Chapter 1

28 6 0
                                    

Reyza Zildan Brasdan menatap pagar rooftop dengan jengah.

"Ando bilang ke gue kalau dia bakal ke sini bareng Zulfan. Tapi sekarang?"

Rey mendengkus kesal dan memilih untuk mengirimkan pesan kepada kedua kawannya.

'Heh! Lo berdua niat dateng ke rooftop nggak, sih? Gue dah lumutan nunggu kalian dari tadi.'

Pemuda itu lantas mengusap wajah dengan gusar sambil berkacak pinggang untuk menanti kedatangan kedua kawannya. Satu jam lagi, ia harus segera mengumpulkan tugas dari dosen killer yang pasti akan segera masuk ke kelas.

"Pesan sudah dibaca tapi mereka masih saja terlambat datang? Ck ...." gumam Rey sambil mengecek pesan yang sudah ia kirim.

Rey berencana untuk pergi dari rooftop sebelum ia melihat seorang gadis yang tengah mencoba untuk memanjat pagar pembatas.

"WOY! APA LO UDAH GILA?! TURUN SEKARANG JUGA DARI SITU! OY, LO MAU MATI?!"

Rey mengusap wajahnya dengan kasar dan segera berusaha untuk menarik tangan gadis asing yang ingin bunuh diri di rooftop.

Dengan susah payah, Rey berhasil juga untuk menarik tangan si gadis.

"LO UDAH GILA, HAH?! NGAPAIN BERDIRI DI PAGAR PEMBATAS?! MAU SOK-SOKAN BUNUH DIRI?!"

Rey meneriaki gadis di hadapannya dengan penuh kekesalan. Bagaimana mungkin ada orang yang ingin menyia-nyiakan kehidupan dengan cara seperti ini?

"Aku ingin pulang, tempatku bukanlah di sini. Raksa, berhentilah mengejar diriku sampai seperti ini. Aku bukanlah Delina dan aku tak dapat bertahan di sini untuk selamanya,"

Rey yang ingin mengomel lagi, lantas mengerutkan dahi ketika gadis asing itu menyebutnya sebagai Raksa. Tolonglah, dia ini bernama Rey, bukan Raksa.

"Gue bukan Raksa, gue Reyza. Lo siapa, sih?" tanya Rey sambil berkacak pinggang keheranan.

Gadis itu menatap wajah Rey dengan bingung. Apa pria itu sedang lupa dengan dirinya lagi persis dengan ucapan Anne?

"Kamu adalah Raksa, salah satu temanku yang ada di kantor pusat penelitian. Kamu bilang ingin mengejarku sampai ke mana pun, kalau aku tak menerima cintamu. Raksa, aku memilih Kevin dan maaf, kalau aku sudah membuatmu stres sampai seperti ini."

Rey menganga tak percaya saat mendengar keluhan gadis asing di hadapannya.

"Lo udah gila atau memang terlalu depresi sampai memanggil gue dengan sebutan Raksa dan siapa itu Kevin? Jangan bicara omong kosong dan cepat kembali ke tempat lo berasal. Gue pikir lo sepertinya bukan salah satu dari mahasiswi yang ada di sini."

Gadis itu menatap Rey dengan sedih dan justru memeluk tubuhnya dengan erat.

"Maafkan aku, Raksa. Aku tak bisa menerima cintamu. Kau juga adalah sahabat Kevin dan aku tak mau kalau kau mengkhianati persahabatan kalian. Maafkan aku, karena sudah membuatmu sampai jadi seperti ini."

Rey tak bisa berkata apapun pada gadis asing di sampingnya. Sungguh, ia malah bingung dengan apa yang tengah terjadi padanya.

"Neng, lo siapa dan kenapa lo sebut gue Raksa? Siapa itu Kevin dan dari mana lo berasal?" tanya Rey sambil berusaha untuk melepaskan pelukan dari gadis asing di hadapannya.

"Kalian memanggilku Delina Ansabella, kamu sendiri adalah Raksa Chandrata, dan Kevin Anayata adalah sahabat baikmu selain Syam Hersanto. Selama ini kita hidup di sebuah wilayah modern yang kebanyakan berprofesi sebagai seorang peneliti dan kampus ini adalah tempat awal di mana kita memulai semua kisah cinta. Raksa, apa kau benar-benar stres setelah acara pertunanganku dengan Kevin?"

Bad or Good?Where stories live. Discover now