SEPENGGAL KEPALA

1.4K 136 38
                                    

Dor

"VANSH!"

"ONI!!" Vansh melebarkan mata kalau mendapati Oni yang tertembak di dada kanannya.

"Pengganggu!" Desis Derik.

"Lo-" Kalimat Vansh terhenti kala tak sengaja melihat seseorang di belakang sana menodongkan pistol kearah Ale.

Dor

Satu tembakan Vansh lepaskan dengan cepat kearah orang itu. Dan selanjutnya dalam hitungan detik,

Dor

Derik kehilangan nyawanya setelah mendapat satu peluru tepat di jantungnya. Marcell pun dengan cepat merampas pistol yang masih berada di genggaman mayat Derik.

"Ale cpet bawa Oni ke rumah sakit!" Titah Vansh dengan napas terengah-engah.

"Tapi Va-"

"Ini perintah! Aku bakal lindungi kamu dari orang-orang jahat itu" Ucap Vansh dengan mata sayu.

Ale terdiam menatap mata kekasihnya itu. "Kamu?"

"Cpet bawa Oni!" Sentak Vansh membuat Ale beranjak pergi. Gagal sudah drama pertemuan Cia dan Enan.

"Sekarang benar-benar cuma kita berdua" Marcell berdiri berhadapan dengan Vansh.

"Benar. Gk ada yang bakal ngalangin gw buat bunuh lo" Lirih Vansh disertai senyum kecil.

"Kalau gw mati, lu juga mati"

Vansh dan Marcell saling menodongkan pistol dengan jari telunjuk yang sudah bertengger di ujung pelatuknya.

"VANSH!" Suara Fadel terdengar menggema di lapangan yang kini terlihat penuh dengan orang-orang yang terbaring lelah tak bertenaga.

Fadel diikuti beberapa anak buahnya berjalan mendekati Vansh yang berdiri tepat di tengah-tengah lapangan.

Vansh yang tau itu segera mengeluarkan pistol dari saku roknya dengan sebelah tangan. Dan mengarahkan pistol itu ke arah papanya tanpa mengalihkan pandangan dari Marcell.

Dor

Tidak. Itu hanya tembakan asal untuk memperingatkan papanya agar tidak ikut campur.

"Si ketos itu terlalu ikut campur" Cibir Marcell menatap geram mata Vansh yang sayangnya tampak sangat indah dan jernih.

"Lo udah terlalu lama hidup. Sekarang, ucapkan selamat tinggal pada dunia!"

Dor

Vansh dan Marcell menembak dan jatuh secara bersamaan.

Berbeda dengan Marcell yang jatuh tak berdaya dengan peluru tepat di dahinya, Vansh justru kembali berdiri dengan pundak yang terus mengeluarkan darah. Ia berjalan menuju pedang kesayangannya berada.

"Lo harus mati dengan cara yang sama dengan bokap lo, Marcell"

"Bangs-"

Zrasshh..

Vansh jatuh pingsan setelah berhasil memenggal kepala Marcell. Lapangan kini nampak penuh dengan ceceran darah.

***

"Kamu gimana sih! Kamu kan ada di sana kenapa gk selametin dia?!" Margareth menoyor keras dahi putranya yang tengah menunduk.

"Kamu gk inget dulu? Dia hampir mati karena pistol itu! Kamu mau dia mati?!"

"Jangan ngomong gitu lah ma" Tegur Fadel.

"Vansh gk akan kenapa-kenapa kan ma?" Tanya Lean mencoba menenangkan pikirannya.

BAD GIRL LIMITED EDITION (END) Where stories live. Discover now