Balita itu langsung tertawa melihat bibi. Karena tak kuat melihat ponakannya yang sangat menggemaskan, Anisa langsung menggendongnya. "Teteh, pinjem dulu ya?" pinta Anisa pada Maryam.

Maryam terkekeh, "Boleh. Cuma dia belum tidur dari siang, pasti nanti rewel."

"Gak papa, nanti kalau nangis aku diemin, tapi kalau gak diem-diem, aku balikin," ucap Anisa diakhiri kekehan.

"Aku bawa ke atas ya teh, dadah mamah...." Anisa melambaikan tangan mungil Sila pada mamahnya.

Maryam ikut melambaikan tangannya.
"Dadah..., jangan rewel ya sama bibi."

"Enggak mah, kan ila anak pinter ya sayang" ucap Anisa berjalan sambil mengajak balita yang di gendongannya berbicara.

"Iaaaa" responnya. Anisa terkejut mendengar Sila meresponnya. Dan juga, respon balita di gendongannya sangat pas.

"Ih pintar banget sih." Anisa menciumi pipi gembul Sila bertubi-tubi.

"Awas nabrak" tegur Aziz melihat istrinya berjalan sambil menciumi pipi Sila. Tanpa memperhatikan jalan.

"Sini sama mas aja dek ilanya" ucap Aziz menyodorkan tangannya.

"aak!" teriak Sila kesenangan saat Aziz mengambil alih tubuhnya.

"Hahaha... Seneng dia di gendong sama cowok ganteng," ucap Anisa tertawa pelan. Aziz hanya tertawa mendengarnya. Lalu mereka berjalan menaiki tangga satu persatu menuju kamar.

🌿🌿🌿


"Gak papa sayang, ada mas," ucap Aziz mencoba menenangkan istrinya yang sedang ketakutan.

Anisa tetap memejamkan matanya, tangannya menutup kedua telinganya.
"Suaranya... Takut mas...." Anisa hampir menangis saking takutnya.

"Gak papa sayang...." ucap Aziz begitu lembut. Tangannya meraih tangan istrinya, lalu ia genggam. "Ada mas, sayang."

Kini keduanya sudah berada di dalam pesawat. Dan pesawat akan akan segera take off. Suara pesawat terdengar jelas di telinga Anisa. Membuat Anisa sangat takut. Apalagi ini pertama kali Anisa menaik pesawat.

Anisa mengeratkan genggaman tangannya pada tangan suaminya. "Ya Allah, lindungilah kami ya Allah," ucapnya dalam hati.

Semakin lama, Anisa mulai tenang. Genggaman tangannya juga tidak sekencang tadi.

"Udah mulai tenang sayang?" tanya Aziz menoleh pada istrinya di sertai dengan senyuman manisnya.

Anisa ikut tersenyum, lalu mengangguk pelan. Aziz terkekeh, dan mengacak puncak kepalanya gemas. "Masya Allah... Cantik banget cih istri aku."

"Suamiku juga ganteng banget deh," balas Anisa.

Mata Anisa terasa memberat. Tangannya langsung menutup mulutnya rapat rapat saat dirinya merasa akan menguap. "Ngantuk banget, boleh tidur di bahumu wahai suamiku?"

Aziz terkekeh geli, "Boleh istriku. Silahkan."

Anisa menyandarkan kepalanya pada bahu Aziz. "Maaf ya mas, aku tidur duluan."

Dikhitbah Anak Kyai ||Telah Terbit||Donde viven las historias. Descúbrelo ahora