Hai, Kang Ganteng!

102 6 0
                                    

Sembilan tahun lalu ...

"Ayaaaaaa, astaghfirullah. Tahajudan!" teriak Salma tepat di telinga. Aku menggeliat seraya berusaha membuka mata. Suara pujian dari musala samar mulai terdengar. Salma kembali menepuk lenganku sambil menggerutu. Omelan Salma seakan sudah menjadi makanan harian saat waktu tahajjud tiba. Dia bilang tidurku ngebo, kepati alias kalau sudah tidur susah dibangunin. Tega banget dia menyamakan sahabatnya dengan Kebo. Apa dia tidak menyadari jika teman nakalnya ini ada manis-manisnya?

Salma akan menghentikan omelannya saat mataku sudah terbuka lebar dan beranjak dari pembaringan. Dia juga rela menunggu hingga selesai berwudhu agar tidak ada drama kabur dariku. Memang sahabat setia. Patut diacungi banyak jempol. Jamaah tahajud menjadi kegiatan wajib di pesantren Nahdhatut Tholabah. Setiap santri akan dikenakan sanksi jika tidak mengikuti.

Abah Faqih selalu mewanti-wanti seluruh santrinya untuk selalu melaksanakan ibadah malam ini. Abah menjelaskan jika bentuk ibadah itu ada dua macam, yaitu ibadah mahdhoh dan ghoiru mahdhoh. Salat dan berzikir  merupakan salah satu ibadah mahdhoh. Kegiatan itu  bisa menjadi pembeda antara orang saleh dan tidak.

Abah juga menjelaskan salah satu ciri khas orang saleh yakni qiyamul lail. Orang yang mengerjakan ibadah malam, dalam hal ini berupa Salat Tahajud akan mendapat banyak manfaat dan bisa lebih dekat dengan Allah.

Sedangkan bentuk ibadah selanjutnya adalah  ghoiru mahdhoh yakni seperti zakat dan sedekah. Perbuatan itu tidak hanya bisa dilakukan oleh orang saleh, tetapi juga dilakukan oleh orang fasik.

"Ibadah mahdhoh iku kontrake karo gusti Allah. Yen sampean kabeh iso istiqomah ngelakoni qiyamul lail, insyaallah uripmu ya bakal tentrem," pesan Abah kala mengingatkan para santrinya tentang salat malam. Kalimat itu seringkali diulang-ulang agar kami semua para santrinya selalu melakukan salat yang memiliki banyak fadilah tersebut.

Jika mengingat hal itu hati ini merasa terpukul. Hampir dua tahun lamanya tinggal di pesantren Tahajud adalah hal yang paling sulit kukerjakan. Namun, sekali lagi aku beruntung karena Salma selalu setia menemani dan dengan sabar membangunkan meskipun dengan omelan panjang.

"Ay, salat malam itu memiliki banyak keutamaan loh, salah satunya bisa membuat hatimu lebih sabar." Aku mengernyit mendengar penjelasan Salma pada satu waktu.

"Hm, jelas ngebo maneh iki pas Abah jelasin tentang fadilah Salat Tahajud." Salma mendengkus kesal saat aku terlihat kebingungan. Aku terbahak melihat ekspresi kesalnya. Sangat lucu.

***

Langit benar-benar cerah. Tidak ada sehelai awan pun yang bertebaran di atas sana. Orang jawa bilang 'ora enek awer-awere' sehingga udara siang ini terasa begitu panas. Terik matahari begitu menyengat menusuk pori-pori.

"Ya Allah, hot potatoes!" teriakku saat perjalanan pulang menuju asrama setelah kelas formal usai. Hot potatoes merupakan bahasa inggris buatan yang berarti panase ngentang-ngentang. (Panas yang amat terik)

"Sambat teruuus. Ini masih setitik panasnya api neraka loh, Ay," tegur Salma. Aku mencebik.

"La kamu wis pernah ngrasain di neraka emangnya, Sal?" Spontan Salma memukul mulutku. Rasa nyeri di bibir begitu terasa.

"Lambene dijogo lak ngomong! Istighfar!" Seketika aku beristighfar. Ya Allah, kenapa mulutku begitu licin mengatakan hal tersebut. Salma mulai ceramah panjang lebar sepanjang jalan kenangan menuju asrama. Aku yang memang merasa bersalah hanya diam tak menjawab.

Sesampai di asrama kuletakkan buku-buku pelajaran dalam lemari khusus untuk menyimpan peralatan sekolah. Di pesantren ini setiap santri mendapat jatah dua loker. Satu untuk menyimpan baju dan peralatan pribadi yang lain, sedangkan satu lagi untuk menyimpan peralatan sekolah, termasuk kitab.

Gus Dafa (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now