lima

37.1K 4.5K 138
                                    

Mereka menatap pemuda itu tajam, sedangkan sang pemuda hanya diam sambil memeluk Anala erat. Rayhan yang merasa tak terima lantas berdiri dari duduknya.

"Mau apa Lo hah?" desis Rayhan dengan tatapan tajamnya.

"Santai gue cuma mau buat bocah kayak Anala terhindar dari para sampah kayak kalian," ucapnya sambil menunjuk anggota inti Abelard bergantian.

"Siapa yang Lo bilang sampah?" tanya Daffa dengan tatapan datarnya.

"Kalian, apa sebutan yang pantas selain sampah buat para cowok yang suka bolos, tawuran, ngerokok, mabuk-mabukkan, dan yang pasti suka buat kerusuhan."

Bughhhhhhhh

Tanpa aba-aba Daffa meninju wajah tampan pemuda itu membuat pemuda itu terjungkal, Anala yang berada di gendongan pemuda itupun ikut terjungkal.

"Adoyyyy!" pekik Anala tertahan karena tak mau merusak suasana.

Suasana semakin tegang, bahkan para anggota inti Abelard tak menyadari bahwa Anala terjatuh karena mereka terlalu fokus dengan pemuda tadi.

Anala yang merasa tak akan ada yang membantunya mendengus lalu mengerucutkan bibirnya. Bobi yang berada tak jauh dari meja Anala membantu bocah itu berdiri lalu menuntunnya ke arah mejanya lalu mengambil makanan Anala yang belum habis dari mejanya.

"Kenapa? Bener kan kalian itu cuma sampah?" Pemuda itu terkekeh sinis lalu bangkit.

"Heh cowok duda! Lo itu harusnya sadar diri! Yang sampah itu Lo bukan kita!" bentak Habibi sambil melempar kerupuk ke arah pemuda itu.

"Gue sampah? Nggak ada sejarahnya orang kayak gue jadi sampah di WHS," ujar pemuda itu dengan pedenya.

Reyhan mengetatkan rahangnya. "Devandra Jandudarta, Lo itu adalah sampah masyarakat yang harusnya dihempas jauh-jauh dari WHS! Seharusnya sekolah nggak menerima cowok kayak Lo di sekolah ini!"

Devan terkekeh sinis. "Gue nggak diterima di WHS kenapa? Gue punya prestasi yang bisa dibanggakan nggak kayak kalian yang bisanya bikin onar dan buat malu sekolah."

Haidar yang sudah geram lantas menampar pipi Devan karena geram dengan tingkah pemuda itu.

"Kenapa Lo tampar bego?" Habibi berdecak sebal.

"Gimana ya, diakan banci masa iya gue harus ngebogem wajah cantik seorang banci." Jawaban Haidar mampu menyulut emosi Devan, dan tanpa aba-aba pemuda itu melayangkan tinjunya hingga tubuh Haidar terdorong ke belakang.

"Badan lidi nggak usah sok keras."

"ANJING LO!"

Bughhhh

Bughhhhhh

Bughhhhhhh

"Udah Dar, biar gue yang lanjutin," ucap Reyhan membuat Haidar mengangguk dengan nafas yang tersengal-sengal.

Bughhhhhh

Bughhhhhhhh

Bughhhhhhh

"Itu buat mulut sampah Lo yang nggak pernah disekolahin."

Rayhan menahan lengan Reyhan yang akan kembali melayangkan tinjuan.

"Lo emang pinter, tapi sayang otak sama bibir Lo nggak sejalan, Lo juga ganteng tapi Lo lebih ganteng kalau nggak punya mulut." Rayhan menarik kerah seragam Devan lalu menghempaskannya hingga tubuh pemuda itu tersungkur.

"DEVAN!" Teriakan itu membuat anggota inti Abelard menoleh lalu berdecih.

"Yahhh antek-anteknya dateng."

WELFORDDonde viven las historias. Descúbrelo ahora