A GIFT

44 5 9
                                    

Gemuruh sorak sorai terdengar menggema di area panggung utama penutupan acara. Para peserta dari pesantren yang mengikuti perlombaan berkumpul menjadi satu.

"Usai acara nanti santri putri silahkan langsung mengikuti Ustaz Hamdan. Pastikan nanti tidak ada yang masih mampir-mampir," Gus Dafa memperingatkan kami, para santrinya yang mengikuti perlombaan.

Sejak sore, Ida kembali tak menyapa. Mungkin dia semakin terbakar api cemburu saat tahu jika namaku masuk di deretan lolos hingga final. Ditambah lagi sekarang namaku juga terpanggil sebagai juara pertama. Aku menatapnya dari kejauhan. Wajahnya terlihat lesu. Takada gairah. Matanya menyorotkan kecewa yang mendalam.

Berdosakah jika dibalik euforia bahagia yang tengah kurasakan ada seseorang yang tersakiti?

Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Minimnya lampu penerang serta jalan yang masih berbatu menjadi salah satu hal yang membuat kendaraan tak bisa melaju dengan kecepatan lebih. Letak pesantren yang menjadi tuan rumah perhelatan lomba tahun ini memang terletak lumayan jauh dari jalan poros kabupaten. Akses jalannya juga masih belum beraspal keseluruhan.

Bentangan sawah di kanan kiri jalan membuat semilir angin malam masuk melalui jendela. Hawa dingin pun menyergap. Suguhan keindahan cakrawala di malam hari pun memanjakan indera penglihatan.

Sesekali mataku terpejam merasai hati yang tengah dilanda bahagia. Ya, kemenangan telah kudapatkan. Nahdlatut Tholabah akhirnya membawa pulang kemenangan di beberapa bidang perlombaan. Meskipun belum mampu membawa juara umum, akan tetapi pesantren sudah naik satu tingkat lebih baik dari sebelumnya dengan membawa pulang piala juara harapan 1 se-kabupaten Banyuwangi.

"Kerja kerasmu terbayar sudah, Ay. Saya sudah yakin sejak babak penyisihan jika kamu akan mendapat posisi ini," ujar Ustaz Hamdan usai namaku disebut sebagai juara pertama.

Ingatanku seketika melayang pada satu maqalah yang diajarkan oleh Ustaz Hamdan untuk selipan motivasi pada para santri yang berbunyi 'Man Jadda Wajada'. Jika kita memang mau niat dan bersungguh-sungguh untuk melakukan sesuatu, maka apa yang kita inginkan akan kita dapatkan.

Setiap manusia memiliki potensi, tinggal bagaimana kita mengolahnya, bagaimana kita mengarahkannya, bagimana kita mengembangkannya. Semua tergantung dari pribadi masing-masing.

Jika kita mau berusaha pasti ada jalan kemudahan untuk mencapainya. Allah Maha adil, Maha bijaksana dan Maha penentu keputusan.

***

Lantunan murattal mengalun merdu memecah keheningan. Fajar mulai nampak di ufuk timur pertanda waktu Subuh akan tiba. Gemericik air di kamar mandi pun sudah mulai terdengar.

Usai melaksanakan Tahajud, mataku tak lagi bisa terpejam. Rasa lelah saat perjalanan kembali ke pesantren semalam tak menyurutkan semangatku untuk menjalankan ibadah salat malam. Setiap perubahan membutuhkan waktu. Menjadi pribadi yang lebih baik juga perlu proses. Diawali dengan lebih rajin ibadah salah satunya.

Salma juga tak pernah lelah mengingatkanku untuk selalu berwudu sebelum beristirahat malam. Dia menjelaskan kepadaku jika banyak sekali manfaat wudu bagi kita.

"Wudu itu wajib hukumnya jika kita ingin melaksanakan ibadah seperti salat, membaca Al Qur'an dan juga tawaf. Kamu sudah paham, kan, kalau wudu itu menjadi salah satu kunci sah atau tidaknya ibadah kita?" Aku mengangguk dan mulai mendengarkannya dengan seksama.

"Selain untuk membersihkan hadas kecil, wudu memiliki banyak manfaat untuk kehidupan kita, terutama jika kita melakukannya sebelum tidur," lanjut Salma membuatku semakin tertarik dengan manfaat berwudu.

"Salah satunya dengan berwudu perasaan kita akan lebih tenang dan nyaman. Air wudu yang mengenai kulit kita bisa membuat otot menjadi rileks, loh, Ay. Nah, kalau otot kita rileks kemudian pikiran nyaman, kualitas tubuh kita pun akan terjaga." Penjelasan Salma begitu detail sehingga aku sangat mudah memahaminya.

Gus Dafa (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang