10 - Patah Hati Pertama

Start from the beginning
                                    

Agatha jelas tau Queen yang di maksud adalah Irene. "King maksud lo, siapa?"

Cici berdecak keras. "Sagara lah! Siapa lag--" bola mata Cici melebar, otak lemotnya baru menyadari hal ini. Dia berucap lugu. "Sagara kan orang yang lo suka, ya?"

Mia menabok kepala Cici emosi. "Bangsul! Telat lo nyadarnya!"

Agatha mulai mengepalkan tangannya. Saat melihat mereka di Mall waktu itu Agatha berusaha berfikiran positif jika mereka hanya teman. Lagipula, sejak dulu Sagara tidak pernah terlihat dekat dengan Irene. Namun kini hubungan mereka sudah jelas.

Agatha merasa di permainkan. Dia rela menunggu dua tahun karna Sagara bilang dia belum ingin menjalin hubungan. Sagara memperlakukannya seperti seorang putri, membuat Agatha melayang-layang dan jatuh semakin dalam pada pesona Sagara.

Tapi pada akhirnya, kenyataan ini yang dia dapat. Sagara menjalin hubungan dengan gadis lain dan parahnya itu adalah musuhnya.

Gebrakan meja terdengar membuat seisi kelas terkejut. Agatha berdiri dan berjalan cepat keluar kelas membuat dua temannya langsung panik. Agatha terlihat marah, dan gadis itu tidak bisa di hentikan ketika sudah marah.

"AGATHA TUNGGU!" pekik Mia dan Cici lalu mengejar Agatha.

"Lo sih! Oon banget malah di ceritain!" Mia menyenggol Cici di sebelahnya.

"Tapi dia juga bakal tau meski bukan dari mulut gue!" sahut Cici tidak terima.

****

Di pertengahan jalan menuju kelas Irene, Agatha berpapasan dengan Sagara yang langsung menarik pergelangan tangannya. Agatha bergeming dengan pandangan lurus, enggan menatap Sagara sama sekali.

"Tha, lo udah balik ke sekolah?" tanya Sagara terdengar senang. Namun begitu melihat raut muka Agatha, dia langsung khawatir. "Lo kenapa? Ada masalah?"

Agatha menghempaskan tangan Sagara. "Lo masalah gue!" gadis itu menoleh tajam. "Gilak. Gue gak nyangka kesabaran gue berbuah kepahitan kayak gini. Memang bener ternyata, yang setia bakal kalah sama yang cantik," kata gadis itu diiringi kekehan garing.

Sagara manatap lekat wajah Agatha, dia terlihat merasa bersalah. "Jadi, lo udah tau Tha?"

Tangan Agatha semakin terkepal. Dia menatap Sagara dengan pandangan tidak percaya. "Jahat lo, Ga. Gue rela nunggu lo bertahun-tahun. Gue sabar nunggu lo selama ini. Lo fikir karna apa gue ngelakuin itu, hah? Karna gue serius suka sama lo!" kata gadis itu miris.

Agatha merasakan sekeliling mereka mulai ramai, bel istirahat baru saja berbunyi membuat mereka jadi tontonan. Namun, Agatha tidak perduli.

"Lo seakan-akan ngasih harapan ke gue, Ga. Lo seolah nunjukin dengan sikap lo kalau ngerasain hal yang sama kayak gue," suara Agatha mulai serak. "Karna itu gue sabar, gue gak pernah deket sama laki-laki lain selain lo. Gue bener-bener tulus nungguin lo, Ga."

Agatha mengalihkan pandangan. "Tapi apa yang gue dapet?" Dia tertawa. "Ah, gue bukan siapa-siapa lo. Maaf, gue harusnya gak marah-marah kayak gini. Sejak awal, kita memang gak punya hubungan apapun. Gue yang terlalu berharap sama lo."

Sagara menggeleng pelan. "Tha--"

"Gue gak marah sama, lo. Gue marah sama diri gue sendiri yang terlalu percaya diri dan salah ngartiin sikap baik dan perhatian lo selama ini." Agatha merasa sakit di dadanya saat mengatakan itu. "Harusnya sejak awal gue sadar, orang sesempurna lo gak mungkin suka sama gue. Cewek biasa yang suka ngelanggar peraturan dan bikin masalah."

"Lo pasti lebih milih Irene, cewek tercantik dan terkaya di sekolah ini." Agatha menatap Sagara dengan mata yang memerah. "Semoga bahagia sama pacar baru lo. Mulai saat ini gue akan tau diri dan hapus perasaan ini. Gue juga gak akan ganggu lo lagi, Ga. Permisi." Agatha langsung melangkah pergi sebelum Sagara sempat mencegah.

Dari sudut matanya, Agatha tidak sengaja melihat Irene yang kini menatapnya dengan senyum kemenangan. Agatha membuang muka dan membatalkan niat menghampiri Irene. Kakinya melangkah lebar tanpa arah.

Sedangkan Sagara bergeming di tempatnya. Entah mengapa hatinya sakit mendengar ucapan demi ucapan Agatha tadi. Ada jarum tak kasat mata yang menusuk relung hatinya, Sagara tidak bisa melihat Agatha yang ceria jadi sedih seperti itu.

Di lain tempat, Agatha duduk di bawah pohon yang rindang. Dia menyandarkan punggungnya sebelum isak tangisnya perlahan terdengar. Agatha tidak pernah merasakan patah hati karna tidak pernah jatuh cinta. Dan di saat dia memilih jatuh cinta pada seseorang, dia langsung mendapatkan patah hati pertamanya.

Gadis itu menunduk dalam dengan isakan pilu. Awalnya dia hanya menganggap Irene cewek kurang ajar yang selalu mencari masalah dengannya. Agatha tidak pernah benar-benar membenci Irene. Namun kini, Irene menjadi orang yang paling ingin Agatha musnahkan.

Suara langkah mendekat terdengar diiringi sebuah suara. "Seorang Agatha, nangis?"

Agatha terdiam saat melihat sepasang sepatu di depannya. Dia dapat mendengar ada nada ejekan dari suara berat dan rendah barusan.

Dia perlahan mendongak. Bibirnya langsung maju beberapa senti. "Raka!" gadis itu merengek manja kemudian semakin menangis meraung-raung, lebih parah dari tadi.

Raka memutar matanya, dia berjongkok dan meraih dagu Agatha agar menatap mata dinginnya. "Gue udah bilang, gak usah pacaran. Sakit kan?"

Agatha menggeleng pelan dengan wajah penuh air mata. "T-tapi gue sama dia gak pacaran!" katanya lalu kembali menangis.

Raka mulai pusing. "Diem, suara lo berisik Agatha."

"Lo jahat! Sama kayak Sagara! Semua cowok jahat! Gue benci cowok!" pekik Agatha membuat Raka memejamkan matanya.

Raka mengeluarkan sapu tangan dan memberikannya pada Agatha. "Lap ingus lo," katanya jijik, Agatha meraihnya kemudian mulai menyusut ingusnya tanpa malu. Melihat itu sudut bibir Raka berkedut. "Jorok."

"Gue pergi," kata Raka lalu berdiri, namun Agatha menahan pergelangan tangannya hingga Raka menunduk. "Kenapa?"

Agatha mengernyit dan berkata bingung. "Lo gak mau hibur gue, gitu? Temen serumah lo lagi patah hati loh, ini."

Raka menggeleng. "Gak perduli," dia melepaskan tangan Agatha kemudian melenggang pergi.

Agatha kembali memajukan bibirnya dengan mata berkaca-kaca. "HUAA RAKA KAMPRET! GUE SUMPEHIN LO NYUNGSEP KE SELOKAN!"

Raka yang masih bisa mendengar pekikan Agatha menghela nafas kesal. "Cewek aneh."

MRiB—

My Roommate Is a Badgirl Where stories live. Discover now