PENGHORMATAN TERAKHIR

2.4K 210 94
                                    

Keenam anak dari keluarga Octavena sudah berada di tangga. Mereka menatap kearah bawah. Banyak para pelayat dan wartawan disana. Untungnya ruangan itu muat:v

Ada ALASKA ELDRANO DAWSON kakak dari Kenam dan Alvaro yang berusia 19th dan selama ini tinggal di Bandung.

Selanjutnya diikuti Daniel, Kenan, Lean, Vansh, dan Alvaro yang berada di tangga paling atas. Kebayang gk sih? Haha..

Dengan pakaian hitam khas suasana duka, mereka menuruni tangga dan berjalan menuju jenazah Tio. SADENTIO AL OCTAVENA.

Disamping jenazah Tio ada Margareth dengan wajah dipenuhi luka. MARGARETHA OCTAVENA.

"Grandpa orang hebat" ucap Vansh dapat didengar semua orang karena susananya yang hening.

Semua wartawan terus mengambil potret Vansh dan Lean. Putra-Putri keluarga Octavena yang disembunyikan selama 16th lamanya. Mereka semua berdecak kagum melihat putra-putri dari keluarga besar ini. Bibit unggul semua, pikir mereka.

"Johan" panggil Vansh. Johan tangan kanan Tio mendekati Vansh.

"Ambilkan jubahku di lantai bawah" titah Vansh yang langsung dilaksanakan Johan.

Tak berselah lama Johan kembali dengan satu jubah hitam ditangannya. Vansh menerima jubah itu dan berjalan menuju Ale yang tengah berdiri menatapnya.

Vansh meletakkan jubah itu di sofa dan beranjak menubruk dada bidang Ale. "Sstt semua akan baik-baik saja" ucap Ale mengusap rambut Vansh.

"Keknya aku bakal pergi untuk beberapa hari" ucap Vansh membuat Ale menunduk.

"Kemana?"

Vansh mendongak. "Lanjutin perang" ucap Vansh membuat Ale mendesah khawatir.

"Jaga diri baik-baik" peringat Ale.

"Gk janji" ucap Vansh kembali membenamkan wajahnya di dada bidang Ale.

***

Upacara pemakaman sudah dilaksanakan. Vansh tengah bergerak untuk memberikan penghormatan terakhir pada Grandpanya. Tio memang bukan anggota militer yang perlu upacara penghormatan. Namun bagi Vansh dan Moon Black, Tio adalah sosok yang memimpin mereka selama hampir 18th lamanya.

Dengan jubah hitam panjang yang menutupi tubuhnya, Vansh berjalan mendekati papan nisan milik Tio. Diletakkannya sebuah belati dan sebuah pistol di samping papan nisan itu. Kemudian Vansh mengeluarkan samurai dari balik punggungnya.

"Sebentar lagi pedang ini akan ternodai oleh darahnya. Dan setelah itu terjadi aku akan datang kemari untuk memberikan darah itu" ucap Vansh menatap pedang yang sudah menjadi bagian dari masa kelamnya.

"Kaka mau pergi?" Tanya Alvaro menatap Vansh sendu.

"Ya gw gk bakal biarin bajingan itu hidup lebih lama lagi" ucap Vansh dengan seringaian kecil.

"Jangan lama-lama" ujar Ale membuat Vansh tersenyum tanpa menoleh.

"4 hari. Gk lebih" ucap Vansh yakin.

"Hati-hati sama Disya! Dia orangnya nekat" nasihat Vansh membuat Ale mendengus kesal.

"Kenapa sih harus ada the next Fasya?" Geram Ale membuat Vansh terkekeh pelan.

"Zi, titip Mereka" ucap Vansh diangguki Zian.

***

"Pesawat anda sudah siap Nona" ujar salah satu bodyguard Vansh.

Vansh mengangguk singkat. Ia sedikit membenarkan maskernya dan segera berjalan dengan pedang yang ia seret di tangan kanannya.

"Secepat ini Vansh?" Tanya Fadel menatap anak bungsunya.

BAD GIRL LIMITED EDITION (END) Where stories live. Discover now