Cp.26

44 18 1
                                    

Hai! Yang lagi baca jangan lupa vote dan komen ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hai! Yang lagi baca jangan lupa vote dan komen ya...


26. Kontrol.

⚠️ Harap berhati hati mulai chapter ini akan banyak mengandung kehaluan tinggi.

⚠️Dianjurkan untuk tidak berteriak dan membanting hp.

⚠️dan dilarang halu.

Matahari mulai tenggelam dan mereka mulai menyalakan api unggun.

"Dewi...apa kau tak kedinginan?" Tanya panglima yang melihat kearah venus.

"Agak...tapi gak papa udah ada api unggun" ujar venus yang tersenyum pada hendera.

Venus mulai memeriksa nevan yang masih tertidur. Dan mengecek suhu tubuhnya. Nafas nevan yang panas dengan wajahnya yang memerah.

"Dia demam" venus yang menyadari itu langsung memegang dahi nevan dan mengeluarkan sihirnya.

"Heal" cahaya mulai mengelilingi nevan dan matanya mulai terbuka. Nevan yang melihat venus berada didekatnya langsung duduk dan memagang tangan venus yang diletakkannya di dahi nevan.

"Apa yang kau lakukan disini?" Ujar nevan dengan suara beratnya mulai mendekati wajah venus.

"Aa...kau sedang demam ja-jadi aku mencoba menyembuhkanmu" ujar venus yang merasa gugup.

"Lalu mengapa telingamu menjadi merah" nevan yang mulai mengangkat tangannya dan menyentuh telinga venus.

Venus mulai melihat kearah nevan, mata mereka saling bertemu. Nafas mereka yang sangat dekat membuat venus perlahan memundurkan wajahnya, namun tangan nevan yang masih memegang telinga venus mulai menurunkan tangannya kebawah telinga venus. Jakun nevan yang terlihat bergerak membuat hati venus berdetak begitu cepat. Bibir mereka yang bersentuhan untuk kedua kalinya.

"Nevan..." dengan cepat venus mendorong nevan dan melepaskan tangannya.

Venus yang terkejut langsung menutup mulutnya dengan telapak tangan dan keluar dari ruangan menuju kamar vektor.

"Sial!" Gumam nevan yang menggigit bibirnya.

💮💮💮

"Venus?" Eric melihat venus keluar dengan terburu buru menuju ruangan lain.

Eric mulai mengetuk pintunya dan memastikan venus baik baik saja.

"Venus? Apa kau baik-baik saja?"

"I-iya aku tidur duluan, kayaknya aku terlalu lelah hari ini" ujar venus dari dalam.

"Oh...oke" eric akhirnya pergi dari ruangan venus dan melihat nevan keluar.

Nevan yang terlihat baik-baik saja membuat eric curiga.

"Nevan, kau melakukan sesuatu pada venus?"

"Berhenti mencampuri urusanku!" Ujarnya dengan kembali kedalam ruangan.

"Cih..." eric terus melihat kearah ruangan venus.

Fajar tiba dan venus mulai keluar dari ruangannya. Memegang busur dan berjalan keluar untuk menangkap hewan. Rafael melihat venus pergi dan segera menyusulnya dari belakang. Seekor rusa yang cukup besar ada didepan mata venus, rasa tidak teganya harus dikorbankan demi bertahan hidup untuk sementara. Tangannya yang gemetar saat menarik anak panah itu membuatnya tak tega akan melukainya.

"Tarik lebih kuat anak panah itu" ujar rafael yang berada dibelakang venus.

Venus yang mencoba fokus, namun tangannya tetap gemetar. Rafael yang melihat itu segera meletakkan tangannya diatas tangan venus dan memberikan venus pengalaman dalam memanah.

"Gunakan sedikit tenagamu dan lihat dia sebagai orang yang kau benci, maka kau tak akan takut untuk membunuhnya" bisik rafael didekat telinga venus.

/tak

Panah itu tembus pada leher rusa itu dan membuatnya tak bisa bergerak.

"Gunakan sihirmu untuk membunuhnya sekarang, sebelum dagingnya membusuk" ujar rafael yang mendekati rusa itu.

"Hm" venus segera memotong motong motong daging rusa dan membuat sedikit darah rusa itu muncrat kewajah venus.

"Kau tak pernah berburukan?" Ujar rafael yang membersihkan darah yang ada dipipi venus dengan tangannya.

"Hm...ayah yang tak mengizinkanku untuk mengangkat senjata, itu sebabnya aku benci dengan orang yang mengangkat senjata padaku"

"Oh...kau sudah melakukannya dengan baik" tangan rafael mulai menyentuh rambut venus dan tersenyum.

Senyum hangat dari rafael membuat venus merasa tak canggung saat berada didekatnya.

/krak...

Tepat dibelakang venus makhluk aneh itu muncul dengan mulut yang terbuka lebar.

"Venus mundur!" Rafael yang sigap segera menarik tangan venus dan membuatnya terjatuh ketanah yang lebih rendah bersama venus.

"Au...."

"Kau baik baik saja?" Ujar rafael yang menghawatirkan venus.

"Hm" venus segera berdiri dengan tangannya yang mencoba dia sembuhkan.

"Venus, tetap dibelakangku" ujar rafael yang mencoba menyerang makhluk itu.

"Rafael...kau tidak bisa menyerangnya sendirian" ujar venus yang mulai berdiri disebelah rafael.

Venus memegang erat tangan rafael dan mulai fokus untuk mengeluarkan api putihnya. Udara mulai mengelilingi mereka cahaya putih venus menyebar pada tubuh rafael.

"Apa ini? Hangat" rafael yang merasakan cahaya itu mulai melihat tangannya yang bercahaya.

"Musnah!" Venus mulai membuka mata dan melepaskan api putihnya. Satu api putih milik venus memusnahkan semua makhluk aneh yang ada dihutan. Hutan yang mereka sebut sebagai hutan gelap kini kembali seperti hutan biasa.

Venus yang kelelahan langsung pingsan ditempat.

"Venus?" Rafael terkejut saat melihat venus tak memegang tangannya dengan erat lagi dan terjatuh begitu saja.

Rafael segera kembali pada saudara saudaranya dengan menggendong venus. Saat rafael kembali semua orang mencari venus dan terkejut saat rafael menggendong venus.

"Ada apa dengannya?" Ujar eric yang menggantikan rafael yang menggendong venus.

"Dia mengeluarkan sihir api putihnya" rafael mulai menjelaskan tentang kejadian yang baru saja dialaminya bersama venus.

"Kita harus pergi sini sekarang juga dari sini sebelum ayah menyadarinya" ujar eric yang mulai membawa venus.

Kuda mereka yang telah diambil oleh panglima satu per satu telah sampai. Mereka naik kegunung untuk menyiapkan senjata menyerang istana.

💮💮💮

"Oh...mereka telah kembali" bayangan hitam yang berbisik ditelinga cashel membuatnya tertawa dan bersiap untuk kedatangan mereka.

"Besok siang, kita akan memenggal kepala vektor dan yang lainnya" perintah raja yang menyampaikan pada kasim.
.
.
.

~💮~

7 hearts || nct dreamWhere stories live. Discover now