Bab 33

5 1 0
                                    


"Dari tadi gua telpon nggak ada jawaban," kata Briana pada Jesika dengan cemas.

Jesika jadi tegang dan tanpa sadar, dia mengigiti kukunya. Berpikir apakah lebih baik jika dirinya yang menelpon Damian? Tapi, pikiran itu langsung dibuangnya jauh-jauh mengingat betapa kesalnya Damian padanya. "Coba lo WA dia?"

"Sebentar," jawab Briana kemudian jarinya langsung mengetik. "Done," katanya setelah menekan tombol sent.

Mereka berdua menatap layar handphone, menanti jawaban dari Bobby. Tidak lama sebuah pop up pesan muncul.

"Kita harus cepat-cepat cabut sebelum guru masuk lagi," ajak Jesika sambil memasukan semua buku-buku ke dalam tas.

"Tunggu Jes. Apa kita beneran mau ke sana? Kenapa nggak tunggu sampai Damian dan Bobby balik?" tanya Briana dengan cemas.

Kedua mata Jesika membelalak dan bibir mengerucut, bersiap untuk melontarkan kata-kata penuh amarah. "Kita kesana bukan untuk bantu mereka berdua, tapi buat gagalin rencana mereka selamatkan si Freak!"

Briana menatap Jesika dengan penuh kebingungan.

Melihat reaksi sahabatnya, Jesika hanya bisa mengelus dada. Dia meredakan amarahnya, agar bisa dengan baik dan benar menjelaskan rencana. " Begini Bri, gue bakal cegah supaya Damian nggak bisa bawa si Freak keluar dari sana."

"Dan cara lo untuk bisa melakukan itu?"

Jesika mengangkat handphonenya. "Gue bakal telepon pengacara bokap dan bilang kalau Damian mau bawa kabur si Freak. Dia bakal koordinasi sama polisi buat segera ke sana."

Raut wajah Briana berubah muram. "Jadi lo mau ngorbanin Damian?"

Jesika mengangkat bahunya. "Pilihan apa yang gue punya? Lagi pula Damian pasti bisa lolos berkat bokapnya."

"Tapi Bobby ada di sana."

"Bri, justru kalau gue bisa cegah Damian bawa si Freak. Bobby nggak bakal ikutan terlibat bukan?"

Briana diam sebentar memikirkan semua yang dikatakan Jesika.

"Kelamaan lo mikirnya." Sambil menarik Briana keluar kelas. Mereka berdua diam sebentar di depan pintu kelas, memastikan tidak ada satupun orang yang curiga dengan gerak-gerik mereka. Jesika memerintahkan Briana untuk memegang tas di belakang punggung, saat mereka berdua berjalan melalui lorong sekolah. "Sebentar gue telpon pengacara bokap dulu," kata Jesika ketika mereka sudah di dalam mobil.

Briana terus saja memandang whatsapp dari Bobby, ia merasa ada yang salah dengannya. Namun, kekhawatiran itu terganggu oleh suara keras Jesika yang berseteru dengan pengacara ayahnya di telepon. Ia bisa mendengar jelas bahwa si Pengacara marah besar dan Jesika mengeluarkan ultimatum bahwa dia bisa saja kapanpun juga meminta pengganti pada ayahnya.

"Selesai. Pengacara bokap gue bakal telepon polisi dan kasih tahu untuk gerak sekarang," jelas Eleni. "Sekarang tinggal kita berdua, yang harus mencegah Damian bawa si Freak keluar dari situ sampai polisi datang."

"Menurut lo apa Damian dan Bobby nggak bermasalah dengan pacarnya?"

Jesika memukul keras stir. "S**t! Gue lupa si Freak punya pacar tapi, itu bisa jadi keuntungan buat kita karena, Damian dan Bobby pasti harus berusaha melewati pacarnya dahulu."

"Gua nggak yakin dengan semua ini."

"Cuma ada satu cara buat mengetahui itu semua," ucap Jesika sambil memutar kunci dan menginjak pedal gas.

***

Mereka berdua saling pandang, saat melihat mobil Damian terparkir di depan gerbang.

"Coba lo telpon lagi Bobby."

Romero & Eleni : Lagi DirevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang