam seperti ini."

Atensi gadis itu tertuju pada Jungkook yang sesekali meliriknya. "Oppa, Aku ingin ke rumah Wonnie.."

"Sekarang? Bukankah kemarin Kita sudah bertemu dengannya."

"Aku hawatir dengan Anak itu.." Jinna terlihat sedih.

Saudaranya hanya meghela nafas pelan. Ternyata Jinna sejak tadi murung karena memikirkan penjelasannya semalam. "Jadi karena itu Kau pendiam seperti ini. Tenanglah Dia butuh istirahat. Besok mungkin sekolah lagi."

"Tapi-"

"Kau punya nomor ponselnya bukan.. Kenapa tak menghubunginya saja. Biarkan Dia beristirahat, oke?"

Jinna mendengus pasrah. "Baiklah.."

Tingkahnya itu membuat Jungkook tersenyum. Adiknya sangat menghawatirkan sahabatnya sekarang. Ia sendiri tak bisa berbuat sesuatu untuk saat ini. Apapun itu akan Jungkook lakukan demi kesembuhan Jungwon suatu saat nanti.

•••••••

Semua sudah berkumpul di meja makan. Bersiap menyantap masakan yang telah Jay siapkan. Terkecuali Heeseung. Pria itu belum pulang dari bekerjanya. Setidaknya Jay sempat membawakan makanan saat ke kantornya tadi.

Red Blood •[EN-]•Kde žijí příběhy. Začni objevovat