13 - Dasar Cowok

198K 23.3K 747
                                    

Raka baru saja selesai rapat bersama anggota OSIS lainnya untuk mengurus pemilihan ketua OSIS baru sebentar lagi. Posisi Raka akan di gantikan karna masa jabatannya sudah habis.

Punggung Raka terasa ringan. Akhirnya dia kehilangan salah satu beban yang memberatkan fikirannya. Sejak awal Raka tidak pernah berminat masuk organisasi ini apalagi mencalonkan diri sebagai ketua.

Namun kepala sekolah sendiri yang menunjuk dan memaksa Raka untuk mendaftar karna Raka merupakan salah satu murid teladan yang selalu membanggakan sekolah dengan beberapa piala dari olimpiade yang diikuti Raka.

Selain itu, Raka bisa di bilang tegas dan jujur. Poin terpenting yang membuat banyak murid memilih Raka adalah wajah tampannya. Tanpa perduli dengan visi misinya, mereka langsung mencoblos setelah melihat foto Raka di dalam selembaran pemilihan.

Meski mereka menyesal dua minggu kemudian saat Raka resmi menjadi Ketua OSIS. Peraturan bertambah ketat, tegas, dan tidak terbantahkan. Setiap melanggar maka hukumannya tidak pernah tanggung dan pilih-pilih. Tidak ada pangkat, semuanya sama rata di mata Raka.

Kecuali ... Agatha. Gadis itu paling sering di beri hukuman tiap kesalahan kecil yang dia perbuat. Itu sebabnya Agatha terkenal nakal sebab dia paling sering berurusan dengan Raka, bahkan poin merah gadis itu sudah tidak terhitung.

Bola mata Raka tanpa sengaja menatap ke arah lapangan olahraga, sekolah ini memang memiliki 2 lapangan. Lapangan utama khusus upacara serta lapangan untuk olahraga.

Dan entah mengapa langkah Raka memutar menuju ke sana alih-alih ke arah kebalikan yang menuju tangga ke kelasnya.

***

Agatha berlari memutari jogging track dengan malas-malasan. Jam olahraga adalah yang paling Agatha benci, dia paling tidak suka panas-panasan seperti ini. Rasanya benar-benar menyiksa.

Sudut mata Agatha tidak sengaja melihat ke arah kanan dan menemukan sesuatu yang membuat matanya berbinar. "Raka?"

Agatha berhenti berlari membuat Mia dan Cici di belakangnya ikut berhenti. Nafas keduanya sama-sama memburu. "Ngapa lo berenti dodol?" kesal Mia.

"Minggir," gadis itu mendorong pelan bahu Agatha yang menghalangi jalan dan kembali berlari.

"Lo kenapa, Tha?" tanya Cici.

"Duluan aja sama, Mia." Agatha menyengir dan berjalan menuju guru olahraga yang duduk santai di bawah pohon sambil menghitung jumblah putaran anak muridnya.

"Bapak, saya datang bulan. Boleh izin ke UKS?" Agatha memperhatikan wajah memelas serta puppy eyes andalannya. Tak lupa gadis itu memegangi perutnya.

Cici langsung memutar matanya dan kembali berlari, meninggalkan Agatha dan dramanya. Gadis itu selalu punya alasan untuk menghindari jam olahraga. Lain dengan dia dan Mia yang sangat menyukai pelajaran ini.

Guru itu tau Agatha bohong, namun dia sedang malas meladeni gadis ini. "Yaudah sana, awas aja kamu kalau malah belok ke kantin. Saya hapus nama kamu dari absen."

"Siap bapak!" dengan semangat penuh Agatha berlari pergi. Langkahnya jelas bukan menuju UKS melainkan mengejar Raka yang kini terlihat mengobrol dengan seseorang.

Agatha mengernyit. Bukankah itu ... Sagara? Langkah Agatha memelan lalu berhenti, dia menajamkan telinga guna mendengar obrolan mereka.

"Bisa jauhin Agatha?" Sagara menatap Raka dingin. "Agatha terlalu baik buat lo."

"Ini alasan lo nyegat langkah gue?" laki-laki itu menatap Sagara tajam. "Gak penting, minggir." Raka menyingkirkan bahu Sagara dan lanjut berjalan.

My Roommate Is a Badgirl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang