21 - Rooftop

190K 25.5K 2K
                                    

Di banding komen 'next' 'semangat' kenapa kalian gak komen tiap paragrafnya aja?

****

Agatha duduk termenung di kamarnya seraya memeluk lutut, posisi ternyaman yang dia suka untuk menangis. Agatha terus mengulang ucapan Alhan tadi di kepalanya meski itu membuat air matanya tidak mau berhenti mengalir.

"Bagus, jagain cewek manja itu. Buat dia jauh-jauh dari gue sebelum gue berniat bunuh dia."

Bunuh? Jadi Alhan sudah sebenci itu padanya? Agatha mengerucutkan bibirnya, dia tidak meyangka orang yang dulu begitu menyayanginya kini malah membencinya.

Sekarang dia percaya. Tidak ada yang abadi di dunia ini, termasuk cinta dan kasih sayang. Semuanya akan berubah seiring berjalannya waktu.

"Agatha?" suara Raka terdengar beserta ketukan pintu. Tak lama kemudian laki-laki itu memasuki kamar Agatha dengan nampan di tangannya.

Raka memandang Agatha lurus. "Kenapa ga keluar? Lo mau mati kelaperan?"

Agatha memilih menenggelamkan kepalanya di lipatan lutut. Dia tidak mau Raka melihat wajah sembabnya untuk kedua kali, sudah cukup saat dia sedang menangisi Sagara saja.

Laki-laki itu berjalan mendekat dan menaruh nampan berisi makanan serta segelas susu itu di nakas. Raka memperhatikan kamar Agatha yang berantakan seperti biasanya, dia ingin memarahi gadis itu namun sepertinya percuma.

Agatha orang paling sulit di atur yang pernah Raka kenal. Sampai berbusa mulutnya berbicara, gadis itu tidak akan mau mendengar atau menurut jika bukan karna keinginannya sendiri. Raka sudah hampir menyerah mengajarkan Agatha.

"Makan," titah Raka lalu menarik rambut belakang Agatha hingga gadis itu memekik dan mengangkat kepala. Hujaman tajam Agatha hanya Raka balas dengan lirikan tidak perduli.

"Gak ada lembut-lembutnya lo jadi cowok," gadis itu menatap Raka kesal. Wajahnya yang sembab itu terlihat memerah.

"Gue manusia, bukan kapas."

Mendengar ucapan dingin Raka membuat Agatha memutar mata. Bibirnya mengerucut sebal. "Terserah."

Raka menatap Agatha sejenak kemudian dia terkekeh pelan melihat betapa lucunya wajah Agatha. Hal itu sontak membuat Agatha melotot sempurna. Secepat kilat dia menatap wajah Raka yang sudah kembali seperti semula.

"L-lo ketawa?" Agatha menatap Raka horor, gadis itu bahkan menutup mulutnya terkejut. "Gilak! Gue bahkan lupa kapan terakhir kali liat lo ketawa kayak gitu!" pekiknya heboh.

Raka menoyor kepala Agatha. "Gak usah norak. Ketawa itu normal."

Agatha berdecak. "Tapi ini elo, Raka! Seorang Raka Archeron pemilik muka sedatar tembok yang gak pernah punya ekspresi! Ini sebuah kejadian langka tau gak?"

"Muka gue datar?" tanya Raka membuat Agatha mengangguk cepat. Raka mengedikan bahunya. "Gue gak ngerasa gitu."

"Apa?" Agatha memicingkan matanya. "Wah, lo bukan manusia Ka. Muka sendiri aja gak tau, gak pernah ngaca ya?"

"Diem." Raka mulai kesal mendengar celotehan Agatha, meski dia merasa cukup lega karna tangisan bising gadis itu berhenti.

My Roommate Is a Badgirl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang