01 - Painful Beginnings

519 403 392
                                    

Biasakan sebelum membaca, diharapkan tinggalkan jejak vote sama coment kalian yah..

Sudah?makasih..

🐰Happy reading🐰

~~~

Hana langsung bersiap siap untuk menuju ke sekolah barunya. Dengan perasaan antusias yang terus menggeluti pikirannya. Tak lupa juga ia merapikan pakaian sekolah barunya dengan tertempel papan nama yang bertuliskan 'Hana' tepat di bagian dada kiri seragam tersebut.

Menurut gadis itu, seragamnya masih tampak menegang dan kaku.

Karena masih baru. Mungkin.

"Pa..papa udah sarapan?," tanya Hana sembari membuka rak sepatunya.

"Udah, sekarang kamu cepat siap siap ya. Takut terlambat nanti," sahut Edward dengan suara berat yang khasnya itu.

"Iya pa. Oiya pa, papa nganter aku kesekolah kan?," tanya Hana yang tidak menatap sedikitpun ke arah ayahnya berada. Gadis itu lebih memilih melanjutkan aktivitas nya, sembari mengikat tali sepatunya yang membuat nya frustrasi.

"Maaf ya, papa hari ini ada meeting dengan boss papa. Jadi, papa ga sempat nganter kamu kesekolah, gapapa kan?," tanya Edward yang mulai memasangkan jam tangan yang berwarna silver ke tangannya itu.

Bahkan melihat tangannya saja sudah tampak menggoda, Bagi wanita diluaran sana. Wajar saja, urat tangan yang menonjol dan berbulu lebat, menyelimuti area seluruh tangannya itu.

Kalian tenang saja, itu sama sekali tidak menggoda bagi Hana. Itu ayahnya, tidak mungkin kan aku mencintainya, lalu menikahinya, lalu punya anak, lalu apa lagi setelah ini.

Dengan refleks, Hana menggeleng gelengkan kepalanya dengan kencang. Membuat Edward terlihat bingung.

Pikiran Hana sedang tidak sehat sekarang.

"Kamu kenapa?" tanya Edward sambil mengerutkan dahinya, bingung.

"Huh? Hum.. Engga ada apa apa kok pa.. Hehe," Hana tertawa kikuk sembari menggaruk tengkuk lehernya yang tidak terasa gatal.

Lihatlah, bahkan dahinya pun saja, diselimuti oleh banyak bulu. Apakah bulu mencintai seseorang yang bernama Edward ini? Oh tuhan.. Ini masih pagi. Mengapa Hana terus memikirkan hal konyol seperti ini. Bisa bisa ia terlambat sekolah di hari pertamanya.

"Apa ayahku siluman kera? Makanya memiliki banyak bulu seperti itu?!" Hana membatin dalam hati. Kemudian, ia tersadar kembali dan mencoba menyadarkan pikiran gila yang merasuki otaknya.


"Yasudah, ayah pergi dulu ya. Kamu jangan lupa kunci pintunya. Jangan lupa juga, letakkan kuncinya di bawah vas ya?," ujar Edward yang kian menghilang dari pandangan Hana.

"Iya pah," jawab Hana dengan mata yang menyipit, karena ulah matahari pagi yang sanggup membuat matanya kesilauan.

"Hmm..baiklah, ayah pergi dulu ya. Jangan lupa nanti sepulang sekolah, kamu jenguk ibu dirumah sakit ya," tanya siluman kera itu lagi yang nyaris membuat gadis itu enggan menjawab.

Ehm.. Maksudnya Edward. Bukan yang lainnya. Okeh, kini Hana sudah tercantum sebagai anak durhaka oleh pembaca.

Senyuman mengembang sempurna setelah melihat punggung Edward yang semakin lama semakin hilang dari pandangan Hana. Lalu, segera ia membalikan tubuhnya ke arah belakang, dan
mengunci pintu rumahnya.

Teenage Love!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang